Ini Cara Alunjiva dan Unilever Indonesia Dorong 75 UMKM Perempuan

Jakarta, Kirani – Unilever Indonesia bergandengan tangan dengan Alunjiva Indonesia bergerak bersama menyelenggarakan rangkaian pelatihan kewirausahaan secara offline ke 75 UMKM perempuan dan individu disabilitas sebagai kelanjutan dari program “SheAblepreneur” yang diluncurkan Juni 2025 lalu. 

Kegiatan ini dilakukan dalam menyambut Hari UMKM Nasional. Setelah Juli lalu seluruh peserta mengikuti pelatihan secara online, hari ini pelatihan offline edisi pertama diikuti oleh 25 peserta asal Jabodetabek dan akan dilanjutkan dengan kegiatan serupa di dua kota lainnya, yakni Bandung dan Yogyakarta.

Mendapat dukungan dari Komnas Disabilitas, pelatihan ini membahas sejumlah materi yang bertujuan meningkatkan kapasitas dan kapabilitas para pelaku UMKM perempuan dan disabilitas menuju terwujudnya ekosistem UMKM yang lebih inklusif.

Unilever Indonesia bersama Alunjiva Indonesia gelar pelatihan kewirausahaan secara offline ke 75 UMKM perempuan dan individu disabilitas sebagai kelanjutan dari program “SheAblepreneur”

Setiap tanggal 12 Agustus, Hari UMKM Nasional diperingati untuk memberikan perhatian pada puluhan juta pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah sebagai denyut nadi perekonomian Indonesia. 

Lebih dari itu, momen ini menjadi ajakan untuk melihat lebih dalam: bagaimana kita mampu membangun ekosistem UMKM yang benar-benar inklusif di mana setiap pelaku usaha, tanpa terkecuali, memiliki kesempatan yang sama untuk tumbuh dan berkembang. 

Head of Communication sekaligus Chair of Equity, Diversity & Inclusion (ED&I) Board Unilever Indonesia, Kristy Nelwan mengatakan, dukungan dan keterlibatan Unilever Indonesia pada program ‘SheAblepreneur’ dilatarbelakangi misi bersama untuk menciptakan lingkungan yang lebih adil, beragam, dan inklusif.

“Program ‘SheAblepreneur’ memberdayakan pelaku UMKM perempuan, penyandang disabilitas, dan perempuan penyandang disabilitas, kelompok yang kerap menghadapi hambatan ganda atau lebih dalam mengembangkan usaha. Hal ini sejalan dengan tiga pilar ED&I kami, yaitu keadilan gender, keadilan untuk individu disabilitas, serta penghapusan diskriminasi dan stigma,” kata dia dikutip Selasa (12/8).

Kolaborasi yang memberikan dampak yang sangat mendukung agar perempuan disabilitas bisa berdaya.

Dalam pelatihan ini, karyawan Unilever Indonesia terlibat langsung sebagai trainer. Di mana Tim brand membawakan materi seputar branding, pemasaran, dan strategi pemasaran digital, sedangkan tim HR memaparkan kiat manajemen tim dan teknik rekrutmen. Dengan demikian diharapkan UMKM punya bekal wawasan yang lebih baik lagi dalam mendorong usahanya.

“Kami percaya wawasan ini menjadi bekal bagi para peserta untuk memulai maupun mengembangkan usaha, sekaligus menepis stigma yang kerap mereka hadapi,” ujar Kristy.

Sementara itu, Founder Alunjiva Indonesia, Nicky Clara mengatakan banyak kelompok marjinal, khususnya para perempuan dan individu disabilitas, tidak berani memulai dan menjalankan bisnis UMKM. Hal ini karena adanya stereotip bahwa perempuan kurang fokus dalam menjalankan usaha, atau stigma bahwa individu disabilitas kurang mampu bekerja produktif.

“Berkolaborasi dengan Komnas Disabilitas dan Unilever Indonesia adalah inisiatif yang dirancang untuk mendukung pelaku usaha perempuan, termasuk perempuan dengan disabilitas, agar dapat mengembangkan bisnis yang lebih berdaya saing, berkelanjutan, dan berdampak sosial,” tambah dia.

Setelah diluncurkan Juni lalu, program ini menjaring 182 pendaftar yang berdomisili di tiga kota pelaksanaan, yaitu Tangerang, Bandung, dan Yogyakarta. Setelah melalui tahap penyaringan dan wawancara, terpilih 75 UMKM perempuan dan individu disabilitas yang memenuhi syarat dan siap mendapatkan pendampingan intensif.

25 peserta asal Jabodetabek dan akan dilanjutkan dengan kegiatan serupa di dua kota lainnya, yakni Bandung dan Yogyakarta.

Saat Juli lalu mereka mengikuti pelatihan online dengan empat modul utama, yakni dasar pengembangan bisnis dan BMC (Business Model Canvas), pemanfaatan digital dan media sosial dalam pengembangan bisnis, literasi keuangan, dan pengenalan AI.

“Lewat pelatihan online, teridentifikasi sejumlah tantangan utama yang umumnya dihadapi oleh mayoritas pelaku usaha, yaitu permasalahan dalam manajemen tim. Mulai dari pembagian peran dan tanggung jawab, komunikasi internal yang belum optimal, belum maksimalnya keterlibatan anggota tim, hingga permasalahan dalam strategi pemasaran khususnya cara memperkenalkan produk ke target pasar yang lebih luas, meningkatkan brand awareness, serta pemanfaatan kanal digital dan offline secara efektif,” lanjut Nicky.

Untuk membantu peserta menghadapi tantangan, digelar pelatihan tahap lanjutan secara offline dengan metode design thinking. Melalui pelatihan ini, peserta diharapkan mampu memahami penerapan strategi manajemen tim yang lebih terstruktur. 

Pelatihan offline akan dilanjutkan di dua kota pelaksanaan berikutnya, yaitu Bandung dan Yogyakarta yang diikuti oleh masing-masing 25 peserta. Di saat bersamaan, selama Agustus program ini juga akan memberikan kesempatan bagi para peserta perempuan disabilitas untuk memperkaya pengalaman dengan bermagang di sejumlah UMKM yang telah dipilih selama satu bulan.

Teks : Galuh | Foto : Unilever Indonesia.