Uji Adrenalin dengan Lava Tour Merapi

Yogyakarta, Kirani – Hari masih pagi, baru pukul setengah delapan sampai di kawasan Merapi, Yogyakarta. “Jadi enggak sabar nih untuk naik Jeep bertualang ke kawasan erupsi Merapi,” kata Andri wanita berusia 53 tahun yang datang bersama teman-temannya untuk mengikuti kegiatan ini.

Andri, wanita berhijab ini sudah jauh-jauh hari bersiap diri. Pagi itu, dia mengenakan tunik bermotif bunga-bunga warna hijau, dipadu celana jins, sneakers, kaca mata hitam dan topi.

Dia bercerita berangkat dari hotel tempatnya menginap di kawasan Taman Siswa, kota Yogya pukul 6.30 pagi selepas sarapan bubur Gudeg. Bersama rombongan dia sampai di lokasi setelah menempuh perjalanan sekitar 45 menit.

Lava Tour Merapi merupakan salah satu obyek wisata favorit di kota Yogyakarta. Di sini para pengunjung seperti Andri dan yang lainnya akan disuguhkan pemandangan alam yang indah dan melewat makam massal korban erupsi Merapi tahun 2010 di dusun Tangkian, Tugu Ambruk di dusun Petung, jalur kali Opak dan Kali Gendol yang menjadi jalur utama lava panas Gunung Merapi.

Kemudian rute Lava Tour Merapi ini juga mengunjungi Museum Petilasan Mbah Maridjan, yang merupakan juru kunci Gunung Merapi, dan juga ke Bunker Kaliadem.

Dan yang menarik, dengan mengendarai American Willys Jeep Soft Top melintasi jalan berbatu, melintasi genangan air seperti sungai dan mengeksplorasi setiap sudut letusan Gunung Merapi. Betapa merasakan pengalaman seru saat mengendarai Jeep Willys ini yang merupakan Jeep yang dipakai saat perang dunia ke dua.

Dengan Jeep ini juga bisa menikmati keindahan alam sekitar bahkan bisa juga mengabadikan momen saat Matahari terbit atau terbenam di setiap sudut Gunung Merapi.

Memang, pada peristiwa erupsi besar Gunung Merapi pada 26 Oktober 2010  tidak hanya menyisakan kisah kesedihan dan kehilangan, tetapi juga menjadi sebuah kisah sejarah penting yang menarik perhatian. Mengenang peristiwa ini dengan Jeep tidak hanya sebatas menguak, mengingat dan ikut merasakan Yogyakarta serta wilayah di kawasan ini yang dilanda erupsi besar Gunung Merapi.

Museum Petilasan Mbah Maridjan, Juru Kunci Gunung Merapi

Ya, pada erupsi terbesar Gunung Merapi dalam waktu 100 tahun itu memakan korban 353 orang, termasuk Juru Kunci Gunung Merapi saat itu, Mbah Maridjan.

Kini, meski sudah 14 tahun berlalu sejak erupsi itu, kita bisa menyaksikan sebuah perjalanan dan petualang seru dengan mengendarai Jeep dan sensasinya seolah menguji adrenalin.

Lava Tour Merapi dengan menggunakan Jeep akan membawa pengunjung dan wisatawan menikmari sensasi bagaimana dahsyatnya letusan Merapi tahun 2010 dengan mendatangi Museum Petilasan Mbah Maridjan. Museum ini berlokasi di Dusun Kinahrejo, Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta

Untuk jarak tempuh dari Tugu Jogja ke lokasi Museum Petilasan Mbah Maridjan adalah sekitar 26 kilometer dengan menempuh waktu perjalanan kurang-lebih satu jam. Rute ke museum bisa melalui Jalan Kaliurang, lalu ambil arah ke Kaliadem.

Nah, di museum Petilasan Mbah Maridjan ini menyimpan berbagai koleksi benda yang menunjukkan dahsyatnya awan panas Gunung Merapi. Berada di sini, bisa menyaksikan sendiri dampak awan panas yang sampai bisa menghancurkan atau melelehkan benda-benda yang dilaluinya.

Tampak bagaimana perlatan rumah tangga dan kediaman Mbah Maridjan seperti sendok, garpu, cangkir, piring, perlatan masak atau dapaur, lemari bahkan gamelan yang suka dimainkan si Mbah juga hewan ternak yang tinggal tulang belulang akibat erupsi Merapi.

Di museum Petilasan Mbah Maridjan ini juga terdapat penjelasan sejarah dalam bentuk seperti billboard  atau papan reklame iklan besar yang memuat informasi lengkap dan detail mulai tentang ketika peristiwa erupsi Merapi berlangsung dengan dasyatnya hingga proses evaluasi juga sisilah tentang juru kunci Gunung Merapi dari keluarga besar Mbah Maridjan.

Bunker Kaliadem, Pesona Bangunan Bawah Tanah

Kemudian dengan Jeep juga melintasi jalan berbatu, perbukitan dengan suasana asri meski terasa guncangan saat melintasi jalan dan area yang sangat ekstrim tersebut. Selanjutnya adalah mengunjungi area Bunker Kaliadem. Berada di sini, para wisatawan disuguhi panorama keindahan alam leremg Gunung Merapi.

Di Bunker Kaliadem yang berlokasi di Jepuhardjo, Kapanewon, Cangkringan Kabupaten Sleman, para pengunjung bisa melihat langsung bangunan bunker bahkan masuk ke bagian dalamnya di bawah tanah.

Kini Bunker Kaliadem menjadi salah satu wisata ikonik Yogyakarta yang disebut-sebut menyimpan sejarah mistis Erupsi Gunung Merapi pada 2006 lalu. Awalnya, tempat ini merupakan bangunan bawah tanah untuk berlindung ketika letusan terjadi.

Menarik bahwa di bunker ini juga tersimpan cerita misteri tewasnya dua relawan yang terjebak di dalam bunker ini. Bahkan bagi sebagian wisatawan yang penasaran dan tertarik ingin mengetahui bagaimana isi di dalam bunker bisa ikutan masuk ke dalamnya.

Memang, meski Bunker Kaliadem telah terkubur material vulkanik sejak tahun 2010, toh faktanya banyak wisatawan tertarik datang ke sini. Apalagi di area sekitar bunker ini juga para pengunjung dan wisatawan dapat menikmati sejuknya suasana dan pemandangan khas di kaki Gunung Merapi.

Pesona di bunker ini juga memperlihatkan pemandangan indah kota Yogyakarta dari ketinggian 2.000 meter di atas permukaan laut. Di mana, pengunjung juga bisa secara leluasa menikmati keindahan Gunung Merapi yang hanya berjarak 5 kilometer dari bunker.

Daya tarik si bunker sebagai bangunan yang melindungi diri dari letusan Gunung Merapi dicat putih seluas 12 x 8 meter. Untuk materialnya berasal dari beton kuat dengan ketebalan 25 sentimeter.

Kemudian keunikan lain dari bunker adalah pada wisata telusur sejarah saat menikmati berada di dalamnya .

Secara keseluruhan, boleh dibilang Lava Tour Merapi ini menikmati keindahan dan keasrian alam serta pemandangan di sekitar Gunung Merapi. Menggunakan Jeep Willys dengan harga sewa Rp 500.000 untuk empat penumpang dengan durasi dua jam, ini menjadi petualangan yang mendebarkan. Terutama saat menempuh jalur ekstrim dan yang menguji adrenalin. Yuks, yang ingin mendapatkan sensasinya, silahkan mencoba!

Teks: Hadriani Pudjiarti I Foto: dok. Istimewa