Jakarta, Kirani – Peduli akan kondisi kesehatan di masyarakat yang kurang mendapatkan perawatan kesehatan yang memadai membuat Celestine Wenardy membuat alat glucometer inovatif. Berkat itu, pelajar asal Indonesia, menjadi 1 dari 5 penerima penghargaan di ajang internasional Google Science Fair 2019.
Proyek alat glukometer non-invasif yang dikembangkannya membawa Celestine sebagai penerima Virgin Galactic Pioneer Award dan berhak mendapatkan beasiswa pendidikan sebesar US$15.000.
Metode interferometri dan teknologi termal yang digunakan dalam alat glukometer gagasan Celestine ini dapat mengukur konsentrasi kadar gula dalam darah tanpa harus melakukan pengambilan sampel darah. Hal ini menjadi penting karena menyadari fakta bahwa tidak sedikit masyarakat Indonesia, khususnya di pedalaman, yang masih segan dengan jarum suntik. Glukometer ini bisa dibilang sangat akurat, mencapai koefisien determinasi 0,843 dengan harga sekitar $63, lebih murah dibandingkan dengan glukometer invasif yang tersedia di pasar yang dapat mencapai $1.000.
Saat ditemui di Jakarta, gadis berusia 16 tahun ini mengaku, inisiatif untuk mengembangkan alat ini berangkat dari keprihatinannya dalam melihat sekelumit masalah kesehatan di Indonesia.
Biaya kesehatan di Indonesia, khususnya untuk penyakit diabetes, belum cukup terjangkau untuk semua kalangan, terlebih, tidak semua klinik di Indonesia menyediakan fasilitas dasar yang diperlukan untuk masyarakat Indonesia. Dengan alat ini, dapat meningkatkan kehidupan penderita diabetes,” ungkap Celestine saat ditemui sebelum keberangkatannya ke ajang Google Science Fair di AS.
Menurut gadis yang suka mata pelajaran Fisika itu, jika berhasil dikembangkan dengan baik, alat glukometer ini diharapkan dapatmenurunkan angka kasus diabetes (berdasarkan data International Diabetes Federation tahun 2017 mencapai 10 juta kasus) serta memangkas kerugian akibat diabetes.
“Saya berharap alat ini dapat menjadi alternatif bagi masyarakat luas dalam mencegah atau mengobati penyakit yang dapat dideteksi melalui darah dan dapat menjawab beberapa kendala isu diabetes yang ada di Indonesia karena harganya yang lebih murah serta mudah digunakan,” ucap Celestine lagi.
Di ajang Google Science Fair, Google menantang para pelajar untuk menyalurkan rasa ingin tahu dan kecerdasan mereka dalam menemukan, menyusun, atau membangun solusi atas hal-hal yang mereka minati.
Para pelajar pembuat perubahan ini berupaya untuk mengatasi berbagai masalah dibidang keberlanjutan, kesehatan, keamanan, dan aksesibilitas.
Ada banyak sekali aplikasi dari berbagai disiplin STEM-mulai dari penggunaan AI untuk membantu mendeteksi penyakit pada tanaman hingga menemukan cara baru untuk mendiagnosis penyakit jantung. Proyek-proyek tersebut sangat menarik dan tentunya memiliki dampak positif yang dapat menjadi solusi bagi beberapa masalah terberat di dunia.
Selain hadiah uang, Celestine juga diundang mengunjungi kantor pusat Virgin Galactic, dan kesempatan untuk bertemu mentor teknik dari Virgin Galactic selama satu tahun.
Teks : Wiwied