Jakarta, Kirani – Dalam rangka merayakan HUT ke-11 yang jatuh pada 10 Oktober lalu, Galeri Indonesia Kaya mengangkat tema Kam1 Menar1 dan menghadirkan sebelas sanggar tari dari berbagai daerah di Indonesia. Di akhir pekan terakhir gelaran Kam1 Menar1, penikmat seni dihibur oleh Padepokan Seni Alang-Alang Kumitir dari Banyuwangi, Jawa Timur, yang menampilkan sendratari bertajuk Sikep Sang Timur Aji Gandrung.
“Melalui program Kam1 Menar1 yang diadakan sebagai bagian dari rangkaian perayaan 11 tahun Galeri Indonesia Kaya, kami telah mempersembahkan sebelas tarian dari dari sebelas sanggar dari berbagai daerah yang sudah tampil sejak awal Oktober. Setiap gerakan, irama, dan cerita yang ditampilkan adalah warisan berharga yang memiliki makna mendalam. Semoga rangkaian yang kami suguhkan kepada penikmat seni dapat diterima baik tidak hanya menghibur, tetapi juga menjadi sarana edukasi dan inspirasi bagi penikmat seni, khususnya generasi muda untuk lebih mencintai dan melestarikan seni tari tradisional Indonesia,” ungkap Renitasari Adrian, Program Director Galeri Indonesia Kaya.
Berlangsung selama kurang lebih 60 menit, pertunjukan ini merupakan perpaduan harmonis antara tradisi, tari klasik, dan kerakyatan dengan sentuhan kontemporer, dibawakan oleh penari lintas generasi, mulai dari remaja hingga maestro gandrung berusia 71 tahun. Menjadi penari gandrung bukanlah hal yang mudah; mereka membutuhkan kekuatan fisik, kemauan, dan iman yang kuat.
Tarian gandrung tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga simbol kegelisahan dan doa akan keberlangsungan seni ini di masa depan. Sang maestro, yang telah mengabdikan hidupnya untuk gandrung, berharap agar seni ini tetap hidup melalui upaya mewariskannya kepada generasi penerus. Dengan pementasan ini, diharapkan gandrung dapat terus dikenal, dicintai, dan dihargai sebagai kekayaan budaya Banyuwangi yang penuh makna.
Baca juga: Jakarta Doodle Fest, Ajang Selebrasi Seni Visual
Baca juga: Musikal Dangdut: Kukejar Kau Sayang, Padukan Budaya Indonesia dan Kontemporer
“Kami senang sekali pada sore hari ini berkesempatan untuk tampil di hadapan penikmat seni di auditorium Galeri Indonesia Kaya. Karena menjadi penari gandrung adalah sebuah panggilan yang membutuhkan kekuatan fisik, kemauan, dan keteguhan hati yang luar biasa. Tarian ini tidak hanya menuntut para penari untuk menari dan menyanyi sepanjang malam, tetapi juga menjadi cerminan semangat dan kegembiraan masyarakat Banyuwangi,” ungkap Punjul Ismuwardoyo, Sutradara Padepokan Seni Alang-Alang Kumitir
“Dengan mempersembahkan Sikep Sang Timur Aji Gandrung, kami ingin menginspirasi para penikmat seni dan generasi muda untuk lebih mengenal dan melestarikan budaya Nusantara. Melalui pementasan ini, kami berharap agar gandrung tetap lestari dan dicintai oleh generasi mendatang,” lanjut Punjul.
Padepokan Seni Alang-Alang Kumitir adalah pusat latihan seni pertunjukan yang berdiri sejak 1992. Hingga kini, padepokan ini telah mencetak ribuan penari dari berbagai usia, mulai dari anak-anak hingga mahasiswa.
Selain Tari Banyuwangian, para cantrik juga dilatih Tari Jawa, Tari Bali, Tari Jawa Timuran, tari kontemporer, serta olah tubuh dan vokal. Padepokan ini aktif terlibat dalam berbagai event budaya dari tingkat desa hingga nasional dan telah menghasilkan lebih dari 75 karya tari yang mencakup tarian tradisi, garapan, maupun kontemporer. Padepokan Seni Alang-Alang Kumitir terus bergerak tanpa batas, menabur karya untuk menuai budaya yang lestari.
Baca juga: Mengenang Sejarah Suku Sawang dari Belitung Melalui ‘Ameng’
Baca juga: Pertunjukan Tolire Ma Jojoho dari Ternate, Gambaran Kekuatan dan Ketenangan dalam Tarian
Teks: Setia | Foto: Galeri Indonesia Kaya