Melukat, Wisata Lintas Agama Yang Jadi Andalan Bali

Bali, Kirani – Tren gaya hidup yang kembali ke religi, menjadi ladang baru bagi beberapa negara untuk menawarkan beberapa wisata religi yang  bisa diminati dan dilakukan oleh lintas agama. Pasca pandemi, banyak kecendrungan  orang-orang melakukan wisata yang berbau agama.

Bali dikenal memiliki tradisi dan budaya yang terjaga dengan baik. Di samping itu, tingkat toleransi yang tinggi memberi keleluasaan bagi umat agama manapun untuk diterima dengan tangan terbuka di Pulau Dewata ini. Bahkan, saat ini beberapa kegiatan ritual keagamaan Hindu mulai terbuka dan dijadikan wisata religi bagi para wisatawan asing maupun lokal.

“Wisata religi ini saat ini menjadi andalan karena kita memiliki banyak keunggulan yang tak dimiliki bangsa lain. Banyak tempat religi yang memiliki kekuatan menjadi destinasi wisata,” kata Sandiaga Uno, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) dalam membuka rangkaian kegiatan Pabbajja Samanera di kompleks Candi Borobudur Magelang, Desember 2022.

Saat menyambut wisatawan asing pertama, pada Minggu (1/1/2023) dinihari di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali, Sandiaga Uno menargetkan tahun 2023 ada 7,4 juta wisman (wisatawan mancanegara), lebih kurang 60% dari jumlah kunjungan tersebut, atau sekitar 4 juta wisman, ditargetkan akan mengunjungi Bali. Melihat target kunjungan wisman pada tahun 2022 yang menyentuh angka 2,2 juta, Sandiaga optimis Bali dapat memenuhi target kunjungan tersebut.

Oleh karena itu, pemerintah perlu memperhatikan banyak hal dalam menyiapkan berbagai tempat wisata termasuk wisata religi yang sangat diminati oleh wisatawan mancanegara.  Seperti melukat, yang saat ini menjadi tren yang bisa dilakukan oleh para wisatawan yang datang ke Bali. Melukat, memang sedang menjadi tren bagi wisatawan lokal dan mancanegara. Tak sedikit wisatawan mancanegara, pesohor, artis, hingga selebgram yang datang ke Bali untuk melakukan dan merasakan langsung prosesi melukat ini.

Melukat bahkan tak lagi soal pengalaman spiritual secara personal, tetapi juga menjadi konten di media sosial. Umat Hindu di Bali percaya bahwa setiap manusia memiliki sifat diri yang kotor dan harus dibersihkan. Prosesi melukat diharapkan dapat membersihkan segala hal yang bersifat kotor atau negatif, baik secara jasmani maupun rohani.

Merupakan upacara pembersihan pikiran dan jiwa secara spiritual dalam diri manusia, melukat dilakukan secara turun temurun oleh umat Hindu sampai saat ini. Berasal dari kata sulukat, dimana su berarti baik dan lukat yang berarti pensucian, upacara melukat ini dipimpin oleh pemangku adat. Saat ini, melukat biasanya masuk dalam paket tur setengah hari, kemudian dilanjutkan dengan aktivitas lain seperti mengunjungi pura dan menikmati panorama alam.

Menurut Guru Besar Ilmu Pariwisata Universitas Udayana Profesor I Gde Pitana, melukat dapat dilihat dari dua sisi. Pertama adalah kegiatan religi bagi umat Hindu dan kedua merupakan wisata spiritual yang bisa dilakukan oleh siapa saja.

Jenis-Jenis Melukat

Ada tujuh jenis upacara melukat, yaitu melukat astapungku untuk membersihkan dan menyucikan malapetaka akibat pengaruh hari kelahiran dan Tri Guna (Satwam, Rajas, Tamas) yang tidak seimbang.

Kemudian ada melukat surya yomana untuk melepas noda dan kotoran pada bayi, melukat gini ngelayang untuk pengobatan penyakit, melukat prabu untuk memohon agar para pemimpin mendapatkan kemakmuran, serta ada melukat gomana, melukat semarebada, dan melukat nawa ratna.

Prosesi melukat biasanya dilakukan di tempat bersejarah, pura, tempat pemandian, dan laut yang ada di Bali. Salah satu tempat melukat yang terkenal di Pulau Dewata adalah Pura Tirta Empul di Desa Manukaya, Kecamatan Tampak Siring, Kabupaten Gianyar.

Banyak wisatawan yang sudah tak asing lagi melakukan melukat di Pura Tirta Empul. Ketika mengunjungi Pura Tirta Empul Tampak Siring, wisatawan bisa melihat kawasan ini terbagi menjadi tiga bagian, ada Jaba Pura, Jaba Tengah, dan Jeroan. Di Jaba Tengah ada sebuah kolam dengan 33 pancuran air, di sini biasanya wisatawan mengantre untuk melukat.

Di Tirta Empul, pancuran-pancuran air tersebut memiliki nama masing-masing, 14 pancuran Pancuran Tirtha Pembersihan, 2 Pancuran Tirta Pelebur Kutukan dan Sumpah, kemudian 6 pancuran Tirtha Penyakit Berat dan Tirtha Upakara. Sesuai namanya, pancuran tersebut memiliki fungsi dan manfaat tersendiri.

Selain Pura Tirta Empul Tampak Siring, ada beberapa tempat melukat lain di Bali, misalnya Pesiraman Sebatu atau Pura Dalem Pingit Sebatu, Pura Campuhan Windhu Segara, Pura Gua Giri Putri di Nusa Penida, dan Pura Taman Mumbul, Sangeh.

Teks : Galuh | Foto: dok. Istimewa