One Love, Kisah Hidup Bob Marley Sang Legenda

Jakarta, Kirani – Dalam film yang berdurasi satu jam 47 menit ini , penonton mendapatkan wawasan lebih mendalam tentang sosok di balik musik Marley, tentang hubungannya dengan istri, rekan bandnya, The Wailers, juga kondisi sosial politik di Jamaika secara luas.

Marley Penganut Rastafari Sejati

Banyak kutipan atau dialog menarik dari Marley disorot di film ini, seperti “Musik Reggae adalah seperti alam yang mempersatukan dengan rakyat. “

Sebagai Rastafari sejati, Marley juga pernah mengatakan, “Hidup adalah jalan yang besar dipenuhi dengan rambu-rambu. Saat kamu menjalani hidup, jangan buat pikiranmu menjadi rumit. Bebaskan dirimu dari rasa benci, pikiran jahat dan cemburu. Jangan Kubur pikiranmu.”

Selanjutnya adalah kutipan, “Kebebasan seseorang bukan diukur dari seberapa banyak kekayaannya, tapi integritas dan kemampuannya untuk mempengaruhi sekitar secara positif.”

“Jangan pertaruhkan dunia dan hilangkan jiwamu, kebebasan lebih baik daripada perak atau emas. “

Lalu pernyataan Marley, “Uang adalah angka, jumlah angka tidak terbatas. Jika memiliki uang adalah cara untuk bahagia, maka kamu mencari kebahagiaan yang tida ada ujungnya.”  Atau, “Uang tidak dapat membeli kehidupanmu. “

“Musuh terbesarmu bisa jadi teman terbaikmu dan teman terbaikmu bisa jadi musuh terbesarmu”

“Jangan kubur pikiranmu, buat visimu menjadi kenyataan.”

“Gerombolan lapar adalah gerombolan yang marah.”

Sebagai penganut Rastafari, Marley sangat percaya pada Jah, maka dia bilang, “Jah datang untuk memecah penindasan, memerintah kesetaraan, menghapus pelanggaran, membebaskan para tawanan.”

Di film ini juga menyajikan Marley yang sering ditanya para kuli tinta dengan totalitasnya bermusik, dia bersama kelompok musiknya, The Wailers selalu mengkonsumsi ganja untuk menjaga ritme inspirasinya bermusik. “Bob, benarkah kamu dan grup, bisa memakai ganja hingga 500 gram?” Dengan santai Bob hanya menjawab sambil tersenyum, “Aku pakai barang itu, tidak perlu kusebutkan berapa jumlahnya.”

Menderita Melanoma, Sejenis Kanker Kulit dan Wafat di Usia Muda

Bob Marley meninggal dalam usia muda, 36 tahun pada 11 Mei 1981. Sebelumnya, Marley terkena melanoma, sejenis kanker kulit, yang tumbuh di bawah kuku jempol kakinya. Marley merahasiakan hal itu dari para penggemar. Ia mengaku perban yang membalut kakinya adalah untuk menutupi luka karena main sepak bola.

Dokter menyarankan Marley untuk amputasi. Tapi ia menolak. Penolakan itu bisa dibaca di salah satu buku biografi klasik Marley karya Timothy White, Catch a Fire: The Life of Bob Marley, pada tahun 2006.

Marley mengatakan, “Rasta no abide amputation.” Rastafari, kepercayaan yang dianut Marley, melarang amputasi. “Jah, de living God will heal me wit’ de meditations of me ganja chalice or he will tek me as a son inta His Kingdom.”

Bagi Marley, tak ada pilihan untuk amputasi. Pilihannya hanya dua: Jah, Tuhan para pemeluk Rastafari, akan menyembuhkannya; atau Jah akan mengambil Marley.

Keyakinan gigih Marley ini menunjukan dirinya bukan musisi yang mudah takluk oleh kanker. Ia adalah petarung, pria yang tumbuh di kawasan ghetto yang keras, yang pantang bilang tidak pada setiap aral, yang mendapat julukan talawa, Tuff Gong, gang tempat kelahirannya, bahwa dia yang kuat dan tak kenal takut.

Setelah mendapat kabar buruk dan enggan mengamputasi jari kaki, Marley terus bermain musik, menulis lagu, konser dan mengadakan tur. Marley tak kenal kata berhenti. Ia juga mendukung usaha-usaha pembebasan negara Afrika.

Di film ini saat lirik lagu-lagu Marley mengalun, tak terasa akan membawa penonton ikut bernyanyi seolah hadir atau menyaksikan dari dekat konser Sang Legenda dan salah satu sosok penyuara perdamaian dunia.

Pada lagu Redemption songs ada lirik menarik yaitu:

Emancipate yourselves from mental slavery

None but ourselves can free our mind

Penggalan lirik ini ditulis Marley dengan mengambil dari pidato Marcus Garvey di Menelik Hall, Sydney.

Lagu  Redemption Song bermakna tentang membebaskan diri dari perbudakan mental. Bagi Marley, tidak ada yang bisa membebaskan pikiran kecuali diri sendiri.

Dan Redemption Song ini memiliki perubahan drastis sekaligus bukti di saat Marley harus pergi, memiliki kenangan perpisahan yang menyenangkan, Uh Yeah, Jah!

Teks : Hadriani Pudjiarti  |Foto : Istimewa (IMDb)