Tokopedia Hadirkan Kisah Generasi Muda Pelaku Usaha dan Affiliate Creator

Jakarta, Kirani – Memperingati Hari Sumpah Pemuda yang jatuh pada tanggal 28 Oktober, Tokopedia dan ShopTokopedia mendorong para pelaku usaha muda untuk membangun bisnis di era digital lewat pemanfaatan teknologi. Platform ini juga berupaya mencetak sebanyak-banyaknya kreator muda profesional untuk membantu UMKM memperluas pasar dan memasarkan produk mereka.

Pada kesempatan ini, Tokopedia membagi kisah tentang dua pelaku usaha muda yang sukses mengembangkan usahanya melalui Tokopedia dan ShopTokopedia, serta seorang affiliate creator yang fokus mengedukasi komunitas mengenai kesehatan reproduksi lewat konten di media sosial, dan mempromosikan produk dari para pelaku usaha untuk menjaga kesehatan reproduksi.

Dama Kara

Bisnis lokal batik, Dama Kara, didirikan oleh pasangan suami istri, Nurdini Prihastiti dan Bheben Oscar, pada tahun 2020 saat pandemi dimulai. Setelah mengalami kerugian besar di bisnis sebelumnya, Nurdini dan Bheben berkontemplasi untuk membangun bisnis yang memberikan manfaat bagi lebih banyak orang.

Nurdini mengatakan, “Kami akhirnya memutuskan untuk mendirikan Dama Kara, bisnis lokal batik yang bisa menyerap banyak tenaga kerja. Dama Kara menawarkan berbagai fashion item batik bermotif sederhana namun sarat makna, yang dapat digunakan di berbagai acara, baik untuk perempuan, laki-laki, maupun anak. Kini Dama Kara memiliki sekitar 50 karyawan yang sebagian besar terdiri dari anak muda.”

Sebagai bisnis yang dibangun ketika pandemi Covid-19 mulai melanda Indonesia, Dama Kara harus memanfaatkan platform online untuk berjualan. Strategi berbisnis online –yang sama sekali belum pernah dilakukan oleh Nurdini dan Bheben sebelum ini- ternyata membawa hasil yang signifikan. Misalnya, pada tahun kedua memulai usaha, penjualan Dama Kara naik 220% dibandingkan penjualan di tahun pertama, berkat platform digital.

Selain terus dituntut untuk menerapkan strategi bisnis yang relevan dengan perkembangan zaman, tantangan lain yang dihadapi Dama Kara dalam berbisnis adalah plagiarisme. Motif karya Dama Kara sering ditiru oleh bisnis sejenis. Sebagai solusi, Dama Kara senantiasa berupaya mendaftarkan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) atas motif batik yang dibuat serta meningkatkan awareness masyarakat atas motif batik khas Dama Kara.

“Dama Kara memiliki kepedulian yang sangat tinggi terhadap komunitas difabel, termasuk autis dan penyandang tunarungu. Nilai yang kami yakini ini membawa kami bekerja sama dengan sejumlah yayasan, seperti Our Dreams Indonesia dan Art Therapy Center Widyatama, untuk membantu komunitas difabel menciptakan peluang dengan berkarya,” jelas Nurdini.

Dama Kara pun mendirikan Dama Kara Foundation yang menyediakan ruang terapi menggambar khusus autis. Hasil karya mereka direalisasikan dalam bentuk koleksi batik Dama Kara, seperti Jalin dan Rona Bian. Individu autis yang terlibat juga mendapatkan royalti hasil penjualan produk tersebut. Dama Kara di sisi lain memberdayakan ibu-ibu dan penjahit di Jawa Barat pada proses finishing produk, seperti menjahit jelujur dan pengecekan kualitas.

Berkomitmen membangun bisnis yang ramah lingkungan, Dama Kara terus menciptakan produk fashion batik dengan bahan berkualitas tinggi, dan potongan serta motif yang kontemporer. Diharapkan, hal ini bisa membuat produk mereka dipakai kapan pun dan di mana pun, serta dalam jangka waktu yang lama. Jenama ini juga berkolaborasi dengan Cajsa untuk meminimalisasi limbah pascaproduksi, dimana potongan sisa kain batik dijadikan bahan baku pembuatan sepatu, salah satunya dinamakan koleksi Bhumi Karuna.

