“Sang Sukrasana” Upaya Melestarikan Wayang Oleh Laskar Indonesia Pusaka

Jakarta, Kirani – Sebagai salah satu warisan budaya khas Jawa Tengah, wayang orang merupakan kesenian yang menarik dan patut untuk terus dilestarikan. Berbagai upaya pun dilakukan untuk membuat wayang orang tetap lestari dan dikenal juga dicintai oleh generasi muda. Salah satunya adalah seperti dilakukan oleh Laskar Indonesia Pusaka, dengan dukungan Bakti Budaya Djarum Foundation, akan menggelar wayang orang bertajuk “Sang Sukrasana”. Dalam rangka merayakan Hari Wayang Nasional, pementasan ini akan berlangsung pada 17 November 2019, bertempat di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki.

 

“Wayang merupakan sarana sosialisasi komunikasi yang sangat efektif dalam menyampaikan pesan sejak zaman pergerakan perjuangan, kemerdekaan, sampai masa pembangunan bangsa dan negara. Pagelaran Sang Sukrasana adalah persembahan karya visual dari generasi muda bangsa Indonesia dengan bimbingan para senior yang memahami pakem Jawa klasik yang berbudi luhur layaknya seluruh cerita dalam pewayangan,” papar Jaya Suprana dalam konferensi pers di Galeri Indonesia Kaya.

 

 

Sukrasana adalah tokoh wayang asli Indonesia. Sebuah cerita klasik mengenai Sukrasana dan sang kakak, Sumantri, yang terjadi jauh sebelum adanya kisah Mahabharata. Sukrasana adalah ksatria sakti mandraguna yang dilatih oleh salah satu dewa terkuat di kahyangan, yakni Batara Indra. Sukrasana yang memiliki kekuatan yang luar biasa memiliki wajah yang menyerupai buto kecil, menyeramkan dan buruk rupa. Sementara kakaknya, Sumantri adalah ksatria yang ambisius dan rupawan. Dalam banyak hal, Sukrasana sangat menyayangi kakaknya dan selalu ada untuk membantu kakaknya dalam peperangan atau dalam kesulitan dengan kekuatannya tanpa pamrih. Sayang, kisah kakak beradik ini harus berakhir dengan tragis karena kesetiaan sang adik yang dikhianati oleh ambisi sang kakak.

 

Kisah “Sang Sukrasana” ini terinspirasi dari situasi negara yang sedang dirundung kemelut perebutan kekuasaan tetapi melalaikan kepentingan rakyat kecil yang justru sewajibnya disejahterakan. Sesungguhnya, rakyat memiliki kesaktian luar biasa yang dapat  memicu perubahan di dalam bangsa ini, asalkan tidak dikhianati oleh ambisi semata.

 

 

“Sang Sukrasana” melibatkan seluruh lapisan masyarakat Indonesia lintas generasi dari berbagai kalangan mulai dari Wayang Orang Bharata, PATI serta Prajurit TNI dan Polri, para Purnawirawan, juga tokoh-tokoh pecinta wayang orang, dengan Lukman Sardi berperan sebagai Sukrasana, Maudy Koesnaedi sebagai Dewi Citralangeni, Asmara Abigail sebagai Dewi Citrawati, Ruth Marini, Inayah Wahid, dan Tina Toon.

 

Berbagai pihak ikut mendukung pagelaran ini, seperti Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, BCA, Sinarmas, SCTV, Caffino Coffee, Sariayu Martha Tilaar, Jaya Suprana School of Performing Arts, Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI), Jamu Jago, Matara Art Centre, TNI, Polri, dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta.

 

 

“Saat ini, semakin banyak pihak dari berbagai kalangan tertarik untuk mendukung bahkan terlibat langsung dalam upaya pelestarian budaya Indonesia. Wayang sebagai sebuah kesenian merupakan karya seni yang luar biasa yang dapat digunakan untuk menyampaikan nilai-nilai keindahan serta moral kepada masyarakat. Dengan keterlibatan selebritis, dan public figure dalam pagelaran yang mengambil cerita wayang ini tentunya akan semakin dapat meningkatkan apresiasi masyarakat luas dan menginspirasi generasi muda untuk berperan serta dalam pelestarian seni budaya, khususnya seni pertunjukan Indonesia,” ujar Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation.

 

 

Teks : Tya         Foto : Dok. Galeri Indonesia Kaya