Fenomena Crazy Rich Indonesia dan Polemik Kehidupan Mereka

Jakarta, Kirani – Belakangan kata Crazy Rich menjadi kata yang sering disebut di masyarakat Indonesia. Apalagi dengan berita terkini tentang Indra Kenz dan Doni Salmanan. Keduanya disebut-sebut sebagai Crazy Rizh di Indonesia, dan kini keduanya tersandung kasus hukum terkait aplikasi trading ilegal, kemudian resmi menjadi tersangka dalam kisruh investasi bodong binary option.

Sebelum dipolisikan dan tersandung kasus hukum, keduanya tercatat sebagai bagian dari Crazy Rich Indonesia yang kini marak dan menjadi fenomena gaya hidup masyarakat kita.

Indra dan Doni  dikenal sering dan gemar mem-posting sejumlah harta dan aktivitas borjunya di media sosial seperti mobil mewah, barang-barang branded, hinga liburan dan kuliner ke luar negeri.

Yang terbaru adalah pasangan Crazy Rich ala Malang yaitu Shandy Purnamasari dan suaminya, Gilang Widya Permana yang beberapa waktu lalu heboh lantaran produk mereka MS Glow Beauty, ikut ambil bagian di ajang Paris Fashion Week (PFW) 2022, yang sontak langsung geger karena faktanya mereka bukan tampil di pekan mode dunia ini.

Sebelumnya, pasangan Shandy dan Gilang yang biasa disebut Juragan 99, dalam kecelakaan mobil Vanessa Angel dan Febria Ardiansyah yang menewaskan pasutri selebritis ini, mengatakan akan menjamin kesejahteraan Gala Sky Ardiansyah sampai kelak menjadi pengusaha besar.

Seperti para Crazy Rich lain yang punya kebiasaan berdonasi atau memberikan dan bagi-bagi uang atau kekayaan dalam jumlah besar, Doni Salmanan pernah memberikan donasi pada Youtuber Reza Arab sebesar Rp 1 miliar saat melakukan live streaming game pada Agustus 2021. Kemudian, Doni juga pernah memberikan amplop dollar pada pernikahan Lesty Kejora dan Rizky Billar pada September 2021.

Sementara, pasangan Shandy dan Gilang juga menjadi sihir tentang fenomena Crazy Rich dan polemik kehidupannya. Seperti halnya para Crazy Rich lainnya, kehidupan pasutri ini tidak lepas dari update atau postingan kehidupan borjunya, termasuk jor-joran memberikan give away dengan nilai yang fantastis yang diposting lalu viral dan trending di media sosial.

Fenomena ini memunculkan pertanyaan dalam benak masyarakat Indonesia, yang dengan kehadiran media sosial bisa melihat dan menyaksikan bagaimana para Crazy Rich pamer harta dan akivitasnya. Apakah hal ini benar sebagai ciri-ciri the real orang kaya asli? Atau semua itu palsu dimana mereka hanya sosok yang tidak sekaya seperti kelihatannya?

Ada komentar menarik di Twitter dari salah seorang warganet, “Enggak pernah percaya sama the so calls ”Crazy Rich” yang hobi jor-joran pamer harta di media sosial. Kayaknya sih mereka melakukan hal ini untuk berusaha menjual sesuatu yang pada akhirnya hanya trik marketing semata.”

Pasangan Shandy Purnamasari dan Gilang Widya Pramana

Kemunculan Istilah Crazy Rich

Istilah Crazy Rich sendiri pertama kali muncul ketika film Crazy Rich Asian yang diperankan oleh Henry Golding jadi perbincangan. Dirilis pada 2018, film ini mengangkat cerita dari novel yang ditulis Kevin Kwan dengan judul yang sama, yang menggambarkan kehidupan konglomerat di Asia, khususnya Singapura.

Di film tersebut dikisahkan seorang profesor ekonomi bernama Rachael Chu, diperankan oleh Constace Wu, yang tengah menjalin hubungan dengan pria bernama Nick Young yang terlahir dari keluarga konglomerat. Jati diri  Nick Young akhirnya terungkap saat mengajak Rachaelsang terkasih, melakukan perjalanan ke kampung halaman Nick untuk menghadiri pernikahan sahabatnya. Di sinilah Rachael menyadari kalau ternyata kekasihnya bukan orang biasa, tetapi berasal dari keluarga konglomerat Crazy Rich Asian.

Di film ini diceritakan bahwa awalnya Eleanor Sung-Young atau ibu Nick yang diperankan oleh artis Michelle Yeoh, tidak menyetujui rencana pernikahan Nick dan Racahel lantaran berbeda kasta dan golongan, bukan sesama dari kalangan atas. Toh, ketulusan cinta Nick dan Rachael akhirnya membawa mereka ke pelaminan, meski awalnya Rachael harus mengalami ujian untuk bisa diterima di keluarga Crazy Rich Asian itu.

