Jakarta, Kirani – Pengelolaan air yang bertanggungjawab menjadi prioritas Coca Cola Indonesia dalam menjalankan bisninsnya. Perusahaan ini secara konsisten berkolaborasi dengan para mitranya dalam berbagai Program Air Untuk Masyarakat (Community Water Program) sebagai upaya mempertahankan kelestarian air dan lingkungan. Salah satunya adalah pemanfaatan embung tadah hujan untuk daerah kering.
Hingga tahun 2021, sebanyak tujuh embung tadah hujan dibangun di seluruh Indonesia dengan dukungan dari Coca-Cola. Inisiatif ini sejalan dengan program strategis pengembangan embung dari Kementerian Pertanian Republik Indonesia sebagai infrastruktur penting untuk memenuhi kebutuhan air di sektor pertanian.
Untuk itu, Coca Cola Foundation Indonesia (CCFI) bersama dengan Yayasan Obor Tani (YOT) menginisiasi pembangunan Embung Grigak, sebuah embung tadah hujan seluas 1 hektare, dengan lapisan geomembran untuk memenuhi kebutuhan air di kawasan Pantai Grigak.
Director of Public Affairs, Communications and Sustainability of PT Coca-Cola Indonesia dan Ketua Pelaksana CCFI, Triyono Prijosoesilo menjelaskan, “Water stewardship dan pengelolaan air (water management) yang bertanggung jawab telah menjadi prioritas Coca-Cola sejak lama dan kami selalu berupaya untuk memberikan dampak positif yang lebih besar bagi masyarakat dan ekosistem lingkungan di masa depan. Selama bertahun-tahun, Coca-Cola telah menjalankan berbagai Community Water Program guna membantu meningkatkan akses terhadap air bersih, sanitasi dan air untuk pertanian bagi masyarakat Indonesia. Kami berharap dapat terus mengembangkan kerja sama ini dengan para mitra kami.”
Embung Grigak ini terletak di Dukuh Karang, Kelurahan Girikato, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunungkidul, yang merupakan daerah tandus dengan kondisi tanah berupa perbukitan kapur. Untuk mendapatkan akses air, para petani biasanya menunggu musim hujan yang menyebabkan mereka kesulitan untuk bercocok tanam sepanjang tahun.
Direktur Eksekutif Yayasan Obor Tani, Pratomo mengungkapkan, “Meskipun lapisan tanah bagian atasnya terlihat sangat kering, secara geografis Pantai Grigak sebenarnya mempunyai tanah yang subur dan kaya akan mineral esensial yang diperlukan oleh tanaman. Dengan tanah karst atau tanah kapur yang memiliki tingkat keasaman (pH di atas 6), lahan di wilayah ini sangat bagus dimanfaatkan untuk tanaman.”
Selain itu, berdasarkan hasil tes tanah, ditemukan bahwa tanah di kawasan Pantai Grigak cocok dimanfaatkan untuk penanaman tiga jenis tanaman buah, yaitu alpukat, kelengkeng dan mangga. Namun komoditas ini baru bisa berhasil tumbuh jika tersedia cukup air. Hadirnya embung tadah hujan ini diharapkan bisa membantu pemenuhan kebutuhan air untuk pertanian agar para petani dapat hidup dari tanahnya.
“Tujuan awal pengadaan Embung Grigak ini adalah untuk mengairi lahan pertanian di musim kemarau dan juga sebagai wadah budidaya ikan. Potensi lainnya dari adanya embung tadah hujan ini juga untuk menarik wisatawan. Ketiga sumber pendapatan potensial ini dipercayakan pengelolaannya kepada perkumpulan Eco-Camp Mangun Karsa milik masyarakat yang kebanyakan petani,” ungkap Romo Dr. Ir. P. Wiryono Priyotamtama, SJ., tokoh pendamping masyarakat setempat.
Embung Grigak terletak 30-40 meter dari bibir laut dan menghadap ke arah pantai. Pemandangan embung yang cantik membuka peluang bagi daerah tersebut untuk menjadi potensi lokasi wisata, serta berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi desa.
“Dengan pembangunan embung tadah hujan, kami berharap dapat menjawab berbagai persoalan, khususnya akses air bagi masyarakat atau petani lokal, serta memberikan manfaat ekonomi jangka panjang. Dan jika nantinya berdampak pada tumbuhnya pariwisata di dekat lokasi, tentunya menjadi nilai plus bagi para penduduk sekitar dalam meningkatkan kehidupan dan kesejahteraan mereka, dan kami turut senang telah ikut berperan,” tutup Triyono.
Teks: Setia Bekti | Foto: Coca Cola Indonesia