Semarang, Kirani – Kepala Dinas Pendidikan kota Semarang, Bambang Pramusinto, menghadiri acara peringatan Natal di SMP N 11 Semarang. Ia mengapresiasi acara yang menghidupkan toleransi di sekolah ini. Bambang menambahkan , konsep ini menarik untuk dikemas, dikembangkan, dan syukur – syukur bisa di contoh oleh sekolah lain.
“Dengan toleransi, kita bisa menghindari bentuk kekerasan dan perbedaan. Bangsa Indonesia, terutama kota Semarang ini, kan masyarakatnya majemuk,” ujar Bambang.
Ia menjelaskan, toleransi ini menjadi tema P5 (Project Penguatan Profil Pemuda Pancasila). Anak – anak harus diajari bahwa di sekitar mereka memang ada keberagaman, jadi mereka harus bisa saling menghargai.
“Karena semua manusia tidak ada yang sempurna, jadi harus saling menghargai. Karena anak – anak nantinya akan menjadi jejaring, jadi harus saling menghargai. Sebab nanti juga yang akan menolong mereka, adalah teman -teman mereka sendiri,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Sekolah SMP N 11 Semarang, Dwi Astuti mengatakan, pihaknya akan terus berupaya menekankan peningkatkan toleransi beragama di SMP N 11 Semarang. Dirinya yakin, dengan begini anak – anak akan mampu menghargai, menghormati, dan saling memberi kasih sayang kepada teman teman di SMP N 11 Semarang.
“Setelah terbiasa melakukan toleransi di sekolah, nanti akan dilakukan juga di masyarakat luas,” kata Dwi Astuti .
Dwi menambahkan, bentuk kegiatan toleransi ini sudah dikembangkan sejak tahun kemarin. Saat ini di acara Natal, pihaknya mengajak anak – anak dan bapak ibu guru yang beragama Islam, juga mengikuti kegiatan Natal. Untuk anak – anak OSIS beserta anak – anak rebana untuk menyanyikan atau melantunkan shalawat Nabi dan sebagainya di acara Natal ini.
“Karena saya kira semua agama itu mengajarkan hal baik. Di sekolah ini guru-guru, karyawan, beserta siswa siswi rata rata mereka beragama Islam, Kristen, dan Katolik makanya tadi siswa siswi rebana ikut melantunkan shalawat Nabi di acara Natal ini untuk menunjukkan konsep toleransi di SMP N 11 Semarang ini,” ujar Dwi.
Dwi yakin, bahwa adanya toleransi di SMP N 11 Semarang, juga bisa menjadi awal untuk menangani bullying yang sering terjadi di beberapa sekolah di Indonesia.
“Mudah mudahan dengan kita menggandeng anak – anak dan bapak ibu guru untuk saling toleransi, tidak ada lagi tawuran dan pembullyan di SMP N 11 Semarang. Inilah awal tonggak, bahwa tidak ada intoleransi di sekolahan. Kita juga kan sekolah yang ramah anak juga. Nah, ini kita tingkatkan supaya anak anak menyadari bahwa kita itu punya kekurangan, kelebihan, dan perbedaan maka mudah mudahan tidak akan ada lagi pembullyan,” tegasnya.
Taks & foto: Muza