Jenama yang hadir di tengah pandemi ini fokus pada penjualan online sejak awal berdiri termasuk lewat platform e-commerce Tokopedia dan ShopTokopedia. Beberapa kampanye Tokopedia yang dimanfaatkan adalah Diskon Toko, Bebas Ongkir, dan fitur beriklan TopAds. Sedangkan di ShopTokopedia, Dama Kara rajin melakukan live shopping untuk meningkatkan penjualan serta followers.

Batik Paduka

Jenama lokal yang fokus menyediakan produk sarung batik, Batik Paduka, didirikan oleh Ardi Sanjaya pada tahun 2018 yang saat itu masih duduk di bangku kuliah. Awalnya, Ardi memulai bisnis dengan menjadi reseller untuk menambah uang jajan. Seiring berjalannya waktu, Ardi yakin bahwa menjadi wirausaha adalah pilihan jalan hidup yang tepat untuknya karena bisa memberikan dampak positif lebih banyak kepada masyarakat yang lebih luas.

Ardi mengatakan, “Setelah lulus kuliah, saya memutuskan untuk membuat produk sendiri berupa sarung batik cap dan print bermotif kontemporer. Lewat produk ini, saya berharap bisa mengubah citra kuno sarung menjadi ‘new denim‘ yang dapat dipakai lebih sering oleh anak muda di berbagai acara. Batik Paduka kini fokus memasarkan produk secara online dan memiliki toko offline di Pekalongan, Jawa Tengah, serta mempekerjakan sekitar 70 karyawan yang 70% anak muda.”

Sempat merumahkan karyawan akibat mengalami penurunan penjualan pada masa pandemi, setelah mengadopsi platform digital seperti Tokopedia dan ShopTokopedia, Ardi bisa mempekerjakan kembali mereka kembali. Tantangan lain kemudian hadir dalam bentuk plagiarisme produk sarung motif tawon. Untuk mengatasinya, Batik Paduka memanfaatkan Pusat Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (IP Protection Centre) ShopTokopedia, yang dapat membantu menangguhkan produk tiruan.

Jenama ini memberdayakan perajin batik di sekitar Pekalongan, Jawa Tengah, juga menggandeng masyarakat di sekitar pabrik dalam proses finishing produk seperti pengemasan. “Kami juga giat mengedukasi karyawan Batik Paduka untuk menjadi affiliate creator lewat gathering yang diadakan secara rutin agar mereka bisa memiliki penghasilan tambahan setelah jam kerja usai dengan menjadi affiliate creator profesional,” tambah Ardi.

Ardi melihat pangsa pasar yang besar di platform digital seperti Tokopedia dan ShopTokopedia, dan memanfaatkan peluang tersebut dengan membuat konten kreatif dalam mempromosikan produk Batik Paduka. “Live shopping di ShopTokopedia menjadi fitur yang sangat efektif dalam menjangkau lebih banyak konsumen dan meningkatkan penjualan. Lewat strategi ini, kami bisa menjelaskan detail produk termasuk keunikannya, dan menjawab pertanyaan calon konsumen secara langsung sehingga lebih engaging,” ujarnya.

Berkat rutin melakukan live shopping di ShopTokopedia, 2-3 kali sehari dengan durasi minimal 2 jam, penjualan Batik Paduka naik 3-4 kali lipat. Selain itu, pada momen Ramadan tahun 2023 lalu, Batik Paduka mencetak penjualan hingga Rp500 juta dalam waktu 3 jam saat live shopping.

Jenama ini juga turut serta dalam kampanye Melokal Dengan Batik dan berhasil meningkatkan brand awareness dan penjualan. Berkat Melokal Dengan Batik dari Tokopedia dan ShopTokopedia, Batik Paduka mengalami kenaikan penjualan hingga 70% dibandingkan dengan sebelum mengikuti kampanye.

