Jakarta, Kirani – Wignyo Rahadi memberikan sentuhan modern pada 20 outfit yang memakai Tenun Ikat Maluku motif Tanimbar yang menjadi sektor unggulan dan perhatian Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia Provinsi Maluku dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di Maluku.
Pilihan Wignyo Rahadi pada tenun ikat motif Tanimbar sangat tepat, karena tenun ini menjadi salah satu sektor unggulan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di Maluku. Bahkan, Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia Provinsi Maluku semenjak 2017 sudah melakukan program pengembangan terhadap Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Tenun Ikat Tanimbar. Program ini memberikan rekomendasi terkait komoditas strategis dan bentuk olahan untuk meningkatkan nilai tambah produk Tenun Ikat Tanimbar.
Acara pertemuan tahunan Bank Indonesia Provinsi Maluku 2019 lalu mengusung tema Sinergi Transformasi Inovasi Menuju Indonesia Maju, menampilkan desainer Indonesian Fashion Chambers (IFC) Wignyo Rahadi yang menggunakan Tenun Ikat Tanimbar. Sebanyak 20 outfit yang diperagakan oleh perwakilan dari Persatuan Istri Pegawai Bank Indonesia, Ikatan Wanita Bank Provinsi Maluku, dan Insan Perbankan Maluku.
Sentuhan Modern
Menurut Wignyo Rahadi Tenun Ikat Tanimbar memiliki warna yang gelap seperti coklat, terakota, dan hitam serta warna lebih terang seperti oranye. Warna ini diaplikasikan dalam ragam gaya busana yang praktis dan terkesan modern seperti dress dengan siluet ringan, padanan blus dengan varian celana maupun rok, serta dilengkapi outer yang terkesan dinamis. Tenun Ikat Tanimbar dikombinasikan pula dengan daya tarik bahan Tenun ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin).
Permainan potongan asimetris dan draperi merupakan elemen ornamen yang turut menjadi sentra perhatian pada koleksi ini. Dengan ditampilkan dalam acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia Provinsi Maluku ini diharapkan dapat menggaungkan keunggulan Tenun Ikat Maluku motif Tanimbar lebih meluas agar meningkatkan daya pakai dan daya jualnya.
“Diharapkan dapat menginspirasi masyarakat luas untuk memakai Tenun Tanimbar bukan hanya sebagai kain sarung, tetapi juga sebagai ready to wear atau busana siap pakai, termasuk kalangan desainer mode untuk mengolah material Tenun Tanimbar menjadi berbagai jenis dan gaya busana siap pakai,” papar Desainer Wignyo Rahadi.
Untuk pemilihan warna dasar outfit yang didominasi warna coklat keemasan pada fashion show, Wignyo menerangkan warna dominan harus berbeda. Tidak terikat dengan warna-warna tradisional harus lebih modern.
“Konsep desain saya dengan warna keemasan, supaya tenun yang selama ini kita lihat lebih didominasi hitam, biru, dan merah saja sangat tradisional. Yang memiliki penggemar tersendiri, tapi saya mencoba sesuatu yang baru supaya masyarakat bisa melihat bahwa tenun bisa memiliki warna yang menarik dan lebih modern,” jelasnya.
Perlu diketahui, Tenun Ikat Tanimbar merupakan tenun ikat tradisional dari Kepulauan Tanimbar yang berada di Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Tenun ini mayoritas dibuat oleh kaum perempuan sebagai mata pencaharian. Jumlah pengrajin kain Tenun Ikat Tanimbar di Maluku Tenggara Barat saat ini berjumlah 1.715 orang yang tersebar di 10 kecamatan. Tapi, perkembangan tenun Tanimbar belum terbilang optimal sehingga komoditi tenun Tanimbar dianggap belum memberikan peluang ekonomi yang menjanjikan.
Teks : Galuh/Foto : Dok. IFC