Mengenal 4 Ilmuwan Perempuan Peraih Penghargaan LOreal-Unesco For Women in Science 2019

Jakarta, Kirani – Empat perempuan peneliti Indonesia menerima penghargaan dan dukungan atas usaha mereka mengembangkan inovasi ilmiah guna mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Sebuah prestasi yang membanggakan!

 

Sebagai perusahaan berbasis sains yang memiliki misi untuk terus mendukung perempuan peneliti dari berbagai belahan dunia, L’Oréal bekerja sama dengan Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU) kembali menyelenggarakan penganugerahan L’Oréal-UNESCO For Women in Science (FWIS) National fellowships ke-16.

 

Prof. Dr. Arief Rachman, Ketua Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, menyampaikan, “L’Oréal-UNESCO For Women in Science merupakan bentuk usaha L’Oréal dan UNESCO dalam memberdayakan kontribusi ilmuwan perempuan di dunia sains.“ Menurutnya, berdasarkan data UNESCO Institute for Statistics, meskipun angka ilmuwan perempuan tergolong rendah, terdapat peningkatan jumlah ilmuwan perempuan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. “Melalui program ini, kami berharap dapat mendukung para ilmuwan perempuan untuk memberikan kontribusi nyata dalam mengembangkan masa depan yang lebih baik bagi Indonesia,” lanjutnya.

 

Acara penganugerahan yang juga dihadiri oleh Prof. Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro, S.E., M.U.P., Ph.D., selaku Menteri Riset, Teknologi dan Kepala Badan Riset Inovasi Nasional ini menetapkan empat pemenang L’Oréal-UNESCO For Women in Science 2019,  yang pertama adalah Dr. Sc. Widiastuti Karim, M.Si, Universitas Udayana, Fakultas Kelautan dan Perikanan Studi fungsi biologi Green Fluorescent Proteins (GFP) guna mengatasi pemutihan pada karang. Kecintaaan Widiastuti Karim akan ekosistem laut telah dimulai sejak usia kecil dan semakin berkembang seiring dengan studinya mengenai ekosistem tersebut. Ia akan meneliti fungsi biologi GFP pada karang untuk mengatasi fenomena pemutihan karang di Indonesia sehingga dapat merehabilitasi ekosistem terumbu karang.

 

Yang kedua adalah Dr.rer.nat. Ayu Savitri Nurinsiyah, M.IL., M.Sc, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Eksplorasi penemuan keong darat yang tepat dalam mengungkap potensi biodiversitas sebagai solusi masalah kesehatan. Ayu Nurinsiyah dikenal sebagai salah satu ahli terbaik dalam hal fauna keong darat Jawa. Dengan tujuan mengungkap potensi biodiversitas Indonesia sebagai solusi dari masalah-masalah kesehatan, Ayu akan meneliti jenis keong darat native dan endemik Jawa yang memiliki aktivitas antimikroba terampuh dari protein mucus (lendir)nya. Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memanfaatkan biodiversitas keong darat native dan endemik Jawa secara berkelanjutan.

 

Lalu yang ketiga, Dr. Swasmi Puwajanti, M.Sc, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Eksplorasi pengembangan super nanoadsorben multi-fungsi berbasis magnesium oxide dari bittern untuk dekontaminasi air yang lebih efisien. Swasmi Purwajanti percaya bahwa bittern dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku fungsional nanomaterial untuk menangani isu polusi air. Ia akan meneliti pemanfaatan dari bittern (hasil samping dari produksi garam) sebagai bahan baku pembuatan nanoadsorben. Melalui penelitian ini, ia berharap dapat membantu mengatasi permasalahan penyediaan air bersih yang bebas kontaminan di Indonesia melalui pendekatan nanoteknologi dengan biaya yang terjangkau.

 

Dan yang terakhir adalah Dr. Eng. Osi Arutanti, M.Si, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)  Eksplorasi alternatif fotokotalis material yang efisien dan dapat diaktivasi dengan tenaga surya sebagai solusi permasalahan lingkungan. Osi menyadari teknologi pengolahan air yang ramah lingkungan dan berkelanjutan perlu diciptakan untuk mengatasi masalah kelangkaan air bersih. Ia akan meneliti alternatif fotokotalis yang terjangkau, bisa direalisasikan, efisien, yang dapat diaktivasi dengan tenaga surya. Fotokotalis adalah proses oksidasi didalam air yang dapat mendekomposisi polutan organik yang dipecah menjadi karbon dioksida dan H2O. Air yang tercemar melalui proses ini dapat terurai dan aman bagi lingkungan.

 

Dilangsungkan sejak tahun 2004, L’Oréal-UNESCO For Women in Science mempunyai misi untuk mengakui, menyemangati, dan mendukung wanita di bidang sains, sehingga semangat wanita di bidang sains meningkat. Progam ini telah memberikan fellowship kepada 57 perempuan peneliti di Indonesia, lima diantaranya telah menerima penghargaan internasional. Keempat pemenang masing-masing akan menerima fellowships sebesar 95 juta rupiah dari L’Oréal Indonesia untuk mewujudkan penelitiannya.

 

 

Teks & foto : Wiwied