Usai Dikeringkan Sedimen BKT Hasil Pengerukan Akan Dikirim BBWS ke Tambaklorok

Semarang, Kirani – Proses pengendalian debit air hujan terus dilakukan sejumlah Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kota Semarang bekerja sama dengan pihak terkait. Salah satunya dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana guna melakukan normalisasi sungai di berbagai wilayah Kota Semarang.

Normalisasi dilakukan pada sungai-sungai yang mengalami pendangkalan yang mengakibatkan berkurangnya daya tampung air. Salah satunya dilakukan BBWS Pemali Juana di ruas Banjir Kanal Timur (BKT) sebagai bagian pengendali banjir sejak jaman kolonial Belanda.

Proses normalisasi tersebut dilakukan dengan mengeruk sedimen atau endapan pada wilayah sungai sehingga diharapkan dapat menambah daya tampung dan kelancaran aliran air. Menggunakan alat berat, endapan dikeruk sehingga menambah penampang basah sungai. Harapannya, debit sungai tidak akan sampai ke timbunan sedimen yang masih diendapkan.

“Sampai saat ini proses pengerukan masih terus berjalan dan dikerjakan oleh kawan-kawan BBWS Pemali Juana,” ungkap Mochamad Hisam Ashari, Kepala Bidang Sumber Daya Air dan Drainase Dinas Pekerjaan Umum Kota Semarang.

Lebih lanjut disampaikan Hisam bahwa proses pengerukan membutuhkan waktu dan proses yang tidak sebentar. Hasil pengerukan sedimen tidak bisa langsung dibuang atau diangkut, karena masih dalam kondisi basah. Secara bertahap nanti setelah melalui proses pengeringan, hasil pengerukan sungai Banjir Kanal Timur akan dikirim ke Tambaklorok serta wilayah-wilayah lain yang membutuhkan.

“Dikhawatirkan, kalau langsung dibuang akan berceceran di jalan dan membahayakan para pemakai jalan,” terang Hisam.

Gundukan hasil pengerukan sedimen yang diendapkan, saat ini masih ditempatkan di daerah tepi bantaran Kali Banjir Kanal Timur. Proses pengerukan yang dilakukan saat ini bertujuan menambah penampang basah sungai, sehingga debit sungai tidak akan sampai ke timbunan sedimen yang masih diendapkan. Hal ini menjawab kekhawatiran warga akan masuknya timbunan sedimen ke rumah warga bila terjadi banjir.

Teks    : Mahbub                    Foto       : Pemkot Semarang