Mengenang Masa Kecil bersama “Timun Mas” Persembahan #MusikalDiRumahAja

Jakarta, Kirani – Seorang gadis kecil berlari begitu kencang sambil menangis. Dibelakangnya, raksasa berukuran tinggi besar dan dalam kondisi marah mengejar sang gadis.

 

Gadis yang ketakutan ini memegang empat bungkusan di tangannya, masing-masing bungkusan berisi biji timun, jarum, garam, dan terasi. Dua bungkusan kecil telah ia lempar ke arah raksasa, bungkusan berisi biji timun menjelma menjadi ladang timun, serta bungkusan berisi jarum menjelma menjadi rerumpunan bamboo yang runcing dan mengurung tubuh raksasa. Meski sempat kesulitan, sang raksasa berhasil keluar dari dua rintangan tersebut.

 

Sang gadis kecil pun semakin ketakutan. Ia terus berlari meski tenaganya sudah mulai habis. Sambil berlari ia melemparkan bungkusan ketiga yang berisi garam ke arah si raksasa. Tiba-tiba saja timbul lautan luas yang hampir menenggalamkan raksasa. Namun sekali lagi, dengan usaha keras, sang raksasa berhasil melewati lautan tersebut. Ia pun semakin marah karena merasa dipermainkan. Sang gadis yang mulai putus asa lalu melemparkan bungkusan terakhir yang ada di tangannya. Dari bungkusan kecil berisi beberapa potong terasi itu, lahirlah lautan lumpur panas yang mengepung raksasa. Dan kali ini, raksasa tak mampu lagi menyelamatkan diri, lumpur panas tersebut pun akhirnya mengakhiri hidup si raksasa. Sang gadis yang akhirnya selamat tak mampu menahan tangis, ia pun terduduk letih sambil menangis.

 

Mbok Srini, ibunda Timun Mas

 

Adegan tersebut begitu membekas dalam benak saya. Adegan dari cerita rakyat Timun Mas yang saya tonton saat masih duduk di bangku sekolah dasar. Jantung saya berdegup kencang saat menontonnya, sambil terus berdoa agar Timun Mas selamat dari kejaran raksasa j ahat. Dan kali ini, saya melihat adegan tersebut dimainkan lagi, menggunakan teknologi yang belum ada di saat saya kecil dulu. Tentu saja kali ini jantung saya tidak berdegup kencang, karena saya sudah tahu persis jalan ceritanya. Namun keseruan menonton kembali cerita rakyat yang dihadirkan oleh BOOW LIVE X Indonesiakaya.com melalui program #MusikalDiRumahAja  telah berhasil membangkitkan pengalaman seru masa kecil saya.

 

Ini adalah episode kedua tayangan #MusikalDiRumahAja yang dapat disaksikan melalui akun YouTube IndonesiaKaya. “Sejak pertama kali ditayangkan pada pekan lalu, episode perdana dari program #MusikalDiRumahAja yang menampilkan cerita rakyat dari Sumatera Barat, Malin Kundang ini telah disaksikan oleh lebih dari 250.000 penikmat seni. Kami senang melihat antusiasme dan semangat dari para penikmat seni yang sangat tinggi dengan program #MusikalDiRumahAja ini. Semoga sajian-sajian inspiratif dan edukatif yang akan kami suguhkan selalu mendapatkan apresiasi yang tinggi dan diterima dengan baik oleh para penikmat seni,” ujar Renitasari Adrian, Program Director Indonesiakaya.com.

 

Ratu Peri Hutan

 

Episode kedua dari #MusikalDiRumahAja ini, mengusung format vertikal atau 9:16, dengan tujuan mempermudah penikmat seni yang menyaksikan dengan telepon genggam atau tablet. Konsep format 9:16 dan penggunaan tempat duduk putih adalah bentuk respon awal mhyajo, sutradara teater dan penulis libretto, sebagai pengganti sumber energi yang selalu terjadi di setiap panggung pertunjukan.

 

Dalam himpitan kondisi pembatasan sosial, Bona Palma dan sejumlah insan kreatif dari dua subsektor seni pertunjukan dan film bersinergi, menghasilkan sebuah karya ber’jenis’ tidak ada ‘rumusan baku’ untuk sejatinya menjaga ekosistem seni tersebut tetap ada, dan tetap bisa dinikmati walaupun di rumah saja.

 

Episode kedua ini adalah tentang Timun Mas, sebuah karya musikal fantasi distopia yang lahir dari buah timun berwarna emas dan diasuh dengan penuh cinta oleh seorang wanita bernama Mbok Srini. Namun sebenarnya ada perjanjian di balik itu. Konflik pun terjadi ketika Mbok Srini tidak mematuhi kesepakatannya dengan Raksasa, sang pembuat sistem.

 

Ki: Raksasa Ka: Peri Hutan Kalathea

 

#MusikalDiRumahAja yang diproduseri oleh Bayu Pontiagust ini, disutradarai oleh sutradara teater dan penulis libretto mhyajo yang berkolaborasi dengan sutradara film Bona Palma. Selain dimeriahkan oleh para peserta program Indonesia Menuju Broadway seperti Galabby Thahira sebagai Mbok Srini, Gerardo Tanor sebagai Penjaga Pinjaman 756, Lil’li Latisha sebagai Peri Hutan “Kalathea”, Neona sebagai Timun Mas Kecil, Palka Kojansow sebagai Penjaga Pinjaman 777, Putri Indam Kamila sebagai Peri Hutan “Dandelion”, Musikal ini juga turut dimeriahkan oleh Karina Salim sebagai Timun Mas Besar, Tanayu sebagai Ratu Peri Hutan, dan Zack Lee sebagai Raksasa Dunia.

 

Sentuhan melodi yang indah dari penata musik dan komposer Aldhan Prasatya, serta tatanan vokal dari  Venessa Adverta juga semakin mewarnai musikal bertajuk Timun Mas ini. Selain itu banyak juga pihak-pihak lain yang terlibat seperti, Gadis Fajriani selaku asisten sutradara film dan produser, Bhita Harwantri selaku produser pendamping, Gunnar Nimpuno selaku sinematografer, dan Dennis Sutanto selaku penata artistik, Arifin Cuunk selaku penyunting gambar, David Bharata selaku penyunting efek visual,  dan Muthiara Rievana selaku penata kostum.

 

“Melakukan proses latihan secara virtual dan tidak bertatap muka secara langsung dengan para pemain lainnya saat proses syuting tentu menjadi sebuah pengalaman yang berbeda. Bagaimana kami menyatukan chemistry secara virtual tanpa bertemu langsung dengan lawan main bisa dibilang menjadi sebuah tantangan tersendiri. Semoga penampilan kami dalam #MusikalDiRumahAja ini dapat menghibur dan menginspirasi para penikmat seni,” ujar Galabby Thahira, pemeran  Mbok Srini.

 

Dan inilah jadwal lengkap penayangan #MusikalDiRumahAja:

  1. Malin Kundang : Kamis, 23 Juli 2020, pukul 20.00 WIB
  2. Timun Mas : Kamis, 30 Juli 2020, pukul 20.00 WIB
  3. Rara J : Kamis, 6 Agustus 2020, pukul 20.00 WIB
  4. Sangkuriang : Kamis, 13 Agustus 2020, pukul 20.00 WIB
  5. Bawang Merah Bawang Putih : Kamis, 20 Agustus 2020, pukul 20.00 WIB
  6. Lutung Kasarung : Kamis, 27 Agustus 2020, pukul 20.00 WIB

 

 

Teks Setia Bekti | Foto Dok. Indonesia Kaya