#NontonTeaterDiRumahAja Hadirkan Republik Petruk, Kisah Wayang Berpadu Fashion Harajuku

Jakarta, Kirani – Bulan demi bulan berjalan, pandemi COVID-19 belum juga berakhir. Akan tetapi kegiatan harus mulai dilakukan, maka kebijakan New Normal pun diterapkan, bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di berbagai negara di hampir seluruh belahan dunia. Meski demikian, Bakti Budaya Djarum Foundation tetap setia menghadirkan #NontonTeaterDirumahAja, menemani para penikmat seni yang lebih memilih menghabiskan akhir pekannya #DiRumahAja.

 

Pada akhir pekan ini, para penikmat seni dapat dihibur oleh rekaman pementasan Republik Petruk yang diproduksi oleh Teater Koma. Lakon yang akan tayang pada Sabtu, 11 Juli dan Minggu, 12 Juli pukul 14.00 WIB di website www.indonesiakaya.com serta channel YouTube IndonesiaKaya ini, merupakan rekaman dari pertunjukan yang diselenggarakan pada 9 – 25 Januari 2009 di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki (TIM).

 

Lakon tragis, kocak, getir dan konyol ini juga dimeriahkan oleh Budi Ros, Ratna Riantiarno, Rita Matumona, Salim Bungsu, Cornelia Agatha, Dudung Hadi, Dorias Pribadi, Alex Fatahillah dan masih banyak lagi. Sebelum menyaksikan lakon Republik Petruk, penikmat seni dapat mengetahui lebih dulu mengenai lakon ini melalui live chit-chat bersama Subarkah Hadisarjana, melalui akun instagram @indonesia_kaya pada Jumat, 10 Juli 2020 pukul 17.00 WIB.

 

Petruk Belgeduwelbeh dalam Republik Petruk

 

Lakon ini merupakan trilogi ketiga dari serial Kisah-Kisah Republik; Republik Bagong (2001) dan Republik Togog (2004). Lakon yang menggambarkan keadaan di sekitar kita ini, juga mengajak para penikmat seni untuk lebih optimis dengan keadaan yang kerap terjadi di sekitar. Semoga, selain menjadi hiburan bagi penikmat seni, lakon ini juga dapat membukakan mata dan memberi pandangan baru tentang beragam masalah yang kerap terjadi di sekitar kita,” ujar N. Riantiarno selaku sutradara dalam pementasan ini.

 

Kisah ini berawal saat Mustakaweni berhasil mencuri jimat Kalimasada, pusaka Pandawa, dengan cara menyamar sebagai Gatotkaca. Srikandi, perempuan pahlawan itu, tak mampu merebut kembali Kalimasada. Pada saat bersamaan, datang satria bagus bernama Priambada. Dia sedang mencari ayahnya, Arjuna. Srikandi bersedia menolong dengan syarat: Sang Satria harus merebut kembali Jimat Kalimasada. Priambada bersedia, maka terjadilah perebutan yang seru. Mustakaweni ternyata jatuh hati dan membiarkan Priambada merebut Jimat Kalimasada, meski tetap pura-pura melawan. Karena kerepotan, Priambada menitipkan Jimat Kalimasada kepada Petruk.

 

Petruk menjadi raja bergelar Prabu Belgeduwelbeh Tongtongsot akibat tuah jimat titipan, ketika dia naik tahta berbagai kekacauan terjadi karena konon ketika Petruk menjadi raja maka seakan hilang sudah harapan meraih masa depan yang lebih baik, karena semua berhenti pada wacana saja, Siapa mampu menggantikan Petruk Belgeduwelbeh? Sebab, nampaknya, kondisi `Serba Boleh Ye’ itu, masih terus berlangsung.

 

Sebuah adegan dalam Republik Petruk

 

Penikmat seni juga disuguhkan dengan alunan melodi dan gerak tari yang indah oleh Elly Luthan sebagai penata gerak, dari sisi musik yang unik dan riang gembira oleh Idrus Madani seniman yang aktif dalam memproduksi musik untuk teater. Selain menampilkan lakon yang terilhami oleh kisah wayang, ada pula perpaduan pementasan dengan estetika fashion Harajuku yang penuh warna, mulai dari gaya rambut, tata rias, baju, sepatu hingga asesoris para tokoh.

 

“Teater Koma kerap menyajikan beragam lakon yang kental dengan kebudayaan Indonesia. Dengan balutan humor yang khas, Teater Koma juga menggambarkan bagaimana sebuah negeri ketika punakawan menjadi penguasa. Kami harap, selain dapat mengenalkan kebudayaan di Indonesia, penayangan lakon Republik Petruk dalam kegiatan #NontonTeaterDiRumahAja dapat meningkatkan semangat cinta budaya, cinta Indonesia kepada para penikmat seni, terutama generasi muda,” ujar Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation.

 

 

 

Teks Setia Bekti | Foto Indonesia Kaya