Jakarta, Kirani – Pemerintah telah mencanangkan Indonesia menjadi pusat mode dunia di 2025. Walau sulit menembus pasar internasional yang telah dikuasai oleh berbagai rumah mode yang telah berdiri puluhan tahun, namun dengan kerja keras dan kerjasama berbagai pihak terkait, bukan tak mungkin impian itu bisa terwujud.
Beragam suku, budaya dan adat istiadat yang tersebar di seluruh pelosok negeri menjadi kekuatan dan keunikan tersendiri bagi Indonesia. Keunikan tersebut dapat dibawa ke panggung mode dunia dengan cara mengolah kain-kain tradsional yang sarat akan makna, motif dan warna, menjadi busana bercita rasa internasional.
Salah satu yang perancang busana yang memiliki ketertarikan pada hal ini adalah Nila Baharuddin. Sejak awal merintis karir, Nila sudah fokus pada kain-kain tradisional. Membawa wastra Indonesia ke panggung mode internasional pun telah beberapa kali dilakukan, seperti Malaysia Fashion Week dan Paris Fashion Week 2018.
Pada pertengahan Februari ini, Nila kembali unjuk diri dengan berpartisipasi di London Fashion Week 2019. Salah satu kekayaan budaya Indonesia yaitu songket Palembang yang dibuat dengan pewarna alami dari tumbuh-tumbuhan, ditawarkan Nila untuk penikmat mode disana.
“Saya lahir di Plaju, Sumatera Selatan. Sejak kecil sering melihat koleksi kain Palembang ibu saya. Warna-warna kainnya sangat bagus; merah, oranye dan emas. Namun warna-warna tersebut terkesan berat sehingga hanya dikenakan sesekali saja, misalnya pesta pernikahan. Untuk London Fashion Week saya mengolah songket Palembang menjadi lebih modern, ala British Style, sehingga anak-anak milenial bisa memakainya,” jelas Nila mengenai koleksinya yang bertema Jewel of Sriwijaya Kingdom.
Dipilihnya pewarna alami sebab Nila ingin ikut serta dalam kampanye ‘Eco Friendly’. Namun diakui penggunaan warna-warna alami dari mangga, gambir, kayu secang dan tumbuhan lain sangat sulit diterapkan pada kain, dan prosesnya pun cukup lama. Celupan pertama belum tentu menghasilkan warna yang sama dengan celupan yang kedua. Kesulitan juga ditemukan saat memadupadankan bahan tambahan dengan motif songket saat di potong agar coraknya tampak menyatu.
Tak kurang dari 20 busana couture yang dipengaruhi budaya China, Thailand dan Vietnam, diolah menjadi dress bernuansa British Style yang modern dan mengikuti tren mode dunia. Koleksi ini juga dirancang untuk memperingati 70 tahun kerjasama diplomatik antara Indonesia dan Inggris. Melalui koleksinya Nila ingin menunjukkan bahwa Indonesia memiliki kain tradisional yang luar biasa indah dan dapat diolah menjadi busana yang dapat diterima masyarakat dunia.
Teks : Redaksi Foto : Reza