Laras Anggraini – Patahkan Tradisi Keluarga Dengan Jadi Pedagang

Jakarta, Kirani – Belakangan ini, industri fesyen lokal ramai dengan talenta-talenta muda. Hal ini sangat terkait dengan kemajuan teknologi. Para desainer lokal ini memanfaatkan kemajuan teknologi untuk memperkenalkan produk mereka ke khalayak ramai. Salah satunya adalah Laras Anggraini, founder dan CEO label busana siap pakai Smitten By Pattern.

 

Busana rancangan Laras ini sedang hits terutama di kalangan anak muda. Jika berselancar di dunia maya, Anda akan mendapati Smitten By Pattern ini adalah busana berkarakter kontemporer yang terinspirasi dari buku anak-anak.

 

“Desain kami memang lebih berani bereksperimen, jadi tidak ikutan tren dan lebih unik. Dan berkat teknologi maka pangsa pasar kami pun luas di seluruh Indonesia, termasuk Nusa Tenggara Barat dan Papua,” ungkap Laras saat ditemui di acara ‘Dampak Tokopedia Terhadap Perekonomian Indonesia’ baru-baru ini di Jakarta.

 

Laras mengaku tidak bermimpi akan menjadi pengusaha, apalagi di bidang fashion. Apalagi perempuan berusia 26 tahun ini dibesarkan di lingkungan keluarga dengan latar pegawai bank atau BUMN.

 

“Saya tidak pernah menyangka bisa berprofesi pedagang seperti sekarang ini. Karena di keluarga saya tujuh turunan enggak ada yang jadi pedagang, mereka rata-rata kerja di BUMN atau Bank,” ucap Laras sambil tertawa.

 

Tetapi dia mengaku bahwa sejak SMA memang senang membuat desain. Bahkan bersama Ella, partnernya di Smitten by Pattern, dia suka membuat desain kain dengan motif unik, pattern design. Rupanya hobi itu terus terpelihara meski Laras memutuskan untuk menuruskan tradisi menjadi pekerja kantoran. Di sela-sela kesibukan itu dia bersama Ella membuat produk busana siap pakai.

 

“Kami berdua ingin punya usaha yang menyalurkan hobi desain. Karena itu bermodal tabungan Rp 12 juta, kita akhirnya membangun Smitten by Pattern. Saat itu baru satu saja produk yang kita produksi: scarf karena mudah dibuatnya, jahit pinggirannya, selesai deh,” kata Laras. Mereka pun memutuskan berjualan melalui media sosial Instagram.

 

Menurut Laras, kelebihan dari Smitten by Pattern adalah desain yang kotemporer dengan warna-warna yang cerah. “Yang bikin beda karena kita desainya unik kontemporer, bahkan inspirasinya datang dari mana saja seperti dari buku cerita anak yang kita aplikasikan pada pola,” ucapnya.

 

Foto diambil dari Instagram Smitten by Pattern

 

Tak Semudah Itu

Ternyata membuka usaha sendiri tidak semudah yang dibayangkan Laras. Selain tidak mempunyai bekal ilmu berbisnis, Laras juga harus membagi waktu, antara bisnis dengan pekerjaannya di kantor yang kerap lembur.

 

Ada saat dimana ia merasa lelah dan mau menyerah. Rugi pernah dia alami, beda pendapat dengan rekan bisnis pun sudah pasti terjadi. “Semua orang menguatkan, terutama orang di sekitar, keluarga yang bilang Smitten udah setengah jalan, jangan menyerah, lanjutkan, membuat aku semangat kembali,” ungkapnya.

 

Tantangan-tantangan yang dihadapi memotivasinya untuk memikirkan bagaimana cara mengembangkan Smitten by Pattern. Sampai akhirnya mereka memutuskan untuk bergabung dengan e-commerce, Tokopedia.

 

Setelah bergabung dengan e-commerce, Laras merasakan dampak yang luar biasa. Penjualannya semakin meningkat berkat fitur yang disediakan Tokopedia. Menurut dia, lebih dari 80% pembelian lewat toko daring.

 

“Sejak itu kami lebih berani bereksperimen, jadi enggak ikut tren dan lebih unik. Selain itu, kami mendapat bonus pasar lain di luar Jawa seperti pengiriman ke Papua dan Nusa Tenggara Barat. Dalam setahun kami merilis 3 koleksi utama baru,” katanya lagi.

 

Awalnya Laras merasa produknya punya pasar yang sangat terbatas. “Dulu saya merasa segmen Smitten by Pattern niche. Bahkan segmented hanya di kalangan tertentu saja,” ujarnya. Namun, ketika bergabung dengan Tokopedia, brand awareness masyarakat terhadap brand Smitten by Pattern meningkat.

 

“Selain dikenal oleh masyarakat luas juga memperluas jalur pemasaran, tak hanya menjangkau Jabodetabek tapi hingga seluruh wilayah di Indonesia. Tadinya mungkin pasar kami hanya anak muda dan ibu – ibu muda. Kini, lebih luas. Ada bapak – bapak yang sedang cari kado istrinya,” kata Laras.

 

Laras pada Konferensi Pers Dampak Tokopedia Terhadap Perekonomian Indonesia

 

Inovasi dan Relevan

Kuncinya dalam berbisnis, membuat inovasi pola dan motif yang unik sekaligus relevan. Dalam selembar kain, Laras Anggraini mampu menyusun pola dan motif yang melibatkan 10-50 warna.  Kondisi ini yang mendorong Laras untuk menjadi pebisnis 100%.” Setelah bergabung selama enam bulan dengan Tokopedia, saya dan teman akhirnya memutuskan keluar dari kerja untuk fokus menjalankan bisnis,” ujarnya.

 

Kini Smitten by Pattern yang bergerak di bidang desain dan fashion ini, tak hanya memproduksi desain kain, tetapi juga merambah ke produksi scraf, pakaian, hingga tas . Selain itu, dengan dorongan kemudahan akses distribusi dari Tokopedia, Smitten by Pattern mampu meningkatkan pendapatan hingga 100% hingga 200%.

 

Distribusi hasil karyanya pun ikut meluas. Awalnya hanya menjamah kota – kota besar di pulau Jawa, kini pemesanan busananya bisa sampai ke daerah Papua. “Dari segi pendapatan, kami sangat surprise. Kalau dilihat dari Tokopedia , mendapat 200%- 300 %2018. Kalau 2019 bisa 6 – 10 kali lipat,” ungkapnya.

 

Kini usaha Laras pun sudah memiliki omzet Rp 40-100 juta perbulan. Dan bisa menjual di atas 150 pcs perbulan. Tak hanya itu, menurut Laras, bisnisnya kini bisa membuka lapangan pekerjaan dengan latar belakang yang beragam.

 

“Jadi bagi yang mau terjun berbisnis tidak perlu takut gagal dicoba aja dulu,” pungkasnya.

 

Teks : Wiwied                 Foto : Wiwied & Instagram Smitten by Pattern