Dra. Hj. Nurhayati Subakat, Apt – Jatuh Bangun Membesarkan Wardah Kosmetik

Jakarta, Kirani – Jika semangat sedang turun, ingatlah kembali motivasi utama kita  dalam hidup dan bekerja. Percaya atau tidak,  motivasi  mampu memberi energi  untuk bangkit walaupun dalam keadaan terpuruk.

Membantu banyak orang dijadikan motivasi Nurhayati Subakat ketika tahun 1985 merintis usaha industri kecil  yang kini menjelma menjadi beberapa merk kosmetik, diantaranya Wardah. Dengan latar belakang dibidang farmasi, mudah saja bagi Nurhayati meracik bahan tertentu untuk dijadikan shampoo, obat keriting, dan beberapa produk perawatan rambut lainnya berlabel Putri. Namun  keahliannya hanya sebatas membuat, ia tidak pandai berjualan.  Seorang tetangga membantu memasarkan door to door produk racikan Nurhayati  dan juga di salon tempat mereka bekerja. Usaha kecil-kecilan itu dilakoni  Nurhayati sambil mengasuh putra-putrinya.

Setahun kemudian usahanya terus berkembang dengan 20 pegawai yang membantunya. Menjelang Ramadhan tahun 1990, Nurhayati harus menerima kenyataan pahit melihat tempat usahanya habis terbakar. Sambil memandangi karyawan yang terlihat sedih memikirkan nasibnya dan Hari Raya yang sudah didepan mata, Nurhayati mencoba bangkit dengan meracik bahan-bahan yang tersisa lalu dijual secara tunai. Dua minggu kemudian ia bisa membayar THR para karyawan dan hutang-hutangnya pada kreditur.

Dibalik cobaan ada kemudahan. Setelah bangkit dari musibah kebakaran, Nurhayati mendapat banyak simpati dari kawan dan perusahaan suami yang meminjamkan tempat untuk menata kembali usahanya yang hangus dilahap api. “Sebenarnya bisa saja saya menutup usaha dan melanjutkan hidup dengan uang pemberian suami yang lebih dari cukup. Tapi memikirkan nasib para karyawan dan menyadari kewajiban untuk membantu sesama memberi energi luar biasa pada saya untuk bangkit dari keterpurukan kala itu. Semangat berbagi itulah yang mendorong saya bersemangat dalam bekerja dan saya terapkan hingga kini. Bila kita memikirkan nasib orang lain pasti jalan kita akan dimudahkan,” ungkap istri dari Drs.H.Subakat Hadi, M.Sc itu.

Tahun 1995 seorang kawan menyarankan untuk membuat kosmetik yang halal bagi wanita Muslim, Nurhayati menyanggupi. Sebagai negara dengan umat Muslim terbesar di dunia, ia menyadari potensi yang akan diraihnya bila meluncurkan kosmetik  berlabel halal  yang saat itu belum dilirik produsen lain. Dari 3 alternatif nama brand yang diajukan ke kantor badan hukum, yang disetujui adalah label Wardah yang bermakna bunga mawar. “Dua nama lain yang saya ajukan tidak bisa dipakai karena hak paten sudah dimiliki orang lain,” terang Nurhayati mengenai latar belakang berdirinya Wardah Kosmetik yang mendapat label halal pada 1997.

Walau sempat terseok-seok, Nurhayati tak patah semangat. Selain motivasi berbagi, dalam bekerja ia menerapkan filosofi 5-P yakni Product, Price, Place, Promotion dan yang utama adalah Pertolongan Tuhan. Ia sangat mensyukuri bahwa sepuluh  tahun belakangan Wardah telah menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Bisnis yang berjalan baik idealnya mengalami pertumbuhan antara 20-30% pertahun, tetapi Wardah bisa tumbuh sampai 70%. Ia mengakui pertumbuhan itu terjadi sejak anak-anaknya membantu mengelola perusahaan dan menyusun strategi dagang, ditambah dengan booming hijabers community beberapa tahun belakangan ini.

“Saya mempunyai tanggung jawab besar untuk  memastikan wanita Muslim terhindar dari kosmetik yang mengandung bahan-bahan yang diharamkan agama. Dulu tidak ada produsen yang berminat membuat kosmetik halal, sekarang sudah banyak yang melirik. Meski sudah berlabel halal, penjualan mereka tak sebagus Wardah. Itu saya lihat dari data laporan keuangan 2 produsen kosmetik lokal yang dimuat di surat kabar. Menurut saya sebuah brand harus memiliki identitas atau ciri khas, tidak bisa sekedar  mengekor yang sudah ada. Identitas Wardah sejak awal adalah kosmetik yang halal dan itu sudah melekat di hati masyarakat,” terang ibu dari tiga anak itu.

Dengan kerja keras dan inovasi tanpa henti, PT. Pusaka Tradisi Ibu yang menjadi nama awal saat Nurhayati    mendirikan perusahaan pada 1985 kini berganti menjadi PT. Paragon Technology & Innovation sejak 2011 lalu. Dalam menghadapi kompetitor, langkah efektif yang diambil adalah membuat produk sebaik mungkin, aman, meningkatkan kualitas produk, menawarkan harga kompetitif, service lebih bagus melalui  SDM dan beautician  handal, bekerja lebih efisien, promosi, dan lagi-lagi faktor pertolongan Allah yang telah mewujudkan visi dan  misi Nurhayati. Setiap dua bulan sekali , Wardah dan Make Over  merilis varian produk terbaru untuk memenuhi kebutuhan konsumennya.

Sejak mempercayakan operasional dan marketing perusahaan pada dua orang anaknya, seharusnya tugas dan tanggung jawab Nurhayati lebih ringan. Tapi ternyata tidak, hingga kini ia masih aktif di divisi Research & Development  pada perusahaan yang dikelolanya, semata untuk memastikan keamanan produk yang dihasilkan sebelum diluncurkan ke pasaran.

“Ketika mendelegasikan tugas pada anak-anak dan staff, sebenarnya ada rasa ragu dan khawatir pada kemampuan mereka.  Tapi saya belajar  memberi kepercayaan sambil tetap mengawasi. Awalnya memang terasa ada yang kurang, tapi saya berusaha ‘tutup mata’ dan menerima kekurangan itu sambil menuntun mereka untuk memperbaikinya. Alhamdulillah, sekarang malah berkembang pesat dan itu diluar dugaan saya,” kenang wanita yang masih terlihat energik diusia 68 tahun itu.

Setelah berhasil menguasai pasar lokal, Nurhayati berkeinginan menundukkan pasar di beberapa negara Asia dan Timur Tengah. Ia sudah memulainya sejak tahun 2015 dan ditargetkan 2020 harapannya itu sudah terwujud. “Kami  optimis bisa menjadi global brand karena produk yang kami buat mempunyai banyak kelebihan yang tidak dimiliki brand lain. Berdasarkan data yang saya pegang, saat ini  penjualan Wardah sudah mengalahkan merk lokal dan beberapa merk  kosmetik internasional yang dijual  di Indonesia,” terangnya bersemangat.

 

Teks : Nana Hamid