Para pelaku mode, khususnya direktur kreatif berbagai label busana, telah memberi aba-aba soal tren fashion di tahun 2019. Yang menarik prairie dress, sebutan bagi gaun semata kaki, berkerah tinggi, lengan bervolume, dan aksen lipatan (ruffles) pada bagian rok diramalkan akan kembali popular.
Beberapa bulan belakangan, prairie dress menjadi koleksi Zara, Nordstorm, H&M, Batsheva, hingga potret koleksi label adibusana sekelas Dior, John Galliano, dan Coach. Di antara label-label tersebut, Coach dan Batsheva adalah dua lini busana yang cukup banyak menampilkan modifikasi gaun prairie.
Coach sendiri merupakan label busana asal AS yang didirikan pada 1941. Jabatan Direktur Kreatif Coach dipegang oleh desainer Stuart Vevers, pria Inggris yang sempat bekerja untuk label busana Mulberry (Inggris) dan Loewe (Spanyol). Selama lima tahun terakhir, Vevers banyak menggali inspirasi dari budaya populer AS yang pernah mekar di masa lampau, khususnya film.
Untuk koleksi busana musim semi 2019, tak mustahil rasanya bila Vevers mengulik kembali kepopuleran Little House.
Label busana asal New York Batsheva melansir prairie yang disusun dari kain berwarna vibran dengan efek metalik. Lewat koleksi terbarunya, sang desainer Batsheva Hay memodifikasi prairie menjadi gaun selutut dengan panjang lengan tiga perempat. Koleksi itu dinamai “Orthodox Judaism”.
Karya Hay sempat menarik hati selebritas seperti Jessica Chastain, Natalie Portman, sampai Lena Dunham.
Prairie dress tercipta dan populer pada abad ke-19. Ia dijahit oleh para ibu rumah tangga kelas menengah di Amerika Serikat untuk kebutuhan sandang anggota keluarga perempuan agar dapat berpenampilan layaknya bangsawan Eropa pada 1820-an. Istilah prairie dress muncul lantaran busana jenis ini diciptakan oleh orang yang tinggal di kawasan padang rumput, sabana, atau semak belukar.
(The Seattle Times)