Mundur ke tahun 1994, kisah tentang kekayaan pernah diulas melalui film Richie Rich yang disajikan di layar lebar, setelah lebih dulu terkenal melalui serial kartun yang tayang di televisi. Film Richie Rich merupakan sebuah film komedi asal Amerika Serikat tahun 1994 garapan Donald Petrie dan berdasarkan pada karakter Harvey Comics bernama sama buatan Alfred Harvey dan Warren Kremer.

Didistribusikan oleh Warner Bros. Pictures di bawah label Warner Bros. Family Entertainment, film ini menampilkan Macaulay Culkin yang berperan sebagai Richie Rich, John Larroquette, Edward Herrmann, Jonathan Hyde, dan Christine Ebersole, sementara Reggie Jackson, Claudia Schiffer, dan Ben Stein tampil dalam peran-peran cameo. Film ini menceritakan Richie sosok anak jutawan yang memiliki kekayaan tak terhingga.

Kini di Indonesia pengistilahan Crazy Rich mulai sering disematkan kepada orang-orang dengan kekayaan berlimpah. Dan sekarang, tidak hanya pengusaha, kalangan artis pun sering mendapatkan julukan Crazy Rich.

Dari film Crazy Rich Asian

Crazy Rich Era Kini, Banyak Sisi Negatif, Serba Instan dan Andalkan Pencitraan

Menurut psikolog Ayu Kristianti, fenomena Crazy Rich tidak bisa dipisahkan dari Kalangan Milenials yang memang menjadi pusat perhatian di era kini. Dan hal ini adalah gaya hidup dan era digital yang memang lekat dengan kalangan Milenials.

Kemunculan Crazy Rich, dinilai Ayu adalah bagian dari kebiasaan pamer diri dan harta yang dilatarbelakangi berbagai faktor dan kepentingan tertentu. Dan di Kalangan Milenias kebanyakan hal-hal seperti ini disebabkan karena kebutuhan akan pengakuan atau penerimaan diri di masyarakat.

Ayu menilai, kalau dulu para pengusaha atau para Crazy Rich sekelas Ciputra, Liem Sie Liong, William Soeryadjaya mendapatkan kekayaan melalui sebuah proses panjang, sementara Crazy Rich Kalangan Milenials leih kepada pamer imej dan terbiasa melakukan segala hal secara instan.

”Para pengusaha atau Crazy Rich zaman dulu selalu melalui sebuah proses perjuangan panjang untuk mencapai kesuksesan bisnisnya, hingga hal itu yang membuat perjalanan dan pengembangan bisnisnya pesat. Berbeda dengan para Crazy Rich sekarang yang banyak mendepankan sisi negatif dengan segala eksistensi yang dipamerkan di media sosial. Mereka menempuh ini dengan cara instan, artificial dan pencitraan semata yang ujung-ujungnya bisnis fake bukan ril yang terjadi seperti fenomena Crazy Rich sekarang,”kata psiskolog berhijab ini panjang lebar. 

Dengan peran media digital yang menjadi keleluasaan untuk diketahui masyarakat dengan berbagai ajang pamer diri yang dilakukan Crazy Rich masa kini, kata Ayu lebih kepada packaging bukan substansi, apapun yang dilakukan harus viral dan jadi booming.

“Berbedalah kalau para pengusaha atau Crazy Rich zaman dulu untuk aksi sosial jelas ada salurannya melalui CSR di beberapa lini bisnis mereka. Kalau Crazy Rich sekarang jor-joran demi vral, booming dan trending, substansinya tidak ada” kata Ayu.

Nah, didasari kebutuhan psikologis akan pengakuan, penerimaan dan penghargaan atau pujian yang memang menjadi sebuah kebutuhan kalangan Crazy Rich Millennials maka jadilah kisah kehidupannya seperti yang belakangan marak terjadi.

“Kaya mendadak, tanpa proses dan hanya dalam hitungan instan tidak sampai lima tahun punya kehidupan menjulang. Hingga akhirnya terkuak kalau yang dilakukan bukan pada dasar esensi bisnis yang sesungguhnya yang ada akhirnya bohong dan palsu,” ujar Ayu.

Memang, tampaknya fenomena Crazy Rich dan polemik kehidupan mereka akan menjadi menarik dengan semakin terungkapnya satu-persatu jati diri mereka. Dan masyarakat Indonesia tinggal menunggu episode berikut yang akan terjadi. Seperti kata Shaykh Ahmad Musa Jibril bahwa, “Kekayaan, umur, dan popularitas itu seperti minum dari air lautan yang asin. Makin kau minum, makin haus yang kamu dapatkan.”  Dan benar adanya menjadi kaya adalah sebuah syukur dan keberkahan yang harus menjadi manfaat bagi banyak orang, bukan lantas menjadi mudarat apalagi Crazy atau kegilaan fatal dan membabi buta.

Teks: Hadriani. P | Foto-foto: Istimewa