Jakarta, Kirani – Sayang rasanya kalau ini tidak dijadikan tulisan, perjalanan singkat ke Medan beberapa waktu lalu, berhasil memberi kesan mendalam tentang peninggalan bersejarah yang dimiliki Ibu Kota Sumatera Utara ini.
Tjong A Fie Mansion atau Rumah Tjong A Fie demikian tempat yang kerap direkomendasikan sebagai salah satu tujuan wisata saat berkunjung ke Medan. Lokasi Tjong A Fie Mansion ada di Jalan Ahmad Yani No.105, di Kesawan, Medan, Sumatera Utara. Sebenarnya, banyak yang tidak tahu kalau Tjong A Fie Mansion sudah masuk dalam bangunan cagar budaya yang terdaftar di Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Melansir dari situs DJKN Kemenkeu tempat wisata ini termasuk tempat yang unik dan menyimpan banyak sejarah menarik. Berdasarkan dari situs resminya Tjong A Fie Mansion merupakan rumah dua lantai di Medan milik Tjong A Fie. Bangunan ini mempunyai nilai sejarah dan sejak 2009 menjadi tempat wisata yang terbuka untuk umum.
Sebagai informasi Tjong A Fie atau dikenal juga dengan nama Tjong Yiauw Hian merupakan pria kelahiran 1860 di distrik Meixian, Guangdong, China. Sosoknya berasal dari keluarga sederhana dan miskin di Tiongkok.

Ia bahkan tidak menyelesaikan sekolahnya sehingga ia dan saudaranya, Tjong Yong Hian membantu di toko keluarganya. Adapun di umur 17 tahun Tjong A Fie mengikuti jejak kakaknya dan datang ke Labuhan Deli di Sumatera Hindia Belanda.
Saat itu Tjong Yong Hian dikenal sudah cukup mapan di Medan dan kedua bersaudara tersebut tumbuh menjadi sangat sukses dalam bisnisnya. Mereka juga jadi sosok yang berpengaruh ketika menjalin hubungan dengan penguasa Belanda saat itu, Kesultanan Deli dan pengusaha Tionghoa di Sumatera sekitarnya.
Pada akhir hayatnya bisnis Tjong A Fie yang dikenal publik dari real estate, pertambangan, bank, kereta api, kelapa, tembakau, teh, karet, kelapa sawit, hingga perkebunan gula. Adapun rumahnya yang ada di Jalan Ahmad Yani No. 105, di Kesawan Medan masuk sebagai bagunan cagar budaya yang terdaftar di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Akulturasi Budaya Pada Arsitektur Mansion Tjong A Fie
Pada Mansion Tjong A Fie saat memasuki pintu gerbang kita dihadapkan pada bangunan yang mempunyai kemegahan dari kombinasi arsitektur Cina, Eropa, dan Melayu. Tempat ini juga ramai dikunjungi oleh pencinta arsitektur yang ingin melihat kemegahan bangunannya secara langsung.
Mansion yang terdiri dari bangunan dua lantai ini, kita seperti disuguhkan pada kekayaan dan kemegahan dari setiap detail arsitektur yang indah sekaligus berbagai barang antik yang masih terjaga dengan baik. Suasana tenang dan sejuk di lingkungan Tjong A Fie Mansion juga menjadikan kunjungan semakin berkesan.
“Sosoknya dikenal sebagai seorang pengusaha Perkebunan menguasai perkebunan berbagai tanaman komoditas hingga perdagangan. Ia juga membangun pertokoan di sepanjang Jalan Kesawan yang dikenal membangkitkan perekonomian di kota Medan,” jelas seorang pemandu wisata saat sedang mengantarkan seorang turis mancanegara.

