Jakarta, Kirani – Kewirausahaan telah menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi di Indonesia selama dekade terakhir. Sementara arah kemajuan ini terus berlanjut, sebagai sebuah ekosistem, kita perlu berbuat lebih banyak untuk mendukung pendiri perempuan dan mendukung lebih banyak perempuan untuk memulai perusahaan.
Pada tahun 2020, menurut data yang bersumber dari Tracxn and Crunchbase, hanya 12% dari startup yang didukung modal ventura di India dan 20% di ASEAN yang memiliki setidaknya satu pendiri perempuan.
Sebuah laporan berjudul ‘Mapping & Database Startup Indonesia 2018’ mengatakan bahwa hanya 8,82% pendiri dari 992 startup di seluruh Indonesia adalah perempuan. Pandemi ini juga telah berdampak pada partisipasi perempuan dalam ketenagakerjaan, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia.
Namun, harus ada perubahan keragaman gender. Beberapa studi menyatakan bagaimana keragaman dapat memberikan dampak positif untuk kinerja sebuah perusahaan, memperkaya bagaimana perusahaan bertindak dan merespon terhadap dinamika pasar, dan memberi dampak positif pada ekonomi.
Mengambil langkah kecil namun penting untuk meningkatkan keragaman gender dalam ekosistem startup di kawasan Asia Tenggara dan India, Sequoia India telah memperluas inisiatif Sequoia Spark. Sebagai bagian dari inisiatif tersebut, setiap tahun Spark menawarkan dana sebesar $100.000 kepada 15 pengusaha perempuan di Asia Tenggara dan India, yang usahanya berada di tahap pra-peluncuran atau pra-product-market-fit (PMF).
Penerima dana ini akan mendapatkan bimbingan langsung dari seorang penasihat investasi senior dari Sequoia India yang akan bekerja sama dengan mereka selama periode 12 bulan. Dana $100.000 ini tidak ada syarat, tidak ada ekuitas atau bentuk convertible note apapun untuk Sequoia.
Shinta Nurfauzia, Co-founder dan Co-CEO dari Lemonilo adalah salah satu dari 16 mentor dalam program Spark ini. Klik Sequoia Spark dan program Beasiswa ini untuk informasi lebih lanjut. Surge dari Sequoia India, sebuah program untuk startup tahap awal di Asia Tenggara dan India telah melihat perwakilan yang signifikan dari startup-startup yang dipimpin oleh pendiri perempuan, termasuk beberapa startup dari Indonesia seperti Rukita dan Durianpay.
Satu dari tiga startup di kohort terakhir setidaknya ada satu pendiri perempuan, dengan total sepuluh pendiri perempuan. Rukita adalah sebuah aplikasi yang membantu mempertemukan komunitas urban di Jabodetabek yang menawarkan dan mencari rumah kost dan apartemen dengan konsep co-living. Perusahaan proptech ini didirikan oleh dua kakak-beradik, Sabrina dan Sarah Soewatdy. Sebagai seorang desainer, Sabrina percaya bahwa pembangunan yang sukses tidak hanya mencapai tujuan yang direncanakan, tetapi juga menjadi titik pertumbuhan dan evolusi masyarakat yang dilayaninya. Durianpay adalah sebuah aplikasi yang menyediakan solusi pembayaran yang terintegrasi di situs web dan aplikasi untuk bisnis online. Co-founder Indonesia Natasha Ardiani berbasis di Jakarta dan mengawasi kantor-kantor di Jakarta dan Singapura.
Teks & Foto : Wiwid