Jakarta, Kirani – Ketersediaan vaksin yang terbatas mengancam 120.000 anak perempuan terancam tidak mendapat vaksinasi HPV lanjutan.
Pemberian vaksinasi Human Papilloma Virus (HPV) kepada anak perempuan di proyek percontohan, membuat banyak dokter mempertanyakan komitmen pemerintah sejauhmana terhadap masalah ini. Seharusnya pada 2019 anak-anak sudah mendapatkan vaksin HPV dosis kedua yang bisa mencegah risiko kanker serviks. Karena terlambat, sekira 120.000 anak perempuan terancam tidak mendapat vaksinasi HPV lanjutan.
Kondisi ini disayangkan Ketua Satuan Tugas Imunisasi Prof Dr Cissy B. Kartasasmita, Msc, PhD, SpA(K). “Kalau memang vaksinasi dianggap penting, seharusnya tidak terjadi keterlambatan ini. Sebab proyek ini sudah masuk dalam agenda Kementerian Kesehatan seharusnya kendala penyediaan vaksin sudah disiapkan jauh-jauh hari,” kata Prof. Cissy melalui percakapan telepon.
Prof Cissy juga mengharapkan, keterlambatan ini tidak terjadi berlarut-larut. Kalau memang sudah masuk program Kementrian Kesehatan, seharusnya ada pergantian menteri atau dirjen, programnya tetap harus jalan sesuai rencana.
Adapun penyebab keterlambatan pelaksanaan vaksinasi dosis kedua ini ditengarai karena adanya perubahan mekanisme pengadaan di internal kementerian kesehatan. Hal ini terungkap pada rapat kerja kementerian kesehatan dengan DPR RI beberapa waktu lalu.
“Kelihatannya ada perubahan kebijakan kebijakan menteri baru yang memengaruhi pelaksanaan program, tidak hanya vaksin HPV tapi juga pengadaan obat yang kemudian tertunda,” ucap drg. Putih Sari, Anggota Komisi IX dari Fraksi Gerindra.
Meski Komisi IX tidak memberi batas waktu agar pelaksanaannya bisa segera dilakukan, tapi Putih menegaskan pihaknya terus mengawal proyek percontohan ini agar segera terlaksana. Vaksin HPV ini akan menjadi tidak efektif bila terlambat diberikan kepada anak-anak dan membuang anggaran negara.
Proyek percontohan vakinasi HPV pertama kali di lakukan di Jakarta pada 2016. Lalu pada 2018 pemerintah melanjutkannya menjadi program percontohan vaksinasi dengan menyasar para siswi kelas 5 SD dan sederajat di lima daerah yaitu Yogyakarta, Surabaya, Makassar, dan Manado. Seharusnya pada November kemarin, vaksinasi HPV dosis kedua dilakukan. Ini sesuai dengan anjuran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa vaksinasi HPV untuk anak perempuan berusia 9-13 tahun dilakukan sebanyak dua kali.
Mengenai efektivitas kerja vaksin, Prof. Cissy menyebutkan, anjuran yang diberikan untuk penyuntikan dosis kedua adalah maksimal 15 bulan. Artinya masih ada rentang waktu yang bisa dikejar pemerintah untuk segera melaksanakan vaksinasi. Hanya saja sampai saat ini menurutnya belum ada penelitian yang menggambarkan bagaimana pembentukan antibodi jika vaksinasi lanjutan diberikan lebih dari batas anjuran yang diberikan.
Vaksin HPV Memiliki Keampuhan.
Vaksinasi HPV sendiri ditujukan memberikan antibodi tubuh untuk melawan serangan Human Papilloma Virus (HPV). Virus ini adalah virus umum yang ditemukan di mana-mana dengan lebih dari 130 tipe dengan keganasan yang berbeda. Adapun tipe HPV yang paling ganas dapat menyebabkan terjadinya kanker serviks. Data Globocan 2018 dan 2012 menunjukkan insiden kanker serviks di Indonesia yang terus meningkat.
Prof Cissy menerangkan, lewat penelitian keampuhan vaksin HPV terbukti melawan serangan HPV, sehingga dapat mencegah kanker serviks. Pasalnya, vaksin HPV punya antibodi yang kuat dalam melawan virus saat masuk ke tubuh.
Saat ini Indonesia menjadi negara dengan insiden kanker serviks tertinggi di Asia, bahkan lebih dari 50 persen diantaranya meninggal dunia. Virus HPV masuk ke dalam tubuh ketika ada celah luka pada lapisan epitel di serviks. Berdasarkan penelitian, proteksi maksimal bisa didapat melalui pencegahan primer berupa vaksinasi yang bisa mulai dilakukan pada anak berusia 9 tahun. Antibodi melawan virus HPV akan terbentuk lebih maksimal jika vaksinasi diberikan sejak dini.
“Secara teori kerja vaksin, suntikan pertama bekerja untuk menghasilkan sel memori dalam tubuh. Sel memori akan bereaksi ketika diberikan vaksinasi lanjutan sehingga ketika virusnya masuk, tubuh bisa langsung mengeluarkan antibodi untuk melawan,” ungkap Prof. Cissy.
Adapun vaksin HPV yang diberikan dalam program ini adalah yang dapat melindungi tubuh dari empat tipe HPV (tipe 6, 11, 16, dan 18). Vaksin ini telah mendapat sertifikat Halal dari Islamic Food and Nutrition Council of America (IFANCA) yang juga telah diakui oleh Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI).
Berbagai studi menunjukkan vaksinasi HPV yang dilakukan secara nasional efektif menekan terjadinya kanker serviks. Seperti apa yang dilakukan di Amerika Serikat dan Australia misalnya. Kedua negara ini berhasil menurunkan insiden kanker serviks secara signifikan sampai 75 persen setelah menjalankan program vaksinasi HPV secara nasional sejak 10 tahun belakangan.
Teks : Galuh | Foto: Istimewa