Jakarta, Kirani – Tak pernah lelah berkarya, Teater Koma menjadi salah satu kelompok teater paling produktif di Indonesia. Kali ini, didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation, Teater Koma kembali dengan produksi terbarunya berjudul “J.J Sampah-Sampah Kota” yang dipentaskan pada 8-17 November 2019 di Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
Lakon J.J Sampah-Sampah Kota ini berkisah tentang sepasang suami istri bernama Jian dan Juhro yang hidup di sebuah gubuk di kolong jembatan. Jian bekerja sebagai kuli pengangkut sampah. Ia digaji harian dan tidak punya jaminan masa depan. Meski begitu dia tetap bekerja dengan jujur, rajin, giat dan gembira. Bersama Juhro, yang tengah hamil tua, dia hidup bahagia.
Sayang hidup tak selalu berjalan mulus. Kejujuran Jian pun suatu saat harus mengalami ujian. Mandor Kepala dan tiga mandor bawahannya, Tiga Pemutus, yang selalu memperhatikan sang kuli pengangkut sampah tersebut, ingin melihat sejauh mana kejujuran Jian bisa dipertahankan. Suatu hari, Para Pemutus menjatuhkan tas berisi uang yang amat banyak di sekitar tempat Jian bekerja. Jian pun panik. Apa yang sebaiknya dia lakukan? Apakah mengembalikan tas tersebut, atau mengambilnya, mengingat ia tengah membutuhkan banyak uang untuk biaya melahirkan istrinya, juga untuk merawat sang bayi kelak.
Lakon yang ditulis oleh Nano Riantiarno ini telah dipentaskan oleh Teater Koma pada 1979. Setelah 40 tahun berlalu, Teater Koma kembali mementaskan lakon ini dengan arahan Rangga Riantiarno sebagai sutradara. Ini merupakan kali kedua penyutradaraannya di Teater Koma setelah Antigoneo pada 2011.
“Saya menulis naskah J.J Jian Juhro ketika berada di Iowa, Amerika Serikat untuk memenuhi undangan bagi para penulis Indonesia selama enam bulan. Sisanya saya tulis di Jakarta dan saya persembahkan untuk Ratna dan Rangga. Pentas ini disutradarai oleh Rangga Riantiarno. Mengapa? Karena pengalamannya sangat cukup. Dia adalah sosok yang hadir pada era milenial, dia pasti tahu apa yang harus dikerjakan. Saya hanya sosok yang lahir sebelum era itu. Semoga pentas ini bisa mengilhami kita semua,” papar Nano Riantiarno.
“Teater Koma merupakan salah satu kelompok teater yang sukses melakukan regenerasi dengan merekrut generasi muda untuk turut serta dalam berbagai produksinya. Sangat menarik melihat bagaimana Teater Koma mendelegasikan posisi dan peran dari generasi terdahulu kepada generasi muda, termasuk juga dengan penyutradaraan yang selama ini dipegang oleh Bapak N. Riantiarno mulai diarahkan kepada puteranya Rangga Riantiarno. Campur tangan Rangga dalam lakon yang telah dipentaskan 40 tahun yang lalu ini akan memberikan kesegaran baru dengan tampilan yang lebih menarik. Melalui Program Apresiasi Seni Pertunjukan Teater Koma juga menjadi ruang apresiasi bagi generasi muda untuk menemukan referensi mengenai sajian artistic serta konsep dramatugi yang detail dari Teater Koma,” ujar Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation.
Bicara soal sampah dan penguasa korup memang seolah tak ada habisnya di setiap era. Namun bagaimana dengan kejujuran? Lakon ini mengisahkan tentang kejujuran, yang dibungkus apik dengan aksi-aksi lucu dari para pementas, ditingkahi aksi nyanyian dan tarian yang ditampilkan secara alami.
“Lakon J.J dipentaskan pada September 1979 ketika saya berusia 6 bulan, tentu saja saya tidak melihat langsung seperti apa pertunjukan itu. Empat puluh tahun kemudian, naskah yang lama disunting oleh penulisnya sendiri. Membaca naskah baru yang sudah dipadatkan merupakan sebuah sensasi tersendiri. Saya merasa kisah yang disajikan dalam lakon ini tidak lekang oleh waktu. Kondisi kini tidak sama seperti dulu, tapi tetap ada hal-hal yang tidak berubah. Akan selalu ada orang-orang jujur dan orang-orang yang korup. Mungkin, kekuasaaan dan kejujuran tidak akan pernah bisa sejalan. Memang 40 tahun lalu waktu yang cukup lama untuk kembali mementaskan lakon ini dengan para pemain yang berbeda. Ada tokoh-tokoh yang dulu diperankan pria, kini dimainkan wanita. Multimedia juga jadi elemen baru dalam pementasan kali ini, karena ada satu tokoh yang hanya dimunculkan via multimedia, Menariknya, tokoh ini dapat berinteraksi dengan tokoh lain, bahkan bernyanyi,” ujar Rangga Riantiarno, sutradara.
Sejumlah aktor kawakan mendukung pementasan J.J Sampah-Sampah Kota kali ini, seperti Idries Pulungan, Budi Ros, Daisy Lantang, Ratna Ully, Ohan Adiputra, Tuti Hartati, Ade Firman Hakim, Raheli Dharmawan, Toni Tokim, Hengky Gunawan, Angga Yasti, Suntea Sisca, Bayu Dharmawan, Andhini Puteri Lestari, Sekar Dewantari, Febri Siregar, Dana Hassan, Radhen Darwin, Palka Kojansow, Pandu Pangestu, Zulfi Ramdoni, dan masih banyak lagi.
Sebagai tim pendukung, Alex Fatahillah menggarap tata busana bekerjasama dengan Subarkah Hadisarjana sebagai tata rias dan tata rambut garapan Sena Sukarya, didukung PAC Martha Tilaar. Berpadu dengan tata artistik garapan Idries Pulungan, tata cahaya besutan Deray Setyadi, latar animasi dan multimedia olahan Deden Bulqini, juga berkolaborasi dengan tata gerak olahan Ratna Ully dan instruktur vokal Naomi Lumban Gaol yang diiringi oleh musik komposisi dan aransemen karya Fero A. Stefanus.
Lakon ini juga mendapat sentuhan ilustrator buku acara Saut Irianto Manik, dan perancang grafis ra7dika. Semua didukung oleh Konsultan Kreatif N.Riantiarno dan Ohan Adiputra, Pimpinan Panggung Sari Madjid, Pengarah Teknik Tinton Prianggoro, Pimpinan Produksi Ratna Riantiarno, di bawah arahan Co-Sutradara Bayu Dharmawan dan Sutradara Rangga Riantiarno.
Teks : Tya Foto : Dok. Image Dynamics