Hari Gizi Nasional, Generasi Milenial Perlu Tingkatkan Gizi Seimbang Demi SDM Unggul 4.0

Jakarta, Kirani – Di era digital seperti saat ini, semuanya serba menawarkan kemudahan termasuk dalam hal mobilitas.Tentu saja, hal inimenyebabkan banyak masyarakat terutama di kalangan remaja yang terjebak dalam pola hidup malas bergerak.

 

Kemudahan di era zaman Now ini termasuk dalam memilih makanan. Melalui berbagai platform digital banyak sekali makanan yang dijual, apapun jenisnya, dan itu tidak bisa disaring lagi. Sehingga tidak bisa diketahui apakah itu bersih, sehat dan memiliki kandungan gizi yang baik.

 

Menyikapi hal ini, dalam puncak peringatan Hari Gizi Nasional ke-60, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto menekankan pentingnya gizi seimbang bagi generasi milenial. Gizi menjadi penting dalam menyiapkan generasi milenial menjadi generasi unggul di masa depan.

 

“Indonesia membutuhkan remaja produktif, kreatif dan kritis demi kemajuan bangsa, hal ini akan tercapai bila remaja sehat dan berstatus gizi baik. Remaja sehat tak hanya dilihat secara fisik tetapi juga kongnitif, psikologis dan sosialnya,” kata Menkes.

 

Alternatif menu sarapan sehat

 

Penyakit Tidak Menular

 

Menurut Terawan, terpenuhinya kebutuhan gizi optimal bagi para remaja mampu mencegah ancaman berbagai Penyakit Tidak Menular (PTM) yang muncul dikemudian hari serta mampu mencegah anemia, sehingga saat hamil bisa melahirkan bayi yang sehat dan tidak stunting.

 

Terawan juga mengatakan masalah gizi kurang maupun gizi lebih pada remaja akan meningkatkan kerentanan terhadap penyakit khususnya risiko PTM di usia lanjut seperti jantung, diabetes militus maupun stroke. “Jika berlanjut sampai dewasa dan menikah akan berisiko terhadap kesehatan janin yang dikandungnya,” kata Terawan.

 

Karenanya, Menkes berharap agar para remaja bisa mengubah gaya hidupnya menjadi lebih sehat dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang serta rutin aktivitas fisik. Pasalnya, pola hidup tersebut memiliki manfaat yang baik bagi tubuh, tak hanya sehat dan bugar, tetapi juga mampu meningkatkan kekebalan tubuh.

 

“Kita jaga imunitas tubuh kita dengan hidup sehat, selain gerakan mengonsumsi gizi yang seimbang ingat juga germas, tetap lakukan olahraga, olahraga tidak usah yang berat-berat, yang ringan-ringan asalkan bergerak. Olahraga bukan hanya fisik saja, tetapi olahraga pikiran dan hati kita,” tuturnya.

 

Dalam sambutannya, Menkes percaya bahwa peringatan Hari Gizi Nasional ke-60 merupakan momentum penting untuk meningkatkan kesadaran remaja agar mengonsumsi makanan bergizi, sehingga tujuan SDM unggul 4.0 di tahun 2045 bisa tercapai.

 

Remaja perlu asupan dengan kandungan gizi seimbang

 

Gizi buruk, pe-er panjang Indonesia

 

Di tempat terpisah, DR. Atmarita MPH, Ketua Bidang Ilmiah DPP Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) pada acara FGD Jurnalis Tentang Hari Gizi Nasional di Menteng Jakarta Pusat, memaparkan, ‘balita kerdil’ atau stunting tidak hanya disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita, akan tetapi disebabkan oleh multi dimensi.

 

Menurut Atmarita, secara umum beberapa penyebab stunting ialah praktek pengasuhan yang kurang baik, termasuk kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi, sebelum dan pada masa kehamilan. Dan masalah gizi buruk masih menjadi pe-er atau pekerjaan rumah yang mesti ada solusi dan antisipasi yang tepat.

 

Kemudian, salah satu indikator gizi buruk masyarakat indonesia dapat dilihat dari tingginya angka kekurangan gizi anak-anak indonesia berdasarkan ambang batas yang ditetapkan organisasi kesehatan dunia (WHO). Menurut badan dunia WHO menjelaskan tiga kategori indeks gizi dengan angka masih dibawah ambang batas.

 

Soal asupan gizi

 

Atmarita pun menjelaskan, pada anak yang mengalami gagal tumbuh sejak dalam kandungan, akan cenderung tumbuh pendek ketika mencapai usia 18 tahun. Empat dari sepuluh balita di Indonesia mengalami stunting.

 

Menurutnya, penyebab langsung adalah karena kurang asupan gizi dalam waktu lama disertai infeksi penyakit. Sedangkan penyebab tidak langsung adalah ketahanan pangan keluarga, pola asuh, kesehatan lingkungan, serta pelayanan kesehatan,” papar DR.Atmarita

 

Atmarita juga menerangkan tentang kondisi anak Indonesia pada umumnya baik pada saat lahir, akan tetapi terjadi gagal tumbuh setelah memasuki usia 3 bulan. “Membangun kemandirian keluarga merupakan langkah efektif sebagai cara mencegah stunting pada anak dan masalah kesehatan lainnya termasuk gizi buruk,” kata Atmarita.

 

 

Teks : Hadriani. P  | Foto : Dok. Istimewa