Hari Bhayangkara, Polisi Wanita Tak Hanya Good Looking, Tapi Harus Pintar, Berkemampuan dan Berprestasi

Jakarta, Kirani – Tanggal 1 Juli diperingati sebagai Hari Kepolisian atau Hari Bhayangkara. Pada peringatan harlah ke-74 yang berlangsung tahun ini penyelenggaraannya berbeda seiring adanya pandemi Covid-19.

 

Upacara yang biasanya diselenggarakan secara langsung atau tatap muka kini dilakukan secara virtual pada Rabu, 1 Juli 2020, mulai pukul 08.30 WIB. Menurut Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Awi Setiyono, upacara secara virtual ini dilansir melalui video yang juga tayang di YouTube.

 

Sisi lain menarik dari peringatan Hari Bhayangkara ini adalah sosok Polisi Wanita atau Polwan. Dan dalam tugas serta peran para polisi wanita ini tidak kalah dengan polisi pria. Polwan lebih pintar, cerdas, cekatan, tanggap dan terlatih.

 

Di sisi lain, penampilan Polwan mestilah good looking, dalam artian saat menjalani tugas harus ber-attitude baik. Misalnya, apabila tugas si Polwan berkaitan dengan hubungan masyarakat, maka tentu saja faktor good looking akan membuatnya harus berpenampilan menarik.

 

Tetapi dalam menjalankan tugasnya, ada banyak petugas polisi wanita yang biasa-biasa saja, tetapi mereka semua memiliki keterampilan masing-masing, nah hal ini juga dimaknai sebagai good looking.

 

Sementara dalam sebuah studi lain disebutkan calon anggota polisi wanita atau perempuan haruslah “cantik dan baik”. Dan hal ini sebagai bagian penting dari peran mereka untuk berbaur dengan warga dan menepis citra polisi pria yang korup.

Irjen Pol. Basaria Panjaitan dan Febri Diansyah (jubir KPK)

 

Tidak Ada Halangan untuk Polwan Berprestasi di Jajaran Polri

Namun menurut Inspektur Jenderal (Purnawirawan) Polisi Basaria Panjaitan tidak ada halangan untuk Polwan atau polisi wanita berprestasi di jajaran Polri.
Basaria yang merupakan perempuan pertama yang terpilih menjadi komisioner Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Republik Indonesia dan terpilih dalam pemilihan yang dilakukan secara terbuka oleh Anggota Komisi III DPR RI pada bulan Desember 2015 ini sepanjang selalu bersungguh-sungguh menjalankan tugas dimana pun ditempatkan, maka tak ada halangan para Polwan untuk mencapai posisi tertinggi.

 

Menurut perempuan kelahiran Pemantang Siantar, Sumatera Utara, 20 Desember 1957 yang memulai karier kepolisiannya pada 1984 ini mengaku sering berbagi pendapat dengan para polwan baru yang mendorong mereka untuk terus berprestasi tanpa memandang diri sendiri berbeda.

 

“Menjadi wanita itu bukan halangan untuk meraih puncak prestasi,” kata Basaria. Dan melalui pengalamannya, terbukti Basaria meneruskan tradisi jenderal Polwan di tubuh Polri yang sebelumnya sudah dirintis Brigjen Jeanie Mandagi dan Brigjen Rumiah.

 

Sepintas pembawaan Basaria tampak dingin dan kaku, tetapi dirinya justru semasa berkarier di kepolisian, tercatat sangat fleksibel dalam menjalankan tugas.

 

Mantan pengajar (widyaiswara) pada Sekolah Staf dan Pimpinan Polri (Sespim) di Lembang, Bandung ini, mengakui dirinya sepintas paham dan tahu dengan baik kapan mesti bersikap tegas lalu kapan harus lembut. Hal seperti ini diterapkan dalam menjalankan tugas di lapangan termasuk berinteraksi dengan anak buah.

 

Di era digital seperti sekarang tak dipungkiri bahwa imej Polwan identik dengan kecantikan dan kelemahlembutan. Hal ini tampak pada penampilan para Polwan yang menjadi pembawa acara panduan berlalu lintas di layar kaca.

 

Bahkan sosok Polwan nan jelita ini, menjadi berita viral dan trending topik di media sosial. Tentu saja, hal ini membuat persepsi publik soal polwan terbatas pada penampilan fisik yang menarik saja. Padahal, faktanya keberadaan polwan jelas lebih dari itu.

 

Polwan Lebih Unggul dalam Banyak Hal Ketimbang Polisi Laki-laki


Sementara Adrianus Meliala pernah menjelaskan tentang polisi wanita atau Polwan lebih unggul dalam banyak hal ketimbang polisi laki-laki. Salah satunya soal kekuatan iman menolak suap dan gratifikasi.Menurutnya, “Polwan itu lebih sulit disuap.”

 

Beberapa keunggulan Polwan lainnya, kata Adrianus, terlihat ketika berhadapan dengan perempuan dan anak-anak yang jadi saksi atau korban kejahatan. Polwan lebih sensitif menghadapi korban anak-anak dan perempuan. Selain itu, mereka juga lebih pandai dalam menginterogasi dan memersuasi korban atau saksi perempuan dan anak-anak.

 

Secara fakta di lapangan jumlah polwan di Indonesia masih jauh dari angka ideal. Andrianus yang merupakan pakar Kriminolog Universitas Indonesia ini menyebutkan baru 0,3 persen dari 400 ribu polisi, padahal idealnya 10 persen.”Padahal polisi wanita, dalam hal-hal tertentu jauh lebih baik ketimbang polisi laki-laki,” ujar dia.

 

Sementara Kapolri Jenderal Idham Azis pada awal bulan Mei lalu memberikan kesempatan kepada 18 Polisi Wanita (Polwan) untuk menduduki jabatan strategis di institusi korps bhayangkara melalui mutasi dan rotasi.

 

Dalam hal ini, Polwan RI mendapatkan kesempatan dan hak yang sama dengan Polisi laki-laki untuk menjabat posisi strategis di Polri. Artinya, Polwan memang tidak harus selalu indentik dengan mengandalkan faktor sekedar cantik, good looking. Yang utama Polwan juga mesti pintar, berkemampuan dan tentu saja berprestasi.

 

Hal ini sebagai wujud kebijakan untuk mendukung kiprah Polwan agar semakin menunjukkan eksistensi dan prestasinya dalam posisi dan jabatan yang strategis di Kepolisian. Polwan mempunyai potensi dan kemampuan yang baik dan kompetitif

 

Selamat Hari Bhayangkara semoga kepolisian Indonesia selalu amanah dalam menegakkan hukum, dalam memberikan pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.

 

 

Teks Hadriani P / Berbagai Sumber |  Foto  Dok. Istimewa