Rumah dengan luas 8.000 meter ini, memiliki dua lantai dan 35 kamar yang dihuni oleh keluarga Tjong A Fie. Lantai di rumah ini disebutkan terbuat dari ubin Venesia. Perabotan di dalamnya kombinasi dua budaya China dan Eropa.
Wali Kota Pertama di Kota Medan.
Sosok Tjong A Fie bukan hanya dikenal sebagai orang Cina yang gigih bekerja, tak kenal menyerah dalam mencapai keberhasilan usaha dan fokus menekuni tanggung jawab tugasnya. Tjong A Fie juga dikenal oleh banyak orang sebagai karakter yang pandai bergaul, ramah, toleran dan penolong.
Sikap yang melekat pada diri Tjong A Fie itu membawanya mampu berkawan dengan siapa saja, dari suku apapun, ras, agama dan kasta. Banyak kawan Tjong A Fie adalah orang-orang keturunan India, suku Melayu, Batak, Arab, Belanda, Eropa dan lainnya yang berbeda bahasa, agama dan strata.

Hal itu pula yang membawa Tjong A Fie mampu bersahabat dengan Sultan Deli pada masa itu. Kejujuran dan kerendahan hati Tjong A Fie mampu menaruh kepercayaan Sultan Deli untuk bermitra bisnis dengannya. Di situlah awal kebangkitan ekonomi Tjong A Fie. Usaha bisnisnya yang bermitra dengan Sultan Deli mampu berkembang dan melaju pesat.
Tjong A Fie merambah usaha perkebunan dan mampu tumbuh. Perkebunan kelapa, karet, kopi dan tembakau adalah usaha yang dikelola Tjong A Fie. Dapat dikatakan saat itu Tjong A Fie merajai bisnis perkebunan di Medan. Bahkan katanya sampai mampu ekspor ke Malaysia, Singapura dan India.
Di Medan jugalah selain mampu mendulang kesuksesan ekonomi seperti impian awal saat berangkat dari Cina, Tjong A Fie kembali menemukan jodohnya. Dia menikah untuk ketiga kalinya dengan seorang gadis keturunan Cina-Melayu bernama Liem Koei Yam. Sebelumnya saat di Cina, Tjong A Fie sudah pernah menikah. Begitu juga ketika singgah di Malaysia, Tjong A Fie juga melakukan pernikahan.

Suksesnya bisnis perkebunan milik Tjong A Fie menjadikannya seorang saudagar di Medan. Siapa saja pasti mengenal Tjong A Fie kala itu sebagai orang kaya dan sukses dalam usaha perkebunan. Namun semua itu tidak membuat Tjong A Fie menjadi angkuh. Dia tetap Tjong A Fie yang ramah, bersahabat dan penolong.
Berkat Tjong A Fie yang ternyata pernah menjabat Wali Kota pertama komunitas China di Medan pada masa penjajahan Belanda. Membuat Medan harus diakui menjadi kota besar yang maju serta modern. Ekonomi di Medan bergeliat sebab kontribusi Tjong A Fie. Lapangan kerja terbuka besar, khususnya di perkebunan Tjong A Fie.
Andil Tjong A Fie untuk kemajuan pengelolaan sistem keuangan di Medan adalah dengan mendirikan Bank Kesawan tahun 1913. Tak lama, beberapa perbankan lain kembali didirikan Tjong A Fie yaitu Bank Batavia dan Bank Deli. Tjong A Fie juga memugar Istana Maimun Kesultanan Deli menjadi lebih indah dan besar, karena persahabatannya dengan Sultan Deli masa itu.
Tjong A Fie lalu membangun rumah sakit di Medan yang dinamakan Tjie On Jie Jan. Selain itu jasa Tjong A Fie terhadap infrastruktur di Medan, seperti membangun menara lonceng di gedung Balai Kota, Gereja Uskup Agung Sugiapranoto, Kuil Budha Brayan, kuil Hindu khusus untuk warga keturunan India serta jembatan kebajikan.
Meskipun Tjong A Fie seorang keturunan Cina dan non-Islam, namun karakternya yang ramah, toleran dan penuh kasih sayang, membuatnya tetap menghormati umat Islam sebagai kelompok mayoritas di Medan. Ia membangun Masjid Raya Al Mahsum dan Masjid Gang Bengkok. Kemudian juga kerap memberikan bantuan materil pada setiap perayaan peringatan hari besar Islam.
Teks/Foto : Galuh.