Jakarta, Kirani – Jalinan Lungsi Pakan merupakan presentasi gelaran mode kolaboratif yang telah berjalan sejak tahun 2012 di JF3. Perancang busana senior, desainer muda, pengrajin tradisional, serta label mode yang memiliki beragam garis rancang dan penggemar setia dilibatkan sebagai bentuk kepedulian pada tenun.
Kali ini, Summarecon Group dan Cita Tenun Indonesia (CTI) mengangkat beragam jenis Tenun dengan teknik pembuatan dan karakteristik berbeda. Desainer mode Andreas Odang, Eridani, Hian Tjen, Sherlyta Puspa Lestari serta Zico Halim dan Margaretha Novianty dari label Tangan Privé ditunjuk untuk memaparkan tafsiran partikular akan keindahan karakteristik kain Tenun tersebut dalam wujud busana modern.
“Penamaan Jalinan Lungsi Pakan mengacu pada proses pembuatan kain Tenun, yaitu menyelipkan Pakan (benang yang digerakkan secara horizontal) terhadap Lungsi (benang diam yang terbentang vertikal pada alat Tenun),” tutur Sjamsidar Isa, Pengurus CTI.
Dari teknik dasar tersebut, tercipta beragam jenis Tenun seperti Tenun Datar, Tenun Songket, Tenun Ikat dan Tenun Sobi yang sore ini ditampilkan lewat interpretasi kontemporer oleh lima desainer dan label mode terpilih.
“Indonesia memiliki banyak teknik pembuatan tenun dan jenisnya pun lebih lengkap dibanding negara lain. Oleh sebab itu CTI terus melakukan pembinaan di berbagai daerah bekerjasama dengan pengrajin di sana dan mengenalkan tenun pada masyarakat luas,” ungkap Sjamsidar Isa yang mendampingi 6 desainer saat konferensi pers.
Untuk membuat rancangan pada show ini, para desainer tidak bisa memilih jenis, warna dan ukuran tenun yang akan diolah. Tak jarang mereka harus merombak bahkan membatalkan sketsa sebab kain yang diterima tak sesuai dengan apa yang dibayangkan. Tentunya hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi mereka.
Pemenang kompetisi desain Next Young Promising Designer 2019, Sherlyta Puspa Lestari, mengolah Tenun Sabuk Anteng Lombok dari Nusa Tenggara Barat menjadi koleksi busana feminin untuk label besutannya BySherlita. Tenun ini berfungsi sebagai korset atau stagen para perempuan tradisional Lombok. Dengan kain selebar 35 cm tersebut, Sherlita dituntut untuk merancang busana kekinian agar Gen Z tertarik memakai wastra tradisional ini.
Tenun Songket Bali diolah desainer Andreas Odang menjadi koleksi bernapas romantis berjudul Rhapsody Geometry. Sedangkan Tenun Songket Sambas atau Tenun Lunggi dengan motif rancangan desainer tekstil Ratna Panggabean dikreasikan Hian Tjen lewat teknik potong, draping dan corsetry bertajuk Pitarah.
Desainer tekstil Nining Koestedjo membuat motif tenun ikat yang terinspirasi dari Pulau Tidore, Maluku Utara. Motif bernama To Ado Re, Gmode Mabunga dan Sung Sung tersebut digarap menjadi koleksi dekonstruksi-asimetri oleh Zico Halim dan Margaretha Novianty untuk label Tangan Privé.
Tenun Sobi yang berasal dari Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara dan diolah desainer Eridani menjadi koleksi sarat kesan jukstaposisi maskulin feminin, halus lewat aksen struktur dan draperi berjudul Mae Muna.
Teks: Ratna Kamil | Foto : Dok. JF3