Jakarta, Kirani – Gender menjadi issue yang menarik di Indonesia. Banyak masyarakat yang masih mengaitkan penampilan atau cara berpakaian dengan kualitas moral seseorang, misalnya bertato dianggap lebih jahat dibanding yang tidak memiliki tato.
Cara berpakaian adalah salah satu bentuk komunikasi untuk menunjukkan jati diri dan pernyataan tentang siapa kita. Tentu style berhubungan langsung dengan latar belakang intelektual, sosial budaya dan seberapa baik seseorang mengenal dirinya sendiri sehingga tidak berkaitan dengan kualitas moral seseorang.
Atas dasar itu, di event JF3 Hartono Gan mengeluarkan koleksi busana tentang pakaian yang yang bisa dipakai oleh pria dan wanita sebagai ekspresi individual. Perlu waktu 10 tahun bagi Hartono untuk mengeluarkan lini Homme, busana yang sejatinya ditujukan untuk pria tetapi ia mengolahnya agar dapat juga dipakai kaum wanita. Sebelumnya ia hanya fokus membuat baju pesta dan pengantin saja.
“Saya sangat berhati-hati sebab saya ingin lini Homme ini aksesibel bagi semua kalangan namun tetap ada twist-nya. Contoh, busana tailoring dengan siluet klasik tetapi ada sedikit sentuhan centil yang membuat pria dan wanita tak ragu memakainya,” ungkap Hartono Gan mengenai koleksinya yang bertema Gender Nihilism (Unapologetically You).

Juxtaposition atau kontradiksi antara bahan luxury dan siluet sporty juga banyak terlihat pada 39 koleksi yang ditampilkan. Salah satunya yaitu pilihan bahan satin duchesse yang digunakan untuk rancangan bomber jacket. Tengok pula blazer dari bahan lace dan jacquard dengan aksentuasi kristal.
Kebebasan berekspresi dalam bentuk seni dan berpakaian ala musisi Glamrock tahun 70an dan 80an menginspirasi koleksi ini. Di era Flower Generation, banyak ditemui musisi pria memakai make up dansepatu hak tinggi namun gaya itu tidak menjelaskan kecenderungan seksual, agama, dan siapa diri mereka.
Hartono mengeksplorasi berbagai hal dan mengutamakan kesinambungan agar busananya terlihat simpel, berkualitas, presisi dan nyaman dipakai. Menurutnya, koleksi ini sangat tepat bagi sosok yang ingin tampil bold dan mengundang perhatian tanpa perlu ‘berteriak’ dengan gaya heboh dari atas sampai bawah. Tak heran bila ia memerlukan waktu hingga 10 tahun untuk menemukan formula yang pas.
Melalui koleksi ini Hartono memberi pesan pada setiap individu agar tidak ragu menggunakan fashion sebagai alat untuk mendeklarasikan jati dirinya.
Teks: Ratna Kamil | Foto: dok. JF3