Jakarta, Kirani – Menghasilkan sebuah karya seni bukanlah sesuatu yang mudah. Sebelum karya itu tercipta, seorang seniman harus melewati proses kreatif yang cukup panjang. Bahkan, sering kali, sebuah karya yang indah baru tercipta setelah beberapa karya lain yang mungkin kurang berhasil. Namun sayangnya, di negara ini penghargaan terhadap sebuah karya cipta masih sangat kurang.
Untuk itu digelarlah Jakarta Doodle Fest (JDF), sebuah ajang selebrasi seni visual yang digawangi oleh media TFR News. Dilangsungkan pada 1-3 November 2024, di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, pada gelaran ke-2 ini, Jakarta Doodle Fest (JDF), mengusung tema Art to Cart. Sebuah tema yang bertujuan mengangkat pentingnya bagi seniman untuk tidak hanya berkarya, tetapi juga mendapatkan manfaat ekonomi dari karya mereka.
Seperti dikatakan oleh Christine Laifa, Co-founder JDF dan TFR News, bahwaSalah satu tujuan diadakannya Jakarta Doodle Fest adalah memajukan Hak Kekayaan Intelektual (HaKl) atau yang lebih sering disebut sebagai industri IP (Intellectual Property) di bidang ilustrasi dan desain.
“Beberapa tahun ke belakang, seni pertunjukan semakin mendapat perhatian besar pada kalangan anak muda. Untuk menunjang minat yang semakin tinggi tentang seni teater dan pertunjukan, Jakarta Doodle Fest ingin memperluas wawasan dan imajinasi IP dengan menggabungkan ilustrasi dan seni pertunjukan,” lanjut Christine.
Moonboy & His Starguide The Musical
Pertama kali dilaksanakan pada tahun 2023 di M Bloc Space, salah satu kegiatan yang digelar pada tahun ini adalah pertunjukan musikal Moonboy & His Starguide The Musical: Inspired by Varsam’s Kurnia’s Illustrations di Teater Wahyu Sihombing, Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Produksi kerjasama JDF, Galeri Indonesia Kaya dan ADPRO ini merupakan sebuah pertunjukan teater yang cerita dan visual panggungnya terinspirasi oleh ilustrasi seniman Varsam Kurnia, salah satu participating artist yang telah bergabung bersama JDF sejak tahun lalu.
Pementasan ini berkisah tentang sebuah perjalanan untuk menemukan cahaya dan tempat dalam simfoni alam semesta. Melalui perpaduan musik, seni visual, dan emosi, pertunjukan musikal ini akan membawa penonton menyusuri lika-liku perjuangan, keteguhan hati, dan penemuan jati diri.
Ilustrator Varsam Kurnia mengungkapkan, “Lukisan Moonboy and The Starguide terlahir dari perjalanan pribadi saya, dari sebuah periode waktu dimana semua pintu dan langkah-langkah yang saya rasa harus dijalani terasa tersembunyi di belakang bayangan dan awan gelap. Namun berkat dari lukisan ini juga, terbukalah banyak pintu-pintu dan peluang yang baru untuk saya jalani. Dan sekarang pun saya diberi kesempatan untuk melihat lahirnya kembali lukisan ini dalam bentuk sebuah karya seni pentas musikal, yang sejujurnya terbayang sekalipun tidak pernah saya pikirkan bisa terjadi.”
Pertunjukan musikal ini diproduksi dan dimainkan oleh talenta-talenta muda di dunia seni pertunjukan, disutradarai oleh Aldafi Adnan, naskah dan lirik oleh Palka Kojansow, serta koreografi yang apik oleh Dinda Lisa Reideka.
Selama 45 menit, para penonton dihibur dengan 8 lagu, antara lain: Nyanyian Antariksa, Kuasa Kegelapan, Ratapan Bulan & Bumi, Rayuan Dipta, Menuju Purnama, Kuasa Kegelapan Bulan, Gerak Semesta, dan Epilog Semesta. Semua lagu diciptakan, diaransemen, diproduksi, dan dimainkan oleh Ammir Gita. Para pemain merupakan pelaku seni muda yang sudah akrab di pentas teater musikal, seperti Mike Frans, Aisyah Fadhila, Beyon Destiano, Galabby, Robertus Darren Radyan, Muhamad Farkhan, Clarissa Theophilia, dan Dianya Nareswari.
