Sukabumi, Kirani – Gelaran Seni Tradisi “Sukabumi 1980” yang diselenggarakan oleh Titimangsa bersama Bakti Budaya Djarum, sukses digelar di Selabintana Conference Resort, Sukabumi, Jumat (8/12/23).
Berbagai keseruan panggung tradisi dimulai sejak pukul 16.30, menampilkan sejumlah seniman asli Sukabumi, seperti Mandalika Nazhira Syiam yang membawakan tari Sulanjana, Raee Ghama Mahila dengan karya tari Makalangan, Tarawangsa Tunggul Rahayu yang menampilkan musik Tarawangsa.
Ada juga musik etnik karya Lises Asmarandana, tari Daun Puspa Adumanis karya Rama Sinta Etnik, tari Seunggah oleh Sanggar Bidara, pembacaan sajak oleh Den Aslam, dan performans multidimensional Rangkuh oleh Rajadansa, hingga akhirnya, tepat pukul 19.30, dimulailah sajian utama.
‘Sukabumi 1980’ berhasil menjadi wadah pagelaran seni tradisi asal Sunda. Selain seniman asli Sunda, pagelaran ini dimeriahkan oleh penampilan Ariel Tatum, Dewi Gita, Donna Agnesia, Kiara Anjar Candrakirana, dan Happy Salma.
Happy Salma selaku produser, penampil, sekaligus pendiri Titimangsa, pada jumpa pers di Galeri Indonesia Kaya, Jumat (1/12/23), mengungkapkan, “Sukabumi menjadi tempat yang memiliki ikatan emosional tersendiri bagi saya, karena kota tersebut menjadi kota di mana saya lahir dan tumbuh.”
Menurut Happy, Sukabumi di era 1980-an, menjadi salah satu kota di Jawa Barat yang akrab dengan kesenian tradisional, degung, pencak silat, tari Jaipong, dan berbagai kesenian khas Sunda lainnya.
Sementara Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation mengatakan, “Pagelaran seni ‘Sukabumi 1980’ ini tidak hanya tentang memperkenalkan sejarah pertunjukan kebudayaan Sunda pada 43 tahun yang lalu, tapi juga sebagai upaya untuk merawat dan menghidupkan kembali nilai-nilai budaya yang mungkin pernah terlupakan. Terselenggaranya kegiatan ini membuktikan bahwa sebuah acara seni yang tidak harus berfokus di kota besar, namun acara berkualitas dengan konsep sederhana ditambah narasi yang kuat dapat diwujudkan di mana pun.”
Ariel Tatum yang juga ikut berkontribusi di gelaran ini mengungkapkan minatnya terhadap tradisi dan budaya Indonesia. “Selain mengenakan kain dan juga kebaya dalam berbagai aktivitas, salah satu tradisi yang saya tekuni akhir-akhir ini adalah mempelajari tari tradisional. Kecintaan saya akan tari tradisional dimulai sejak 2 tahun lalu ketika saya mulai mempelajari tarian khas Solo dan Yogyakarta dan di sini saya berkesempatan membawakan Tarian Jaipong bernama Adumanis yang kental dengan kebudayaan Sunda.”
Teks: Setia | Foto: dok. Titimangsa