Teater Populer Tampilkan Dag Dig Dug, Lakon yang Tak Lekang oleh Masa

Jakarta, Kirani – Setelah cukup lama vakum, Teater Populer kembali ke pentas teater Indonesia. Kelompok teater yang didirikan oleh Teguh Karya ini membawakan lakon Dag Dig Dug karya Putu Wijaya, yang pernah dipentaskan 48 tahun lalu. Kali ini, digarap kembali oleh Slamet Rahardjo Djarot yang mengambil peran sebagai sutradara, menulis ulang naskah hingga melakukan beberapa pembaruan.

Pementasan yang juga dipersembahkan oleh Bakti Budaya Djarum Foundation bekerjasama dengan AP Production ini dipentaskan pada Sabtu, 25 Januari 2025 dan Minggu, 26 Januari 2025 pukul 19.00 WIB di Teater Salihara, Jakarta.

Memotret kehidupan manusia, lakon Dag Dig Dug menampilkan sepasang suami-istri berusia lanjut (Slamet Rahardjo dan Niniek L. Karim) yang tidak dikaruniai anak dan mengelola rumah indekosan di rumah besar mereka.

Tiba-tiba datang telegram yang menyampaikan bahwa salah satu mahasiswa yang pernah indekos di rumah itu, Chaerul Umam, seorang yang dikenal baik hati, meninggal karena kecelakaan. Ia menjadi korban tabrak lari di tengah malam, sementara pelakunya belum ditemukan oleh polisi.

Persoalan mulai muncul ketika datang dua utusan, Giarno (Donny Damara) dan Giarto (Reza Rahadian), membawa uang santunan namun ternyata jumlahnya tidak sama dengan yang tertera pada tanda terima.

Bukan itu saja. Konflik juga timbul mengenai akan digunakan untuk apa dana itu. Kecurigaan, rasa marah, emosi, penderitaan, mencuat lewat pertikaian dan keributan-keributan kecil di antara mereka berdua dan orang di sekelilingnya, di antaranya tokoh pembantu rumah tangga yang selalu menjadi pihak yang ditindas oleh majikannya, yaitu Cokro (Jose Rizal Manua).

Dapat dikatakan, naskah drama karya Putu Wijaya ini tak lekang oleh zaman. Perubahan-perubahan kecil yang dilakukan Slamet Rahardjo masih tetap menampilkan roh cerita utamanya.

Menurut sutradara sekaligus aktor kawakan ini, perubahan yang dilakukan untuk membuat konflik cerita dalam naskah tetap relevan dengan kondisi sekarang. Isu-isu terkini pun diselipkan, mulai dari kritik sosial hingga isu pagar laut misterius yang menggemparkan publik Indonesia baru-baru ini.

Dag Dig Dug menampilkan berbagai situasi yang membuat penikmatnya merenung, tertawa getir, menghadapi semacam kekacauan yang terjadi dalam diri manusia dan sekitarnya,” tutur Slamet Rahardjo, Jumat (24/1).

“Dialog terkadang tanpa ujung pangkal dan sebagian terasa dituturkan bukan kepada lawan main, melainkan kepada penonton, lebih tepatnya kepada situasi sekarang. Lakon ini sangat relevan dengan situasi mutakhir, bukankah belakangan ini kita sering dibuat deg-degan?” lanjutnya.

Pentas Dag Dig Dug ini diproduseri oleh Paquita Wijaya dan Samuel Wattimena, dengan co produser Taba Sanchabakhtiar. Pementasan ini juga dapat terlaksana dengan dukungan dari Jawa Pos, IN Time, Bluebird, dan Sariayu Martha Tilaar.

Teks: Setia | Foto: Bakti Budaya Djarum Foundation