#PuisiDiRumahAja Suara Masyarakat Dari Balik Jendela

Jakarta, Kirani – Sejak beberapa minggu terakhir ini, Galeri Indonesia Kaya konsisten menghadirkan hiburan yang digelar secara online. Sehingga memungkinkan para penikmat seni untuk menikmati beragam pertunjukan seni sambil tetap #dirumahaja selama pandemi COVID-19 berlangsung. Dan pada Rabu, 20 Mei 2020, Galeri Indonesia Kaya mempersembahkan sebuah pertunjukan online bertajuk #PuisiDiRumahAja yang ditampilkan secara live, pukul 20.00 WIB di YouTube IndonesiaKaya.

 

Pertunjukan ini berawal dari kompetisi #PuisiDiRumahAja di akun Instagram @indonesia_kaya, yang mengajak masyarakat untuk mencantumkan caption puisi bertemakan “Dari Balik Jendela” dengan foto apa saja di akun Instagram.

 

“Tingginya antusiasme masyarakat terlihat dari jumlah penikmat seni yang menyaksikan pertunjukan ini secara live di channel YouTube IndonesiaKaya, juga dari jumlah peserta yang mengikuti kompetisi #PuisiDiRumahAja. Dalam beberapa hari peserta yang mengikuti #PuisiDiRumahAja telah mencapai 182 orang dan setelah diakurasi, terpilih 21 orang yang berkesempatan membacakan puisinya secara live. Senang rasanya melihat antusiasme yang tinggi dari para pecinta puisi dalam kegiatan ini. Semoga kegiatan ini dapat menghibur dan menginspirasi para penikmat seni yang sedang di rumah, untuk menuangkan dan mengasah kreativitas dalam menuliskan karya-karya sastra, terutama puisi,” ujar Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation.

 

Ratna Riantiarno dan Sari Madjid

 

Berdurasi sekitar 120 menit, pertunjukan dibuka dengan lantunan suara merdu Louise Monique (vokalis Deredia) yang menyanyikan lagu berjudul O, Dengarlah – Myra (ciptaan M. Soetijoso). Pertunjukan yang dipandu oleh Sita Nursanti dan ditemani oleh Bentara Bumi (founder Malam Puisi Indonesia) dan Putri Minangsari (co-founder Unmasked – Poetry Open Mic) ini menampilkan 21 peserta terpilih. Para peserta berasal dari berbagai daerah dan latar belakang profesi, mulai dari petani di Tumenggung, guru di Karang Anyar, pedagang di Bali, mahasiswa di Blitar, ASN di Jakarta, dokter di Manado, hingga editor di Singapura. Para peserta ini menggambarkan pergolakan emosi, kepasrahan, dan berbagai sudut pandang mereka dalam menghadapi pandemi Covid-19.

 

#PuisiDiRumahAja ini juga semakin meriah dengan kehadiran pembaca tamu, seperti aktris Putri Ayudya yang membacakan puisi karangannya yang berjudul Otak Atik. Selain itu ikut juga terlibat Komunitas Perempuan dan Puisi. Sebuah komunitas yang diprakarsai oleh Sari Madjid, Daisy Lintang, dan Untari dari Teater Koma yang diperuntukanbagi seluruh perempuan yang ingin mengekspresikan rasa melalui puisi. Pada kesempatan ini, komunitas yang hari ini diwakilkan oleh Sari Madjid dan Ratna Riantiarno, membacakan puisi berjudul Dari Balik Jendela ke hadapan para penikmat seni.

 

“Kegiatan #PuisiDiRumahAja menjadi wadah bagi para pecinta sastra yang gemar menulis serta membaca puisi, untuk sama-sama berbagi hasil karya yang mereka ciptakan. Dalam mengakurasi seluruh puisi yang masuk tidak mudah karena karya-karya yang dikirimkan sungguh luar biasa dan para peserta yang terpilih ini mengangkat tema Dari Balik Jendela dari berbagai sisi yang mewakili perasaan kita yang harus berada #dirumahaja. Kegiatan ini menjadi alternatif bagi para penikmat puisi yang berada di mana saja untuk bertemu secara virtual dan bersama-sama membacakan karya mereka. Semoga puisi-puisi yang dihadirkan malam hari ini dapat menenangkan hati dan diterima dengan baik oleh para pecinta puisi yang sedang di rumah,” ujar Putri Minangsari.

 

Hal senada diungkapkan oleh Putri Ayudya, “Senang rasanya bisa berbagi dan mendengar karya-karya indah dari para pecinta sastra. Sambutan meriah di kolom komentar, dari para penikmat seni yang menyaksikan pertunjukan online ini di rumah juga semakin menghidupkan suasana. Walaupun tidak bertatap muka secara langsung, kami harap puisi-puisi indah bertemakan Dari Jendela Rumah yang disajikan malam hari ini dapat menghibur dan menginspirasi para penikmat seni.”

