Menjadi Warga Digital yang Baik dengan Melatih Empati

Jakarta, Kirani – Anda bisa menjadi apapun – jika Anda bisa memilih, pilihlah untuk menjadi orang baik (If you can be anything, be kind).

 

Kata-kata mutiara seperti kalimat di atas memang kerap kita lihat di akun-akun motivasi, bahkan sebagai manusia, kita selalu dianjurkan untuk berbuat baik. Akan tetapi pernahkah kita benar-benar diajari bagaimana caranya menjadi orang baik?

 

Apabila dalam dunia nyata, interaksi yang terjadi seringkali melibatkan tatap muka secara langsung, berbeda dengan dunia digital dimana kita berinteraksi melalui perangkat mobile dan internet. Memang lebih efisien, akan tetapi cara ini menghilangkan salah satu aspek emosional manusia, yaitu empati.

 

Kita akan lebih hati-hati dalam menyampaikan komentar bila kita berhadapan langsung dengan orang yang ingin kita komentari. Sementara di dunia digital, seperti sosial media contohnya, orang cenderung lebih bebas menyampaikan komentar, kadang tanpa memikirkan perasaan orang yang dikomentari. Dalam dunia digital ini, kita berinteraksi tanpa melihat nada suara dan ekspresi wajah lawan bicara. Akibatnya, yang sampai ke si penerima hanya kata-kata tanpa konteks dan pemahaman yang sama. Karenanya, tak heran bila kerap kali terjadi misspersepsi atau salah pengertian.

 

Bukan satu atau dua kali kita merasa sedih karena kalimat-kalimat kasar dan tidak mengenakkan yang bertebaran di dunia maya. Lalu bagaimana cara kita agar dapat mengembalikan kasih sayang, sopan santun, dan kebaikan ke dalam kehidupan online dan digital kita?

 

 

Memiliki kendali terhadap diri sendiri

Di dunia nyata, jika seseorang mengajak kita berbincang dengan cara yang tidak sopan, langkah yang biasanya kita ambil adalah dengan tidak menggubrisnya. Begitu pun dengan di dunia maya, tak perlu kita mempedulikan atau menghiraukan orang-orang yang menyebalkan atau tidak memiliki attitude yang baik.

 

Sebaliknya, Anda juga harus menyadari bahwa kata-kata Anda dapat memengaruhi  atau bahkan menyakitkan orang lain. Jika Anda merasa ingin menyampaikan kata-kata yang kurang baik, coba dipertimbangkan sekali lagi, apakah kata-kata Anda tersebut dapat menyakiti orang lain, atau membuat orang yang menerimanya membenci Anda. Jadi, meski sebenarnya maksud Anda baik pun, belum tentu orag akan menerimanya dengan baik. Karena di sosial media atau di dunia digital, kita tidak dapa melihat ekspresi lawan bicara kita. Sehingga kemungkinan untuk salah persepsi pun sangat besar terjadi.

 

Fokuslah pada pesan-pesan positif yang menunjukkan empati kapanpun dan dimanapun. Sebagai contoh, memberikan ucapan selamat ketika seseorang berhasil meraih prestasi dapat memberikan kebahagiaan bagi mereka, sama halnya juga seperti ejekan dan hinaan yang dapat membuat mereka sedih.

 

Kurasi laman media sosial Anda

 

Cermat mengkurasi timeline media sosial

 

Media sosial seperti Facebook memudahkan Anda untuk mengkurasi atau mempersonalisasi kabar beranda (Newsfeed) sesuai keinginan Anda.

 

Penting untuk dipahami bahwa meskipun internet memungkinkan untuk berbagi informasi secara cepat, namun informasi yang biasanya dibagikan hanyalah sebagian kecil dari apa yang sebenarnya terjadi. Oleh karena itu, jika merasa kewalahan dengan banyaknya berita negatif, Anda dapat mulai mengikuti akun-akun yang membagikan berita-berita positif, sehingga Anda tidak merasa terlalu stress karena melihat berita yang buruk.

 

 

Rayakan hidup Anda bersama teman dan keluarga

 

Seringkali kita membandingkan kehidupan dan segala yang kita miliki dengan orang lain, yang terlihat jauh lebih baik dari kita. Cara termudah untuk membebaskan diri dari cara berpikir seperti ini adalah berfokus pada diri dan kehidupan yang Anda jalani.

 

Carilah hal-hal yang membuat Anda mensyukuri kehidupan ini, hal-hal tersebut akan membuat Anda menghargai apa yang Anda miliki. Selain itu, tengok dan berikan perhatian yang tulus kepada teman-teman dan keluarga Anda. Sebagai komponen utama yang dapat memperkaya hidup dan membuat Anda menjadi diri sendiri,  hal sederhana seperti menanyakan kabar dapat memberikan perbedaan yang positif bagi kesehatan mental mereka.

 

Melatih empati di ranah online merupakan bagian dari program Asah Digital dari Facebook yang menyediakan sumber daya untuk membangun komunitas global yang bertanggung jawab dan memiliki keterampilan yang mumpuni untuk menjadi warga digital yang lebih baik.

 

 

 

Teks Setia Bekti | Foto GettyImages