Gelar Bioskop Rakyat, PFN Berkolaborasi Dengan Goethe Institut Putar Film Indonesia Berkualitas

Jakarta, Kirani – Menonton ke bioskop masih menjadi sebuah kebutuhan yang tidak bisa dihindari bagi masyarakat Indonesia. Dengan datang atau menonton ke bioskop, tentulah memiliki sensasi dan punya perbedaan tersendiri ketika menyaksikan film terbaru dan sederetan film berkualitas.

 

Pada Jumat, 21 Februari 2020, Perum Produksi Film Negara (PFN) menggelar acara Bioskop Rakyat di Studio 3 di kantor Perum PFN, di kawasan Polonia, Jakarta Timur. Acara menonton ini berlangsung dua sesi yaitu pada 21-23 Februari dan 28-29 Februari 2020.

 

Dalam gelaran Bioskop Rakyat kali ini, PFN menggandeng pusat kebudayaan Jerman Goethe-Institute Jakarta dan memutar film-film Indonesia yang berkualitas.

 

Erwin Arnada, Kepala Divisi Produksi Film Layar Lebar Perum PFN dalam acara temu media pada Jumat, 21 Februari 2020, menjelaskan Bioskop Rakyat lahir dari keprihatinan karena minimnya kantong-kantong distribusi yang tersedia pada saat film itu sudah selesai tayang di Bioskop 21, atau bahkan film itu belum sempat tayang dan bertemu dengan audiens-nya.

 

“Kita coba membuka kesempatan itu agar semua film terutama yang sesuai dengan karakter PFN kita didistribusikan melalui Bioskop Rakyat,” ujar Erwin.

 

Memperingati Hari Pers Nasional

 

Ide menarik digelarnya Bioskop Rakyat di kompleks studio perkantoran Perum PFN, Jakarta Timur, pada  jadwal tersebut, sekaligus memperingati Hari Pers Nasional yang jatuh bulan Februari ini.

 

Program Bioskop Rakyat ini juga menayangkan sejumlah film antara lain “Kereta Api Terakhir,” “Rumah di Seribu Ombak,” “Kompilasi Petualangan Si Unyil,” “Si Pintjang” dan “Kuambil Lagi Hatiku.”

 

Dalam penjelasannya, Erwin berharap Bioskop Rakyat yang digelar kali ini merupakan inisiasi atau percontohan untuk lahirnya Bioskop Rakyat yang lain di berbagai daerah.

 

Dengan serius dan penuh semangat, Erwin juga mengharapkan melalui sikap terbuka untuk bekerjasama dalam mengembangkan Bioskop Rakyat.

 

“Harapan ke depannya, Bioskop Rakyat ini menjadi solusi dari fenomena para penonton daerah yang belum kesempatan menonton film, karena tidak ada bioskop atau tidak punya keberuntungan membeli tiket,” kata Erwin.

 

Jadwal acara di Bioskop Rakyat

 

Kolaborasi Bareng Goethe Institut

 

Melalui gelaran Bisokop Rakyat ini, Perum PFN juga menggandeng Goethe Institut dengan menghadirkan pagelaran “The Last Ideal Paradise” oleh seniman Claudia Bosse.

 

Karya “The Last Ideal Paradise” merupakan karya lintas disiplin pada titik singgung performa dan seni visual di latar terbuka. Instalasi dan performa berdurasi 2,5 jam itu memuat materi yang menyoroti pergolakan sosial dan arsip etnografis.

 

Menurut Anna Maria Strauss, karya-karya Claudia Bosse merupakan kolaborasi dengan seniman dari Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Denpasar dan Lampung.

 

“Nah, kolaborasi tersebut untuk menghadirkan karya spesifik-lokasi mengenai terorisme, teritori, serta ketidaksadaran kultural dan politik,” kata Anna.

 

PFN Perlu Bergandengan Tangan dengan Berbagai Pihak

 

Anna yang merupakan Direktur Budaya Goethe Institut ini menjelaskan berdasarkan adaptasi khusus Jakarta dari karya “The Last Ideal Paradise” lahir melalui proses riset, wawancara dan perjumpaan oleh Claudia Bosse yang berlangsung di Jakarta pada 2018 dan 2019.

 

Karya tersebut kemudian direalisasikan dalam kolaborasi dengan ansambel multilingual penari, aktris, penampil dan orang awam dari berbagai generasi berbeda.

 

“The Last Ideal Paradise” versi Jakarta dipersembahkan oleh Goethe-Institut Indonesia bekerja sama dengan PFN dan didukung Kementerian Luar Negeri Jerman serta Kedutaan Besar Austria di Jakarta.

 

Menurut Judith J. Dipodiputro, Direktur Utama Perum PFN, “Tugas PFN membangun manusia seutuhnya, tidak mungkin Perum PFN bekerja sendiri butuh peran penting bergandengan dengan banyak pihak.”

 

 

 

Teks : Hadriani P | Foto : Dok. PFN & Dok. Istimewa