 

Para peserta #PuisiDiRumahAja

 

21 peserta terpilih yang berkesempatan membacakan puisinya adalah :

1. Masgal (@masgalgal) – Mahasiswa, aktif di Malam Puisi Bandung.
Mengetengahkan pergolakan emosi seorang laki-laki yang tidak segan untuk menangis.

2. Ikaf (@ikafff) – Guru Bimbel, aktif di Malam Puisi Jakarta.
Mewakili  yang dirasakan banyak orang selama PSBB, rindu. Dengan diksi gemas, puisinya sederhana namun sarat makna dan rasa.

3. Said (@iqbalnurs) – Process Engineer – Jakarta
Mewakili jeritan hati para pegawai kantoran yang harus WFH di saat wabah 


4, 5. Safira dan Sarita (@srtlrst – @safirasati) – Si Kembar yang aktif di Malam Puisi Jakarta
Berkisah tentang rasa sepi dan keterasingan dalam keterbatasan. Dua puisi mereka  dikolaborasikan menjadi sebuah penampilan bersama.

6. Depi (@deepiend_s) – Guru dari Karang Anyar
Puisi yang dengan percaya diri dan luwes menggunakan kata-kata dan kalimat berbahasa Jawa, menggambarkan melankoli perasaan di masa karantina.


7. Fuad (@yahya.fuadi) – Petani dari Temanggung
Ada kerbau, penggambaran hidup petani di pedesaan di masa wabah corona. Menyentuh, sederhana namun tulus. 


8. Pris (@prischarity)- Dokter dari Tangerang
Puisi yang nge-pop, khas tulisan anak kota besar dengan angle menarik dimana ada pergerakan manusia menyeberang ‘dari gelap ke terang’ dengan bantuan senter di ponsel. Menggugah dan mencerminkan optimisme.


9. Faqih (@suara_bising) – Pengajar dari Indramayu
Jujur dan gamblang menggambarkan sisi-sisi kehidupan yang berubah, serta harapan-harapan sederhana seorang manusia, di masa karantina.

10. Rere (@whenscarves) – ASN dari Jakarta
Konten yang relatable, familiar, ditulis dengan alur yang sangat natural sehingga enak dibaca. Menggelitik karena mengungkap kekesalan saat ditanya ‘kapan nikah’.

11. Restu (@dhiyarestuputra) – Mahasiswa dari Wonogiri
Puisi tentang rindu, perpisahan, dan kenangan. Tanpa sama sekali mengucap ketiga kata tersebut. Dengan halus mampu dimasukkannya ketiga rasa tersebut ke dalam judul dan keseluruhan puisi.

12. Riane (@rianeanggreani) – Dokter Spesialis Neurologi dari Manado
Menghadirkan visual seseorang yang menanam dengan penuh doa dan pengharapan. Sebagai makhluk seorang yang berserah pasrah pada kuasa sang Maha Pencipta.

13. Wahyu (@Perahu_kecil50) – Freelancer dari Bogor
Puisinya menangkap kondisi sosial dari diberlakukannya PSBB. Ia memberikan suara pada mereka yang kehilangan mata pencaharian dan terancam kelaparan.

14. Neni (@neniekaw) – Mahasiswa dari Blitar
Di-crafting dengan rapih dan hati-hati. Puisinya nyaman untuk didengar dan dinikmati.

15. Olga (@olgakdid) – Pedagang dari Bali
Puisinya mewakili pembahasan dampak ekonomi politik dari pandemi, dan dengan cerdas menyentuh soal ketidakjelasan PSBB dan mortality rate akibat virus corona.

16. Emma (@blanket.em) – Freelancer – Ambon
Puisinya berjudul menarik Melihat Kejahatan Hujan, dimulai dengan kata pertama yang juga menarik ‘cumulonimbus’. Nada keseluruhan puisinya lantang, ada frustrasi, tapi juga kepasrahan.

17. Annisa (@annisa.alhabsyi) – Mahasiswi – Pangkalan Bun
Puisinya mengedepankan isu feminisme di saat wabah corona dengan berhasil – lugas tanpa terlalu terkesan keras.

18. Risti (@ristiawanlanang)

Satu-satunya puisi dengan tema spiritualisme. Sebuah refleksi mendalam tentang kehadiran pandemi di muka bumi.

19. Gea (@gea.pertiwi) – Arsitek dari Pontianak
Menggambarkan hujan dan warna-warni alam dengan kata-kata menarik seperti bumantara, bianglala dan sangkakala.

20. Menur (@animenur) – Editor dari Singapura
Jujur dan apa adanya dalam mengekspresikan kerinduan terhadap seseorang saat tak bisa bertemu.

21. Stefany (@stefaneych) – Copywriter dari Jakarta
Sugestif, sensual, berani, dengan bait terakhir yang catchy ‘mata cinta mencari-cari, nyalang cemerlang, seperti bintang-bintang’.

 



Teks Setia Bekti | Foto Galeri Indonesia Kaya