The Carrie Musical, Milenial Peduli Isu KDRT

Jakarta, Kirani – Kalangan Milenial merupakan generasi yang berjaya dan menjadi sentral penting dalam kehidupan di Indonesia saat ini. Jakarta Youth for Performing Arts (JYPA) yang merupakan sekumpulan orang muda atau Kalangan Milenial yang peduli, ingin menyoroti keberanian serta ketabuan korban KDRT. Termasuk menunjukkan betapa pentingnya untuk mendukung dan menguatkan para korban beserta isu KDRT di dalam masyarakat Indonesia saat ini.

 

JYPA bekerjasama dengan Lembaga Bantuan Hukum Asosiasi Perempuan Indonesia untuk Keadilan (LBH APIK) menghadirkan sebuah seni pertunjukan bertajuk ‘Carrie The Musical’ yang akan berlangsung pada tanggal 17 hingga 18 Januari 2020 mendatang di Gedung Kesenian Jakarta.

 

Dalam acara konferensi pers yang berlangsung pada hari Jumat malam, 22 November 2019, di Kharisma Starvision Plus, kawasan Cempaka Putih, Jakarta Pusat, disampaikan bahwa pertunjukan kolaborasi ini mengangkat isu tentang perempuan dan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), sebuah isu yang sering dianggap tabu.

 

“Kami tertarik dengan isu ini. Sebuah isu yang memang harus menjadi perhatian Kalangan Milenial seperti kami,” kata Aisha Servia, sutradara pertunjukan Carrie The Musical. Aisha mengakui sebagai Kalangan Milenial yang hidup di zaman Now, atau era sekarang betapa ia dan generasinya mendapatkan akses dan kemudahan untuk mendapatkan berbagai insformasi di era digital yang serba terbuka.

 

“Termasuk permasalahan KDRT yang selama ini dianggap tabu. Tetapi sejujurnya, kami Kalangan Milenial merasakan kok tentang dampak KDRT, makanya pertunjukan ini adalah bagian kami peduli dengan isu ini,” kata Aisha panjang lebar.

 

 

Sementara Siti Mazuma, Direktur LBH APIK, mengatakan kisah yang diceritakan melalui Carrie The Musical ini memang sangat terkait dengan KDRT. Menurut wanita yang biasa disapa Zuma ini, dalam pertunjukan Carrie mengisahkan apa yang dialami Margareth White dan juga putrinya yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

 

Zuma menyambut baik kolaborasi ini sebagai sinergi yang membantu menyebarkan kesadaran terhadap pentingnya masalah dan isu KDRT. Pertunjukan ini, menurut Zuma sangat detail dan dekat terkait dengan isu KDRT. “Harapannya, dengan menonton pertunjukan ini, masyarakat Indonesia bertambah peduli tentang isu KDRT yang selama ini dicap tabu.”

 

Pertunjukan Carrie The Musical ini menceritakan tentang Carrie White dan kekerasan yang dihadapinya di dalam rumah tangga dan kehidupan di sekolah. Didaptasi dari sebuah novel berjudul Carrie yang ditulis oleh Stephen King dan dirilis pada tahun 1974. Melalui musik dan lirik yang ditulis Michael Gord and Dean Pitchford, gelaran ini menyoroti bagaimana rasa sakit yang ditimbulkan pada masing-masing karakter yang mencerminkan pikiran dan tindakan mereka.

 

Dikisahkan Carrie White, seorang gadis muda beribukan Margareth White yang secara tidak langsung mengenalkan kekerasan verbal dan fisik yang dialaminya kepada Carrie. Secara tak langsung, masalah KDRT yang dialami sang Ibu menjadi begitu melekat ke dalam diri Carrie. Bahkan di sekolah, dia mengalami kesulitan dan menjadi korban bully dengan begitu brutal. Dikisahkan juga bahwa Carrie memiliki kekuatan telekinetik yang juga menjadi ancaman terhadap dia dan orang-orang di sekitarnya.

 

Pertunjukan Carrie The Musical ini memperlihatkan sifat pantang menyerah termasuk bagaimana berjibakunya seorang gadis muda menghadapi masalah kekerasan dan bully. Shaumozza Hendrarso, produser Carrie The Musical ini mengatakan, pertunjukannya menyebarkan pesan-pesan penting tentang permasalahan modern seperti KDRT, yang menjadi inspirasi dan kepedulian generasi muda.

 

Shaumozza menegaskan pertunjukan ini mengispirasi para korban KDRT supaya saling mendukung, bersatu dan menciptakan kehidupan yang lebih kuat. “Korban KDRT itu berdaya bukan lemah tak berdaya,” ujarnya.

 

Teks & Foto : Hadriani P