Jakarta, Kirani – Pertumbuhan ruang digital mendorong pertumbuhan di sektor ekonomi, budaya, media, dan pendidikan. Sayangnya, terbukanya akses digital juga menghadirkan berbagai tantangan termasuk penyebaran narasi intoleransi dan ekstremisme kekerasan.
Wahid Foundation bersama Google/YouTube dan UNDP Bangkok Regional Hub menggagas kampanye bernama Salam Forum untuk melindungi masyarakat khususnya anak muda di Indonesia dari konten berbahaya.
Salam Forum bersama 10 content creator dari kalangan tokoh agama, media moderat dan aktivis perempuan, menyebarkan pesan toleransi dan perdamaian dengan menonjolkan praktik-praktik baik di masyarakat. Sebuah upaya untuk membangun kapasitas cendekiawan Islam moderat guna menghasilkan dan menyebarkan pesan damai untuk melawan intoleransi dan ekstremisme kekerasan secara online, yang akhirnya dapat membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya toleransi di tengah perbedaan suku, ras, agama dan kepercayaan di Indonesia.
Direktur Wahid Foundation Yenny Wahid menjelaskan, “Sebagai bentuk komitmen dalam mendukung peningkatan kemampuan para creators dalam menyebarkan pesan-pesan damai di ruang digital, kami menyediakan program fellowship berbentuk mentoring dan pendanaan awal dalam produksi video kampanye untuk perdamaian. Nantinya, video hasil kolaborasi dengan 10 content creator ini akan dapat di akses melalui kanal youtube oleh masyarakat di seluruh Indonesia”.
Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan RI, Prof. Dr. H. Mahfud MD., S.H.,S.U.,M.I.P,. menyambut baik dan memberikan apresiasi atas inisiatif ini.
“Ketersediaan saluran informasi yang timbul akibat perkembangan teknologi dan informasi telah merevolusi cara kita berkomunikasi dan cara masyarakat memperoleh sumber-sumber berita. Ruang digital telah menjadi sumber informasi bagi masyarakat yang kerap mengabaikan etika publik bahkan tidak jarang menjadi ruang penyebaran secara luas informasi hoaks dan berbagai konten negatif. Oleh karena itu, Pemerintah memerlukan kerjasama dan dukungan dari berbagai pihak dalam menangani dan mengelola narasi negatif, informasi hoaks, dan konten-konten ekstrimisme kekerasan lain di ruang digital,” ungkap Mahfud MD.
Danny Ardianto, Head of Government Affairs, YouTube Indonesia dan Frontier Asia Selatan mengatakan bahwa upaya mencegah meluasnya intoleransi dan ekstremisme tidak hanya terbatas melalui pengembangan teknologi, namun juga pemberdayaan masyarakat melalui literasi digital. “Melalui Salam Forum, kami mendorong para kreator konten untuk aktif menyuarakan pesan perdamaian dan toleransi di tengah keberagaman masyarakat Indonesia. Sepuluh video hasil kolaborasi ini merupakan upaya kolektif untuk membangun kesadaran dan literasi digital serta perwujudan komitmen YouTube dan Google untuk menciptakan ruang digital yang aman, sehat dan positif, baik melalui kebijakan, fitur teknologi maupun kemitraan dengan para pemangku kepentingan.”
Kampanye ini juga mendapatkan dukungan penuh dari badan pembangunan PBB, UNDP. Mitra Modaressi, PVE Program Manager UNDP Bangkok Regional Hub mengungkapkan kesiapannya dalam memberikan dukungan penuh dalam menyediakan fellowship. ”Fellowship ini bertujuan untuk meningkatkan toleransi dan keterbukaan di Indonesia serta mendukung ulama muda untuk mampu memproduksi konten yang berkualitas yang mempromosikan nilai keberagaman dan kohesi sosial. UNDP ingin memperluas keterlibatan para pemuda dari seluruh Asia Tenggara dalam mempromosikan narasi positif dan masyarakat yang inklusif di ruang digital.”
Sementara, Marc Vierstraete Verlinde, Pakar Keamanan dan Kontra Terorisme Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam meyakini bahwa budaya popular dapat dimanfaatkan dan memiliki peran penting dalam membangun kohesi sosial. “Pendekatan yang unik dengan gaya popular, dengan berdasarkan pengamatan yang teliti terhadap pengalaman keseharian, seperti melalui produksi film pendek ini, akan sangat berkontribusi dan berdampak dalam membangun kesadaran tentang pentingnya menjaga keberagaman dan merawat toleransi, terlebih di Indonesia yang masyarakatnya dikenal sangat majemuk dan beragam ini.”
Hasil kolaborasi ini menghadirkan 10 video bertema perdamaian dengan durasi tiap konten sekitar 4-8 menit. Video ini juga dilengkapi dengan toolkit yang berisi informasi tentang 7 langkah jitu, yang bisa membantu publik untuk menyebarkan konten konten toleransi di media sosial.
Publik yang ingin mempelajari lebih dalam tentang menyusun konten toleransi yang berbentuk kontra narasi dan narasi alternatif untuk toleransi dan perdamaian, bisa mengunduhnya di: https://www.wahidfoundation.org/
Teks Setia Bekti | Foto dok. Wahid Foundation