Bukan Sekedar Gong Xi Fat Cai, Ini Sejarah dan Makna Kue Keranjang Khas Imlek

Jakarta, Kirani – Yenny Tan sibuk mengemas kue keranjang yang akan dibagikan ke beberapa sahabat SMA, Kampus dan rekan sekantornya. Dengan sigap dan hati-hati wanita asal Cina Semarang ini bersukacita melakukan pekerjaan yang jadi tugas rutinnya setiap menyambut datangnya Tahun Baru Cina atau Imlek.

 

  • Kue Keranjang dan Tradisi 

“Berbagi kue keranjang ini sudah menjadi tradisi saban tahun. Aku membagikan ke beberapa sahabat terdekat,” ujar wanita berusia 37 tahun ini.

 

Yenny mengaku sudah melakukan kegiatan rutin ini sejak lima tahunan. Dan menurutnya, salah satu ciri khas perayaan Tahun Baru Imlek. Dengan berbagi kue keranjang kepada beberapa sahabat terdekat melengkapi momen Imlek yang dirayakan Yenny bersama keluarga.

 

“Rasanya senang bisa berbagi kebahagiaan melalui mengirim kue keranjang ke sahabat terdekat. Apalagi mereka menerima dengan antusias dan selalu menantikan kue bercitarasa khas,” kata wanita berambut pendek dan berkacamata ini semringah.

 

Lain lagi dengan Senlie Wiyongko, gadis berkulit putih berambut pendek. Bagi dia, cerita tentang kue keranjang sangat bermakna. Menurut wanita yang bekerja di sebuah perusahaan sekuritas di Jakarta ini sejak kecil, kue keranjang menjadi tradisi yang wajib ada setiap perayaan Imlek. Dan hal itu sudah menjadi tradisi yang turun menurun.

 

“Saya dan keluarga menggunakan dan memaknai kue keranjang selain sebagai jamuan tamu saat datang Imlek di rumah kami, kue ini juga sebagai sarana ibadah,” kata Senlie.

 

Menurutnya terasa tak lengkap bila merayakan Imlek, tidak tersaji kue keranjang. Dalam tradisi keluarganya yang keturunan Tionghoa menyantap dan membagikan kue keranjang memiliki harapan mendapat keberkahan dan kemakmuran sepanjang tahun.

 

Memang menjelang Imlek, Senlie biasa menyaksikan kue keranjang biasanya dipakai untuk sesaji kepada para leluhurnya dan menjamu para tamu yang hadir di rumahnya.

 

Sementara Yeslin Wang menuturkan tradisi kue keranjang wajib ada dan menjadi makanan kecil khas hari raya Imlek yang tidak boleh terlupakan.

 

Mantan istri penyangi Delon ini meyakini kue keranjang adalah dodol yang memiliki simbol atau makna supaya hidup menjadi manis. “Kan rasanya kue keranjang manis, maka dengan menyantapnya biar hidupnya manis, ” demikian penuturan wanita cantik ini.

 

  • Sejarah Panjang Kue Keranjang

Dalam sejarahnya, di negeri asal kue keranjang ini memiliki usia yang sudah mencapai ribuan tahun. Sejak China masih berbentuk kerajaan-kerajaan, di negeri asalnya kue ini terkenal memiliki kekhasan yaitu kenyal dengan dominasi rasa manis yang disebut sebagai Nian Gao. Ada juga yang menyebutnya Dodol Cina dan kue manis, lantaran cita rasa kue ini memang manis.

 

Kue ini memiliki perpaduan tepung ketan dan gula sebagai bahan dasar pembuatan kue berwarna cokelat. Namun di zaman Now ini perkembangan kuliner demikian pesat dan mendapatkan kue keranjang dengan pilihan warna dan rasa.

 

Untuk menyajikan kue ini pun beragam, ada yang langsung memakannya dengan dipotong-potong, bisa juga digoreng tipis dilumuri telor, atau ada juga yang suka sebelum makan dikukus terlebih dulu. Kue ini bisa bertahan lama bahkan setahun bila disimpan dengan baik.

 

Memang menurut cerita, kabarnya kue ini merupakan persembahan dalam ritual upacara adat. Namun perlahan berubah menjadi makanan khas festival musim semi.

 

Penyajian kue keranjang

 

Dikisahkan pada musim semi dan musim gugur (722-481 SM), China terbagi menjadi beberapa kerajaan kecil dan orang-orang menderita karena perang. Nah di masa ini, raja membuat dinding yang kuat dibangun untuk melindungi wilayah dari serangan, raja pun mengadakan jamuan pesta untuk merayakan ide ini.

 

Pada saat itu kerajaan dipimpin oleh Wu Zixu yang memerintahkan semua prajurit untuk membangun tembok yang kuat, untuk mempersiapkan wilayah itu dari serangan musuh yang bisa datang kapan saja.

 

Wu juga berpesan bahwa jika situasi semakin parah, ia menyuruh prajurit dan semua warga untuk menggali lubang. Beberapa tahun setelah Wu meninggal, wilayah Suzhou menderita kelaparan, dan ketika mereka menggali lubang, mereka menemukan adanya tembok yang terbuat dari kue beras ketan.

 

Sejarah ini dipercaya sebagai awal mula terciptanya Nian Gao. Sejak saat itu, banyak orang yang membuat Nian Gao untuk memperingati kematian Wu Zixu. Seiring berjalannya waktu, Nian Gao berubah menjadi kue untuk perayaan. Kemudian di masa Dinasti Ming dan Dinasti Qing, kue keranjang ini sudah menjadi camilan yang populer di kalangan masyarakat dan terus berlangsung hingga di masa kini.

 

Selanjutnya, ada juga cerita bahwa Nian Gao atau kue keranjang ini dipercaya sudah ada sejak lebih dari seribu tahun yang lalu. Tepatnya pada awal Dinasti Liao (907-1125). Saat itu orang-orang di Beijing, sering memesan kue untuk dimakan saat perayaan tahun baru Imlek (Lunar Year). Dan kondisi ini menjadi cikal bakal kemunculan Nian Gao alias kue keranjang.

 

  • Makna Kue Keranjang

Adapun secara makna, Nian Gao sendiri memiliki artian ‘tahun tinggi’. Dalam filosofi Nian Gao atau kue keranjang ini adalah sebagai simbol untuk pendapatan yang lebih tinggi, jabatan yang lebih tinggi, pertumbuhan keluarga, hingga harapan di tahun baru agar semuanya menjadi lebih baik.

 

Banyak yang meyakini kue keranjang adalah sebagai salah satu simbol atau doa terbaik untuk manisnya kehidupan, karena kue ini memiliki cita rasa yang manis. Lalu menjaga persatuan karena kue ini terbuat dari ketan yang menyatu dan berbentuk bulat dan simbol sebagai pesan damai, kemakmuran dan kesolidan atau kompak. Yang utama, kue ini menjadi bagian dan pertanda penting menyambut Imlek yang sudah di depan mata. Selamat datang tahun Tikus Logam, Gong Xi Fat Cai.

 

 

Teks Hadriani. P | Foto : Dok. Shutterstock