Jakarta, Kirani – Pandemi Covid-19 memiliki dampak yang sangat luas. Begitu banyak industri yang terpukul dan dipaksa untuk berhenti selama setidaknya 1,5 tahun ini, salah satunya adalah industri pernikahan.
Larangan berkumpul, larangan menggelar pesta pernikahan dalam jumlah besar, bahkan sempat ada masa dimana pernikahan sama sekali tidak dapat dilaksanakan, membuat para penyedia jasa pernikahan, baik besar maupun kecil, menjerit sedih. Tanpa adanya pernikahan, bagaimana mereka harus membayar dan menghidupi karyawan?
Beruntung, setelah sekitar 9 bulan program vaksinasi berjalan, dan setelah melewati gelombang tinggi pada Juli – Agustus lalu, kasus positif kini sudah turun, dan berbagai peraturan pun mulai dilonggarkan. Yang artinya, pesta pernikahan kembali bisa digelar walaupun dalam jumlah terbatas dan mengikuti protokol kesehatan yang cukup ketat.
Momen ini pun dimanfaatkan oleh Hastana (Himpunan Perusahaan Penata Acara Pernikahan) Indonesia yang menggelar Musyawarah Nasional (Munas) II pada 29 September 2021 di Hotel Alana Yogyakarta. Perkumpulan wedding organizer ini menjadikan Munas ini sebagai momen kebangkitan industri pernikahan tanah air, selain sebagai ajang pemilihan ketua umum baru.
Gandi Priapratama sang nakhoda baru menyampaikan harapannya agar para anggota Hastana dapat terus meningkatkan kualitas sehingga dapat dijadikan pilihan utama para calon pengantin.
“Kita juga akan menjalankan acara sesuai protokol kesehatan yang diatur oleh pemerintah. Kita bukan ingin melanggar peraturan, akan tetapi dengan adanya peraturan tersebut kita harus kreatif, bagaimana agar acara tetap berjalan dengan lancar, tetap meriah, tetap khidmat, tetap indah, tapi tidak melanggar peraturan,”imbuh Gandi mengenai pelaksanaan pernikahan di masa pandemi yang belum berakhir ini.
Dilaksanakan secara hybrid dengan menggabungkan sistem offline dan online, Munas II Hastana Indonesia dihadiri oleh seluruh anggota Hastana yang merupakan pelaku usaha penata acara pernikahan (wedding organizer) dari berbagai wilayah Indonesia.
Dalam kesempatan ini, turut hadir Kepala Dinas Pariwisata DIY, Bp.Singgih Raharjo,SH.,M.Ed mewakili Gubernur DI Yogyakarta, serta perwakilan asosiasi industri pernikahan tanah air, seperti APJI (Asosiasi Pengusaha Jasa boga Indonesia), APPGINDO (Asosiasi Pengusaha Pernikahan dan Gaun Indonesia), ASGEPERINDO (Asosiasi Gedung Pertemuan dan Tempat Resepsi Indonesia), ASPEDI (Asosiasi Pengusaha Jasa Dekorasi Indonesia), HIPDI (Himpunan Pengusaha Dokumentasi Indonesia), IPAMI (Ikatan Pengusaha Musik Pernikahan Indonesia), PPJI (Persatuan Pengusaha Jasaboga Indonesia), HIPAPI (Himpunan Pembawa Acara Pernikahan Indonesia) dan HARPI MELATI(Himpunan Ahli Rias Pengantin Indonesia).
Yogyakarta sengaja dipilih sebagai tempat penyelenggaraan acara sebagai upaya mendorong Yogyakarta menjadi salah satu pilihan wedding destination, mengingat kota ini telah lama dikenal dengan keromantisan dan kehangatannya, juga kekayaan budaya yang terus terjaga hingga saat ini.
Beragam penampilan pun digelar untuk meramaikan acara ini seperti Tari Pudiastuti sebagai tarian pembuka dan tari Asmaradhana Mamuk Rahmadona, dilanjutkan Kirab Prajurit Manggolo Yudo dan Prajurit Lombok Abang yang mengawal jajaran pengurus Hastana Indonesia masuk ke dalam ballroom MICC-Hotel Alana Yogyakarta; hingga musikalisasi perjalanan Hastana Indonesia yang diiringi Tari Gunungan.
Teks: Setia Bekti | Foto: dok. Hastana Indonesia