Ravenna Ravika

Hobi membuat konten membuat Ravenna Ravika (Vika), pemilik akun TikTok @vikahere, memutuskan berhenti menjadi karyawan dan fokus menjadi kreator konten pada tahun 2022. Vika mengusung konten kesehatan–dalam hal ini Polycystic Ovary Syndrome (PCOS)–kondisi yang sangat relevan dengan dirinya yang merupakan PCOS survivor sekaligus ibu satu anak.

“Melalui konten yang informatif, edukatif dan berasal dari pengalaman pribadi, saya berharap dapat memberikan manfaat bagi followers yang memiliki riwayat kesehatan serupa dengan pendekatan yang personal. Di sisi lain, agar isi setiap konten akurat, saya juga selalu mengambil referensi dari jurnal kesehatan terpercaya atau berkolaborasi dengan dokter,” jelas Vika.

Sejak Februari 2024, Vika mulai aktif menjadi affiliate creator dengan memberikan ulasan berbagai produk kesehatan yang cocok untuk perempuan dengan PCOS termasuk produk herbal. Sebelum merekomendasikan produk, Vika selalu memastikan produk tersebut berizin BPOM, PIRT, dan tersedia di apotek. Ia juga meluangkan waktu hingga tiga minggu untuk mencoba sendiri produk tersebut. Selain untuk menjaga kredibilitas, lewat upaya-upaya tersebut Vika ingin memastikan produk itu aman dan memang dibutuhkan oleh perempuan dengan PCOS.

“Kini saya membuat konten video singkat setiap hari di TikTok. Saya pun melakukan live streaming untuk memberikan informasi tentang PCOS, serta mempromosikan produk yang relevan dari para penjual di ShopTokopedia,” jelas Vika.

Tren yang cepat berubah merupakan tantangan tersendiri bagi Vika. Ia dituntut untuk terus beradaptasi dan menciptakan konten yang kreatif. Misalnya, agar konten tidak terlalu hard selling, storytelling menjadi kunci. Vika selalu membangun narasi yang mengaitkan produk dengan kisah pribadi sebagai perempuan dengan PCOS.

Sejak memutuskan berhenti menjadi karyawan dan menjadi full time kreator konten, Vika merasakan dampak positif di kehidupan pribadinya. “Kini saya memiliki lebih banyak waktu bersama anak dan saya juga mendapatkan penghasilan yang cukup bahkan melebihi saat bekerja sebagai karyawan,” tambah Vika. Pendapatan bulanan Vika sebagai kreator konten sekaligus affiliate creator bisa mencapai ratusan juta.

Memiliki 101.200 followers, Vika senantiasa berupaya membantu brand lokalmeningkatkan penjualan. 70% produk yang ia promosikan adalah produk dari brand lokal. Berkat promosinya, produk dari salah satu brand lokal teh herbal, Sehatku Herbal, bisa laku hingga ribuan pesanan per hari bahkan sold out.

Agar lebih dekat dengan followers, Vika membangun komunitas lewat aplikasi pesan singkat. Komunitas ini beranggotakan sesama perempuan dengan PCOS yang bisa saling berbagi informasi. Hingga kini sudah ada lebih dari 1.000 anggota yang bergabung di komunitas tersebut. Vika kerap juga mengadakan pertemuan offline dengan anggota komunitas untuk memperkuat hubungan.

Di sisi lain, akibat akses ke obgyn yang masih kurang merata, Vika proaktif menanyakan hal-hal yang menjadi perhatian umum di komunitas, dan berdiskusi langsung ke obgyn langganannya, lalu menyampaikan jawaban dari obgyn tersebut kepada anggota komunitas.

Melalui konten-konten edukatif mengenai kesehatan, Vika telah membantu audiens yang memiliki riwayat medis serupa untuk hidup lebih sehat, bahkan ia melihat sudah ada ratusan followers yang menstruasinya sudah kembali lancar dan berhasil hamil.

Teks: Setia | Foto: Tokopedia