Jakarta Kirani – Perjalanan panjang telah ditempuh Denny Wirawan. Di seperempat abad langkahnya sebagai perancang mode kebanggaan tanah air, Denny mempersembahkan karya terbaiknya dengan mengangkat keindahan wastra Indonesia serta menggaungkan budaya Indonesia baik kepada masyarakat tanah air hingga ke mancanegara.
Didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation, Denny Wirawan mempersembahkan sebuah pagelaran tunggal bertajuk “Langkah Spring Summer Collection 2023” pada Rabu, 28 September 2022 di Grand Ballroom InterContinental Jakarta Pondok Indah.
Perayaan 25 tahun berkarya ini sejatinya jatuh 2021 lalu, namun karena pandemi maka baru tahun ini momen spesial ini digelar. “Diawali satu langkah, dan hingga sekarang pun saya masih terus melangkah, masih terus berproses dan belajar,” ujar Denny Wirawan yang mengawali kariernya sejak menelurkan label dengan namanya sendiri pada tahun 1996.
“Konsistensi Denny Wirawan dalam menghadirkan karya memiliki ciri khas sejak awal kiprahnya, yaitu tak berhenti menggunakan wastra Indonesia dan mengubah helaian kain menjadi sebuah pakaian yang membuat bangga siapa pun yang memakainya. Kecintaan Denny terhadap budaya Indonesia inilah yang sejalan dengan visi dan misi kami untuk mengajak masyarakat bersama-sama mencintai serta melestarikan kebudayaan Indonesia yang sangat beragam,” ujar Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation.
Setidaknya 52 karya ditampilkan Denny Wirawan kali ini. Mengangkat wastra Bali sebagai tempat kelahirannya, kain tenun endek, kain gringsing, juga kain songket, terlihat begitu cantik saat dipadukannya dengan batik Kudus. Seluruh material yang digunakan didapatkan langsung dari tangan perajin di berbagai pelosok Bali, melalui perjalanan yang dilakukannya.
Dibagi dalam 3 sequence, pertama menampilkan koleksi ready-to-wear, dengan banyak menggunakan tenun endek yang sebagian menggunakan proses pewarnaan alam, sehingga turut mendukung upaya ramah lingkungan di Singaraja.
Lalu pada sequence kedua, Denny memilih helaian kain gringsing yang didapat dari perajin di Karangasem untuk dipadukan bersama batik Kudus. Kain gringsing yang merupakan jenis kain warisan kebudayaan kuno Bali, biasa dipakai dalam upacara khusus. Proses pembuatannya yang rumit dan memakan waktu membuat Denny mengkreasikannya tanpa memotong helaian kain gringsing tersebut.
Dan pada sequence tiga, Denny menggunakan kain songket Bali. Selain memilih kain songket dengan proses pewarnaan alam, ada pula kain songket yang dibuat dengan prinsip sustainable fashion pada material benangnya. Jadi, pada jalinan lungsin dan pakan tenun, benang pakan menggunakan sisa-sisa benang limbah yang dipintal ulang. Hasilnya, terlihat perpaduan warna yang unik jika dilihat dari dekat. Kain songket ini khusus dibuat oleh perajin dari daerah Sidemen. Selain itu, ada pula teknik pembuatan kain songket yang dicelup dengan menggunakan pewarna alam setelah proses penenunan selesai, membuat tekstur kain lebih lembut sehingga nyaman dikenakan, dengan harmoni warna yang lebih menyatu.
Hadir sebagai pelengkap koleksi, perhiasan yang terinspirasi dari perhiasan otentik Bali yang dikreasikan lebih modern di perajin perhiasan yang ada di Solo, serta dua area di Bali, Celuk dan Bangli.
Pembuatan perhiasan tradisional ini menggunakan material logam khusus yang asalnya dari perajin di daerah Bangli saja. Material logam asal Bangli ini dapat memberikan efek lentur dan tipis seperti kertas, dan hanya dapat menerima proses pencelupan dengan menggunakan emas asli, yaitu emas berkadar 22 karat dan 24 karat.
Kesungguhan Denny dalam menampilkan koleksi Langkah pada perayaan 25 tahun berkarya ini memberinya semangat lebih untuk terus menjelajahi kekayaan budaya Indonesia dengan segala prosesnya yang memberikan hasil luar biasa.
Teks: Setia Bekti | Foto: dok. Denny Wirawan