Galileo Makassar-Karaeng Pattingalloang dan Ibu Kehidupan-Dewi Sri Hadir di B20 Summit

Bali, Kirani – Pandemi Covid-19 memang sudah sampai di penghujungnya. Akan tetapi, ada beban berat yang harus dihadapi masyarakat dunia pasca pandemi, yaitu tantangan ekonomi global.

Indonesia sebagai tuan rumah penyelenggaraan B20 Summit Indonesia 2022 berkomitmen untuk menyatukan komunitas bisnis global, dengan tujuan memberikan rekomendasi kebijakan yang dapat ditindaklanjuti kepada para pemimpin G20 tentang kebijakan ekonomi, investasi, perdagangan, dan lainnya.

Berlangsung pada 13-14 November di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Kabupaten Badung, Bali, B20 Summit 2022 menjadi gelaran penting untuk menyatukan pemimpin bisnis global dalam berkolaborasi menghasilkan rekomendasi kebijakan untuk negara G20 sebagai upaya pemulihan ekonomi dan tantangan bisnis dunia.

Business 20 (B20) adalah forum dialog resmi G20 dengan komunitas bisnis global. Kegiatan yang diinisiasi oleh Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia tersebut dihadiri sekitar 2.000 delegasi, termasuk Kepala Negara dan CEO perusahaan multinasional terkemuka dari lebih dari 40 negara, dan mewakili lebih dari 6,5 juta bisnis.

Turut serta menjadi bagian dari rangkaian acara B20 ini Djarum Foundation menghadirkan pertunjukan musikal sinematik,Karaeng Pattingalloang pada Minggu (13/11) dan Dewi Sri “Beauty in Diversity”pada Senin (14/11).

“Sesuai dengan semangat gotong, kegiatan ini dilakukan bersama-sama dengan para grup pengusaha lainnya, dan salah satu bentuk partisipasi kami dari Djarum Foundation bersama Kadin Indonesia menyiapkan pertunjukan untuk dinner reception dan di opening summit hari kedua B20,” ujar Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation.

Galileo Makassar

Karaeng Pattingalloang, tokoh yang diangkat pada pementasan musikal senimatik pada reception dinner Kadin Indonesia adalah seorang ulama asal Kerajaan Gowa-Tallo, Makassar yang berpengaruh besar pada era perdagangan Jalur Rempah pada abad ke-17. Sosok yang termasyhur di antara orang Eropa karena kecerdasan dan kemampuan intelektualnya ini menjadikan Makassar sebagai pusat perdagangan dan pelabuhan internasional dengan komoditas unggulan rempah-rempah dari Maluku (cengkeh dan pala). Simpul ekonomi jalur rempah-rempah terbentuk melalui integrasi Jawa-Makassar-Maluku, dan hasil produksinya merambah ke pasar Eropa.

Pada pertengahan abad ke-17, teleskop Galileo Galilei sudah dimiliki oleh Kerajaan Gowa sebagai alat untuk mengamati bintang-bintang di langit Makassar. Teleskop itu digunakan Karaeng Pattingalloang untuk memantau posisi bulan dan menentukan waktu berlayar. Seorang intelektual yang brilian, Karaeng Pattingalloang meninggalkan warisan pengetahuan. Ia dielu-elukan sebagai Galileo Makassar, dan salah satu warisannya adalah bola dunia buatan Joan Bleau. Replika bola dunia dapat ditemukan di Museum Karaeng Pattingalloang.

Ibu Kehidupan

Pada pembukaan hari kedua pelaksanaan B20, para peserta komunitas global ini juga dihibur dengan pertunjukan seni budaya bertema Dewi Sri “Beauty in Diversity” yang mengangkat keindahan alam indonesia beserta keragaman flora dan fauna. Bagi masyarakat Jawa dan Bali, perannya mencakup segala aspek Dewi Ibu, yakni sebagai pelindung kelahiran dan kehidupan. Ia juga dapat mengendalikan bahan makanan di bumi, maka ia mengatur kehidupan, kekayaan, dan kemakmuran.

Dewi Sri juga mengendalikan segala kebalikannya yaitu kemiskinan, bencana kelaparan, hama penyakit, dan hingga kematian. Dalam kedua pertunjukan ini Djarum Foundation bekerjasama dengan pekerja seni dari team penari Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan dan dengan penari dari lokal daerah Bali JCORP Stage Company Bali.

Jemmy Chayadi, Director of Strategy & Sustainable Development Djarum Foundation mengungkapkan, “Pertunjukan ini diharapkan dapat menarik minat dan perhatian para perwakilan perusahaan maupun institusi untuk memberikan perhatian dan menjalin kemitraan di bidang seni pertunjukan budaya di Indonesia sekaligus dapat menumbuhkan kembali semangat para pekerja seni setelah melalui badai pandemi, agar dapat bangkit kembali dan menghadirkan karya yang berkelanjutan.”

Teks: Setia Bekti | Foto: Dok. Bakti Budaya Djarum Foundation & B20 Summit