Art School Roadshow
Pementasan ini juga diikuti oleh para mahasiswa terpilih yang telah mengikuti rangkaian acara Art School Roadshow, kerjasama Galeri Indonesia Kaya dan JDF pada 2 – 22 Oktober 2024 di Auditorium Galeri Indonesia Kaya.
Acara ini mengajak para mahasiswa dan juga publik untuk hadir, bertemu, berdiskusi, hingga mendapatkan pembelajaran dan pengalaman mengenai seni pertunjukan. Mereka terjun langsung dan belajar merencanakan, membuat, dan menangani seluruh aspek dari seni pertunjukan melalui beragam kelas seperti Set Design, Costume and Makeup in Performing Arts, Branding and Marketing, serta Stage Management.
“Galeri Indonesia Kaya mendukung terselenggaranya Jakarta Doodle Fest 2024 yang membuka ruang bagi para pelaku seni untuk memperkenalkan karya mereka kepada audiens yang lebih luas, sekaligus memperkaya dunia kreatif Indonesia. Kegiatan ini diharapkan menginspirasi generasi muda untuk terlibat lebih dalam industri kreatif dan membuka peluang kolaborasi lintas budaya. Melalui Art School Roadshow” yang berlangsung pada 2 – 22 Oktober 2024, Kami berharap wawasan dan pertunjukan yang kami berikan dapat bermanfaat dan meningkatkan kecintaan masyarakat dengan dunia seni kreatif di Tanah Air,” ujar Renitasari Adrian, Program Director Galeri Indonesia Kaya.
Materi Set Design dibawakan oleh Adri Pradipta, lulusan Bachelor of Arts in Spatial Design dari Lasalle College of The Arts Singapore yang mulai terlibat dalam berbagai produksi teater atau musikal sejak 2020. Kelas ini dibuat sebagai pengenalan tentang proses kreatif di balik set design pada live performance teater, musikal, atau opera sehingga penonton dapat mengikuti alur cerita sesuai dengan atmosfer dari cerita yang diangkat, membantu narasi cerita, memfasilitasi pergerakan cerita, memberikan simbol ataupun makna, berkomunikasi dengan penonton melalui visual, dan lainnya.
Dalam sebuah pertunjukan teater, kostum dan tata rias merupakan elemen yang sangat penting karena membantu para pemeran bertransformasi menjadi karakter sesuai tema, juga menunjukkan emosi dan ekspresi, serta mengatur nuansa dari pertunjukan itu sendiri. Materi Costume and Makeup in Performing Arts ini disampaikan oleh Ursula S. Gayatri, lulusan Lasalle College of the Arts Singapore dan telah bekerja di beberapa produksi teater di Indonesia.
Branding dan promosi yang tepat serta efektif akan membuat sebuah pertunjukan memiliki engagement pada audiens, membangun brand identity mengenai pertunjukan kepada khalayak, menargetkan kepada audiens yang spesifik, dan mengundang banyak penonton agar bisa tercapai juga penjualan tiket yang mendatangkan keuntungan. Kelas Branding & Marketing ini dihadirkan oleh Nuya Susantono, produser, sutradara teater musikal sekaligus founder Jakarta Movin.
Kelas Stage Management untuk pertunjukan teater merupakan salah satu kelas yang paling krusial untuk dipelajari, karena dibutuhkan kemampuan – kemampuan spesifik seperti organizational skills, collaborations, problem solving, technical understanding, dan profesionalitas. Materi ini dijelaskan oleh Caron Shaineyang aktif menjadi Stage Manager dan Production Manager untuk beberapa teater musikal sejak tahun 2016.
Rangkaian kegiatan ini menggandeng beberapa mitra kampus resmi, seperti Institut Kesenian Jakarta (IKJ), UIC College, Institut Media Digital EMTEK (ATVI IMDE), dan London School of Public Relations (LSPR).
“Kami mengajak mahasiswa dan mahasiswi dari berbagai perguruan tinggi di Jabodetabek untuk menghadiri kelas-kelas mengenai aspek di balik layar pertunjukan musikal. Layaknya sebuah IP, kesuksesan sebuah pertunjukan musikal dipengaruhi oleh berbagai aspek di belakang layar seperti desain visual, branding, dan marketing yang tepat. Meskipun jarang diperlihatkan, namun aspek tersebut beririsan dengan seni visual dan menjadi kunci untuk keberlangsungan sebuah pertunjukan. Kami berharap melalui program ini, industri IP Indonesia akan semakin dikenal dan kategori produk IP bisa terus berkembang,” tutup Christine Laifa.
Teks: Setia | Foto: Indonesia Kaya