Bijak Menggunakan Bumbu Penyedap, Aman Bagi Kesehatan

Jakarta, Kirani – “Anak micin.” Anda pasti pernah mendengar istilah tersebut. Bahkan mungkin Anda pernah memanggil seseorang dengan sebutan tersebut. Atau justru Anda sendiri yang mendapat sebutan “anak micin”?

 

Ya, sebutan anak micin atau generasi micin memang melekat pada generasi muda zaman sekarang. Perilaku yang terkesan seenaknya, tanpa pemikiran lebih panjang, kurangnya empati, diasumsikan akibat generasi ini mengkonsumsi terlalu banyak micin atau Mono Sodium Glutamate (MSG), sehingga mengalami kerusakan pada otak dan menurunkan intelegensi mereka. Walaupun, tentu saja belum pernah ada penelitian yang pasti mengenai hal ini.

 

Sebagai produsen MSG yang telah begitu lama hadir di Indonesia, PT Sasa Inti merasa perlu memberikan informasi yang benar terkait hal ini. Bekerjasama dengan Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia (PDGKI), PT Sasa Inti menggelar konferensi pers bertemakan “Penggunaan bumbu penyedap rasa dengan bijak tidak berbahaya bagi kesehatan”. Direncanakan untuk digelar di beberapa kot besar seperti Semarang dan Surabaya, rangkaian acara ini diselenggarakan untuk kali pertama pada Rabu, 5 Februari 2020, di Restoran Seribu Rasa, Jalan Gunawarman, Jakarta Selatan.

 

MSG terbuat dari bahan alami

 

Mungkin tak terlalu banyak masyarakat awam yang memahami bahwa MSG, setidaknya produk Sasa, terbuat dari bahan alami. Diperoleh dari hasil pengolahan rumput laut, dan melewati proses fermentasi tepung, seperti halnya membuat cuka ataupun minuman wine atau yoghurt.

 

Seperti dikatakan oleh Albert Dinata, General Manager Marketing PT Sasa Inti, “MSG itu terbuat dari bahan alami dan diolah melalui proses fermentasi, sehingga selain dapat memperkaya rasa berbagai masakan, MSG juga aman dikonsumsi selama tentunya digunakan dengan bijak.”

 

Lebih lanjut Albert juga mengatakan, rasa gurih yang dihasilkan MSG bisa disebut ‘umami’ yang diambil dari bahasa Jepangm yang berarti rasa menyenangkan dan gurih. Rasa gurih ini yang kemudian disebut sebagai rasa kelima setelah rasa manis, asin, pahit, dan asam.

 

“Dari riset yang dipublikasikan pada 2015 melalui jurnal berjudul Flavour tentang artikel mengenai ‘The Science of Taste’, menyebut umami dapat memperbaiki rasa makanan rendah kalori di mana justru dapat menguntungkan bagi kesehatan,” kata Albert.

 

Demo masak bersama Sasa

 

Penggunaan MSG dalam takaran benar tidak memberikan efek negatif

 

Pada kesempatan yang sama, Prof. DR. Dr. Nurpudji A. Taslim, MPH, SpGK(K) selaku Ketua Umum PDGKI sebagai salah satu pembicara menjelaskan “Pembahasan mengenai Monosodium Glutamate atau MSG memang masih marak dibicarakan karena begitu banyaknya mispersepsi yang terjadi di kalangan masyarakat mengenai efek negatifnya terhadap kesehatan. Penggunaan bumbu penyedap rasa tidak berbahaya bagi kesehatan selama penggunaannya dilakukan dengan bijak, yang artinya bahan penyedap rasa itu digunakan sesuai dengan porsinya, tidak berlebihan.”

 

“Selain itu, dari sisi yang menyantap makanan pun diharapkan selalu memperhatikan gizi yang seimbang. Jika kita memperhatikan asupan gizi dengan baik dan menggunakan MSG dalam porsi yang tepat dan seperlunya, tentunya tubuh kita tetap sehat dan tidak perlu dikhawatirkan bahwa MSG tersebut memberikan efek negatif terhadap kesehatan. Hal ini yang perlu disadari oleh masyarakat agar persepsi mengenai penggunaan MSG tidak lagi rancu dan mengakibatkan tumbuhnya berbagai asumsi yang kurang tepat”, sambung Prof. Nurpudji.

 

Sementara itu, dokter dan ahli nutrisi, Dr. Maya Surjadjaja menjelaskan, “Secara kimia, MSG berbentuk seperti bubuk Crystalline berwarna putih yang terkandung atas 78 persen asam glutamat dan 22 persen sodium dan air. Asam glutamat yang terkandung dalam MSG tidak memiliki perbedaan dengan asam glutamat yang terkandung dalam tubuh manusia dan dalam bahan-bahan makanan alami seperti keju, ekstrak kacang kedelai dan tomat,” papar dr Maya.

 

Sayangnya, Dr. Maya menambahkan, penggunaan MSG yang ditambahkan ke dalam masakan untuk menghasilkan rasa gurih semakin tinggi penggunaannya dari waktu ke waktu. Dokter cantik ini juga menjelaskan, Indonesia adalah negara yng begitu kaya akan segala macam rempah. Mengapa tidak kita manfaat kekayaan alam kita tersebut, dibandingkan hanya mengandalkan MSG untuk berbagai jenis masakan.

 

 

Teks : Setia Bekti | Foto : Setia Bekti dan dok. PT. Sasa Inti