Jakarta, Kirani – Fashion harus menghormati manusia, planet dan tujuan hidup. Hal ini menjadi komitmen seorang Ali Charisma yang ikut unjuk diri di panggung International Modest Fashion Festival (IN2MF 2025) yang berlangsung di JIEXPO Convention Centre & Theatre, Kemayoran, Jakarta.
Ali Charisma mempersembahkan koleksi terbarunya bertajuk “Re-thinking Luxury” di panggung IN2MF 2025 hari ke empat, Sabtu (11/10) dengan menyajikan peragaan dengan gerak teatrikal. Tampak para model berlenggak-lenggok dengan gundukan kain-kain perca menjadi sebuah pemandangan yang menarik perhatian.
“Re-thinking Luxury” merupakan pernyataan kuat tentang bagaimana makna kemewahan perlu didefinisikan ulang di era modern. Bahwa keanggunan sejati tidak lagi diukur dari kemewahan berlebih, tetapi dari keseimbangan, tanggung jawab, dan tujuan.
Koleksi ini menantang persepsi tradisional tentang kemewahan dengan menggabungkan unsur yang saling bertolak belakang: glamor dengan kesederhanaan, yang berharga dengan yang tak berharga, serta yang mahal dengan yang biasa.
Ali Charisma menegaskan, “Fashion itu seharusnya tidak pernah merugikan. Tidak terhadap manusia, tidak terhadap bumi, dan tidak terhadap tujuan hidup kita. Melalui koleksi ini, saya mengajak publik untuk meninjau kembali hubungan mereka dengan fashion dan menjalani gaya hidup yang lebih sadar serta berkelanjutan,” ungkapnya.
Terinspirasi dari bentuk dan filosofi abadi kimono Jepang, koleksi ini menampilkan dialog antara warisan budaya dan kepekaan modern.
Di tangan Ali, kain batik Indonesia ditafsir ulang secara kontemporer menjadi elemen utama yang menjembatani tradisi masa lalu dengan realitas masa kini.

Siluet yang ditampilkan didominasi oleh bentuk H-line dan A-line, yang melambangkan struktur, harmoni, dan keseimbangan. Koleksi ini menggunakan perpaduan bahan katun, sutra, viscose, dan polyester yang merepresentasikan titik temu antara alam dan teknologi, sebagai metafora bahwa mode dapat menemukan keseimbangan antara kemewahan dan tanggung jawab.
Lebih dari sekadar keindahan visual, “Re-thinking Luxury” menjadi pengingat bahwa industri mode perlu merefleksikan dampak limbah yang dihasilkannya, dan berupaya menuju sistem yang lebih seimbang. “Yang menghormati People, Planet, dan Profit,”ujar dia.
Melalui karyanya, Ali terus melanjutkan misinya dalam mengampanyekan slow fashion, etical craftsmanship, serta sustainability sebagai gaya hidup, bukan sekadar label pemasaran.
Selama ini, Ali Charisma merupakan pionir dalam gerakan fashion berkelanjutan dan etis di Asia Tenggara. Ali juga sebagai Dewan Penasihat Indonesian Fashion Chamber (IFC), dan telah lama menjadi advokat dalam mengangkat posisi mode Indonesia di panggung global melalui kreativitas yang bertanggung jawab dan keaslian budaya. Karyanya dikenal memadukan kain tradisional Indonesia dengan siluet modern, menghadirkan desain yang tidak hanya indah, tetapi juga memiliki makna dan kesadaran sosial.
Teks: Hadriani Pudjiarti | Foto: IN2MF

